~ HAPPY READING ~
🌼🌼🌼🌼
Jabat tangan itu singkat, tapi terasa seperti kontrak tak tertulis. Bagi Fiona, itu adalah akhir dari sebuah adegan yang ia sutradarai dengan presisi. Bagi Galaksi, itu adalah awal dari kekacauan yang terorganisir.
Fiona menarik tangannya perlahan, senyumnya kini lebih santai. Ia menyesap air mineral sambil mengamati Galaksi dari kepala hingga sepatunya.
"Dengar ya, robot," ucap Fiona dengan nada pelan namun tajam, "ini bukan cerita cinta murahan. Aturannya simpel: di sekolah kita tampil mesra, di luar kita kembali ke peran asli. Lo tetap ketua OSIS yang dingin, dan gue tetap Drama Queen yang nggak bisa diatur."
Galaksi menyandarkan tubuhnya, membiarkan aroma Ice Latte menguar. Tatapan Fiona tak menggoyahkannya sedikit pun.
"Gue juga punya syarat," balas Galaksi santai. "Pertama, nggak ada drama lebay yang ganggu ketertiban sekolah. Nggak ada teriak-teriak di kantin, apalagi pura-pura pingsan demi perhatian."
Fiona mendengus kasar. "Yakin gue bakalan pingsan di koridor yang bau kaos kaki lo itu? Whatever, lanjut."
"Kedua," lanjut Galaksi, tetap tenang, "gue yang tentukan kapan dan di mana kita tampil mesra. Reputasi gue nggak boleh rusak gara-gara akting lo yang kelewat batas."
"Reputasi lo? Excuse me babe. Pacaran sama Drama Queen kayak gue justru bikin lo kelihatan edgy. Anggap aja lo lagi eksplorasi sisi liar lo," sela Fiona, menekankan kata ‘Babe’ dengan nada menggoda yang disengaja.
Namun, wajah Galaksi tetap datar. "Ketiga, dan ini penting: jangan sentuh gue tanpa izin. Gandengan tangan boleh, pelukan singkat oke. Tapi nggak ada ciuman, nggak ada PDA yang kelewat batas. Kita pacaran serius, bukan mesum."
Fiona menopang dagu, berpura-pura berpikir. "Oke, gue setuju. Profesional aja. Gue juga nggak minat nyium Ice Latte berjalan kayak lo."
"Pacaran pura-pura sama Galaksi itu kayak nyoba jinakin singa kutub—capek, tapi seru. Tapi dia lupa, drama yang gue buat bukan buat bikin rusuh, tapi buat ngatur permainan." batinnya sambil menatap Galaksi intens.
"Sekarang giliran gue," ucap Fiona, duduk lebih tegak. "Pertama: lo harus jadi pacar yang meyakinkan. Makan di tempat yang gue pilih, pura-pura dengerin curhatan gue. Leon sok gantengan itu harus lihat kita dan percaya gue bisa dapetin cowok sekelas lo."
Galaksi mengangguk setuju. "Masuk akal. Itu bagian dari kesepakatan."
"Kedua: selama sebulan ini, lo harus berani tolak perjodohan dari nyokap lo. Itu kan alasan lo setuju sama ide gue?"
Galaksi menarik napas panjang. Ini bagian tersulit. "Gue janji. Kalau nyokap gue akan tahu soal kita. Itu akan jadi tameng gue buat kedepannya."
"Terakhir," Fiona menatapnya tajam. "Setelah sebulan, kita bubar. Bukan putus, tapi bubar. Balik jadi musuh alami. Nggak ada baper, nggak ada stalking, nggak ada perasaan."
Galaksi menatap balik. Ia tahu Fiona tak akan jatuh cinta padanya. Yang Fiona cintai hanyalah naskah yang ia tulis. Dan Galaksi? Ia hanya ingin jeda dari skenario hidup yang ditulis orang tuanya.
"Deal," jawab Galaksi. Ia mengeluarkan dompet, meletakkan dua lembar uang seratus ribu di meja. "Anggap aja ini biaya pra-produksi. Sampai besok, Fiona. Jangan telat. Pertunjukan kita dimulai di gerbang sekolah."
VOCÊ ESTÁ LENDO
Plot Twist
Ficção AdolescenteCerita ini beralur maju dan penyelesaiannya cepat! *** Fiona Raeva Quinn dikenal sebagai Drama Queen sekolah-bukan karena suka lebay, tapi karena hidupnya selalu tampak seperti naskah film yang ia tulis sendiri. Sayangnya, skrip sempurna itu nyaris...
