~ HAPPY READING ~
🌼🌼🌼🌼
Dua minggu berlalu, dan perubahan pada Galaksi semakin terasa, bukan hanya di sekolah, tapi juga di rumah. Pagi di kediaman Evanza, yang biasanya berjalan kaku dan efisien, kini terasa lebih hangat.
Galaksi turun ke ruang makan dengan langkah santai, bahkan sempat memutar lewat taman untuk menikmati udara pagi. Kebiasaan baru yang ia pelajari dari Fiona.
"Selamat pagi, Ma, Pa," sapanya sambil mencium pipi Monica.
Monica dan Baskara saling berpandangan. Biasanya, putra mereka memulai hari dengan laporan saham, bukan senyum. Kini, Galaksi hanya duduk santai sambil membaca berita olahraga di tablet miliknya.
"Kamu terlambat sepuluh menit dari jadwal sarapan biasa," ujar Baskara datar.
"Aku tahu, Pa," jawab Galaksi tenang. "Aku cuma ingin menikmati matahari pagi. Fiona bilang, burnout bisa dicegah kalau kita belajar menghargai hal kecil."
Monica tersenyum lembut. "Fiona, ya? Gadis itu seperti vitamin untuk anak kita, Mas."
Namun Baskara tetap serius. "Kamu pewaris Evanza Group, Gal. Rileks boleh, tapi jangan kehilangan disiplin. Papa dengar kamu sering telat ke rapat OSIS."
"Benar, Pa. Tapi justru di lima menit itu aku dapat ide bagus untuk program sosial. Dulu aku fokus mengejar kesempurnaan. Sekarang aku belajar mengisi energi dari hal-hal yang bikin bahagia. Hasilnya malah lebih efektif."
Baskara terdiam. Logika baru itu terasa asing, tapi sulit disangkal hasilnya.
"Aku juga sekarang suka pulang lewat jalan memutar," lanjut Galaksi. "Biar bisa menikmati perjalanan. Kalau cuma fokus ke tujuan, kita lupa rasanya hidup."
Monica menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Dengar itu, Mas. Anak kita akhirnya bisa ngerasain kehidupan seperti anak remaja pada umumnya."
Baskara menarik napas panjang. "Oke, Papa paham. Tapi jangan biarkan cinta membuat kamu lalai, Galaksi!"
Galaksi tersenyum tipis. "Justru sekarang tanggung jawab aku bukan cuma ke Evanza Group, tapi juga ke Fiona. Karena memastikan dunia aku tersenyum adalah bentuk tanggung jawab terpentingku."
Baskara hanya bisa menggeleng—antara bangga dan cemas. Ia tahu, sandiwara yang dulu dirancang oleh Fiona dan putranya kini berubah jadi sesuatu yang lebih nyata.
Ketika Galaksi mulai menemukan keseimbangan antara logika dan hati, masa lalunya datang mengguncang sedikit keseimbangannya itu.
Di perpustakaan, Galaksi dan Fiona sedang mencari ide untuk proyek bakti sosial. Suasana tenang sampai suara dingin memecah keheningan.
"Galaksi Evanza Ray masih suka berpikir jauh ke depan rupanya."
Mereka menoleh. Di sana berdiri Elisia Aurana Marendra, teman masa kecil Galaksi—cantik, sempurna, rapi, dan dingin seperti versi lama dirinya. Putri tunggal dari keluarga Marendra yang merupakan kolega ayahnya, ia kembali lagi ke SMA Paramitha.
"Sejak kapan lo di sini?" tanya Galaksi datar.
"Baru dua hari. Gue dengar lo punya proyek baru... dengan cewek ini?" Tatapan Elisia menelusuri Fiona dari atas ke bawah.
Fiona menggenggam tangan Galaksi di bawah meja.
"Ini Fiona," ucap Galaksi mantap. "Pacar gue."
Elisia tertawa sinis dan menyilangkan tangannya. "Pacar? Dulu lo pernah bilang cinta itu bug dalam sistem kehidupan."
BẠN ĐANG ĐỌC
Plot Twist
Teen FictionCerita ini beralur maju dan penyelesaiannya cepat! *** Fiona Raeva Quinn dikenal sebagai Drama Queen sekolah-bukan karena suka lebay, tapi karena hidupnya selalu tampak seperti naskah film yang ia tulis sendiri. Sayangnya, skrip sempurna itu nyaris...
