PROLOG

79 59 21
                                        

Hai, pembaca kece (semoga jadi setia juga 😆)!
Cerita ini lahir dari curahan ide dan kopi dingin tengah malam, jadi semoga kamu menikmati setiap dramanya dan selalu betah untuk ngikutin setiap kisahnya! ☕✨

.
.
.
.

~ HAPPY READING~

.
.
.
.

🌼🌼🌼🌼

Fiona Raeva Quinn tidak percaya pada takdir. Ia percaya pada skrip.

Sejak SMP, hidup Fiona berjalan seperti film yang ia tulis sendiri—lengkap dengan adegan, dialog, dan akhir yang selalu sesuai rencana. Ia tahu kapan harus jatuh cinta, kapan harus mengakhiri hubungan tanpa drama, bahkan menu makan siangnya pun sudah terjadwal (Senin selalu nasi goreng pedas double, no exception).

Di SMA Paramitha, gelar Drama Queen bukan karena ia lebay atau suka menangis, tapi karena setiap langkahnya terukur, teatrikal, dan selalu terencana.

Sayangnya, rencana sempurna itu runtuh seketika saat satu nama muncul tanpa izin dalam naskah hidupnya: Galaksi Evanza Ray.

Cowok itu adalah kebalikan dari segalanya yang Fiona yakini. Galaksi adalah ketertiban, ketenangan, dan kontrol diri dalam bentuk manusia. Sebagai ketua OSIS yang disiplin nyaris berlebihan, ia melihat Fiona—dengan rok yang sedikit miring, tawa nyaring, dan ide-ide yang selalu melanggar aturan, sebagai sumber kekacauan utama di sekolah.

Lalu malam itu, di sebuah kafe yang penuh aroma kopi, Fiona menatap Galaksi seperti sedang berhadapan dengan skrip paling absurd yang pernah ia tulis.

"Satu bulan," katanya datar tapi mantap. "Kita pacaran. Pura-pura."

Galaksi menatapnya tajam, alis tebalnya terangkat. Ekspresinya sedingin ice latte di tangannya.

"Kenapa gue harus mau ikut ide konyol lo itu?"

Fiona menegakkan punggung, suaranya cepat dan penuh keyakinan.

"Gue butuh bukti kalau gue bisa pacaran serius, bukan cuma buat taruhan bodoh dengan Leon. Dan lo… lo juga pasti butuh alasan biar nggak terus dijodohin sama pilihan mama lo itu, kan?"

Galaksi terdiam, lalu menghela napas panjang. Ia sudah terlalu sering duduk di meja makan bersama 'calon istri' pilihan keluarganya. Entah bagaimana, tawaran Fiona terdengar… masuk akal.

"Oke," katanya akhirnya. "Satu bulan. Tapi ada aturan: nggak ada perasaan. Ini murni kesepakatan profesional."

Fiona tersenyum—senyum khasnya yang seolah tahu segalanya.

"Santai aja, Galaksi. Lagian gue juga nggak akan jatuh cinta sama robot kayak lo gini. Anggap saja ini… Pacaran pura-pura."

Ia mengulurkan tangan kehadapannya. Galaksi pun langsung menyambutnya dengan tatapan tajam penuh peringatan. Dan saat jabat tangan itu terjadi, Fiona tahu satu hal pasti: babak baru telah dimulai. Bedanya, kali ini, untuk pertama kalinya… ia tidak yakin bisa menulis akhir ceritanya sendiri.


~TO BE CONTINUED~


🌼🌼🌼🌼


Bestie, jangan lupa bagi-bagi bintang ya 😝✨
Pencet vote, tulis komen seru, dan ceritain pendapatmu! Semua komentar dari kalian aku bacain satu-satu lho👀💬

Plot TwistWhere stories live. Discover now