Bab 116 : Keputusan Berat Yeon Seonwoo

404 22 0
                                        

Pada saat itu, Hana melangkah maju dengan panah otomatis di bahunya.

"Kurasa Sora tak bisa mengatasinya sendirian. Untungnya, serangan fisik tampaknya berhasil pada Keymaster, jadi kita harus bekerja sama."

"Hati-hati, Hana."

"Ya, kau juga, Seonwoo."

Hana tersenyum percaya diri. Tepat saat ia hendak berlari ke depan, seseorang meraih lengannya. Itu adalah Sadojin yang berwajah pucat. Perawatan Taera telah selesai, dan lukanya tampaknya telah sembuh, tetapi noda darah masih menempel di pakaian putihnya.

"Ayo pergi bersama. Bahkan jika kau bilang tak ada yang bisa kita lakukan karena serangan Necromancer tak akan berhasil, Lee Je-hee dan aku pasti bisa mengalahkan satu Naga Tulang."

"....."

Hana, dengan tatapan dingin, kembali padanya, mengayunkan lengannya yang tertahan, melepaskan cengkeraman Sadojin, lalu menatapnya dari atas ke bawah. Tatapan tidak setuju melintas di mata Hana.

"Kalau ini akan merepotkan, kenapa kau tidak tinggal di sini saja?"

"Tidak mungkin. Meski tak bisa dipercaya, tapi dia tetaplah seorang Archmage peringkat-S."

Terlepas dari kata-kata dingin Hana, Sadojin tersenyum tipis. Namun, Hana tampak tidak mau mendengarkan lebih lama lagi. Dia menepuk bahuku dengan khawatir sebelum berlari lurus ke arah Sora. Pada saat yang sama, tali busur kosong dari busur silang besarnya ditarik.

[Shingung, Dongmyeongseongwang mengaktifkan skill kebangkitan 'Swift Parade'.]

Dalam sekejap, puluhan anak panah kecil, pendek, dan berwarna biru terbang menuju Keymaster dengan kecepatan seperti peluru. Sang Keymaster, yang sedang menghadapi Sora, memperhatikan mereka dan mencoba bergerak, tetapi anak panah itu begitu cepat sehingga menghindar tampak mustahil. Jadi kupikir pasti akan memberikan kerusakan kali ini. Namun, semua anak panah itu ditepis oleh ekor Keymaster yang berayun dengan ganas.

"Aku tak pernah menyangka Keymaster akan menghalau panahmu"

"...."

Sadojin, mengamati pemandangan dari samping, perlahan melangkah maju. Wajahnya begitu pucat hingga tampak seperti sedang sekarat, lalu ia mengambil ramuan kuning dari inventarisnya dan menyerahkannya kepadaku

"Minumlah sedikit dan pergilah. Katanya ramuan itu bisa langsung memulihkan energimu."

"...."

"Jangan berpikir untuk berbangga diri dalam situasi ini, terima saja."

Si brengsek itu menatap ramuan di tanganku sejenak, lalu aku mengambil dan meneguknya dalam sekali teguk. Sesaat, cahaya kuning mengalir dari tubuhku.

"Apa yang kau katakan tadi di depan dungeon?"

"...."

"Ini pertama kalinya perasaanku yang sebenarnya terungkap, jadi aku hanya mengatakan apa pun yang terlintas di pikiranku, jadi jangan khawatir."

Pria yang sedari tadi menatap Lee Je-hee tanpa menatapku tiba-tiba melontarkan sesuatu. Aku menatapnya, bertanya-tanya apa yang sedang dibicarakannya, tetapi dia sama sekali tidak menoleh ke arahku, seolah-olah sengaja melakukannya.

"Yah, bukannya aku tidak bersungguh-sungguh, tapi kurasa sekarang bukan saat yang tepat."

"Apa yang kau bicarakan?"

"Jangan mati di sini."

"...."

"Tetaplah di tempat yang aman. Jangan keluar."

Creating A Hidden Ending Ending + Side StoryWhere stories live. Discover now