Tidak pernah terpikirkan sedikitpun olehnya bahwa kemampuan melihat arwah justru malah membuatnya terjebak dengan arwah seorang penulis paling narsis yang pernah ia temui.
Najmika, seorang guru Sekolah Dasar yang hidupnya dipenuhi kesederhanaan, me...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Langkah sepatu pantofel beradu pelan dengan kerasnya lantai koridor sekolah. Waktu baru menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi, saat di mana murid-muridnya sedang istirahat. Biasanya, pada jam ini Najmika sudah berada di ruang guru, bersantai dengan guru lain sembari menyeruput secangkir es teh manis. Sayang sekali untuk hari ini Ia tidak bisa menikmati hal tersebut, ada beberapa buku yang harus Ia pinjam dari perpustakaan untuk referensi mengajar nanti.
Tangannya sibuk menggenggam ponsel. Mumpung koridor sedang sepi, ia melirik layar ponselnya, menggulir layar ke atas. "Apa ini?" gumamnya.
"Mentang-mentang lagi naik daun, headline beritanya sampai dilebih-lebihin." Ia berjalan sambil menggerutu, sumpah serapah meluncur begitu saja dari bibir tipisnya.
"Padahal, yang mereka tulis tentang aku tuh belum semuanya. Udah menggerutu aja, karya aku itu selalu trending," kata seorang pria yang berjalan beriringan dengannya.
Najmika menoleh sekilas, kaget. lalu langsung cepat-cepat kembali menatap ponselnya. Berusaha merubah mimik wajahnya sesantai dan senatural mungkin.
"Haaa … Sampai trending satu di internet lagi. Orang-orang kok bisa-bisanya ya, dibilang paling hebat? Padahal kayaknya di luar sana masih banyak kok yang lebih bagus, lebih berbakat."
"Aku nggak salah denger nih?! Lebih bagus? Kamu tahu nggak, jari-jari tanganku ini udah bikin orang jatuh cinta sampe klepek-klepek sama tulisan yang aku buat?!" Pria yang tadi berjalan di samping Bu guru itu, kini menghentikan langkahnya lantas menatap Najmika, berkacak pinggang.
"Iya, deh. Karyanya memang bagus, sih, tapi nggak harus hiperbola juga kali." Najmika mempercepat langkahnya menuju perpustakaan, tidak nyaman berlama-lama di koridor.
Sebetulnya Ia bukan penggemar berat sastra, tapi sebagai seorang guru, Najmika cukup rajin dalam hal membaca buku cerita dan novel dengan konflik ringan sebagai bahan mendongeng di kelas. Hal itu membuatnya mengetahui sedikit banyaknya mengenai beberapa penulis yang namanya sedang diperbincangkan saat ini.
🍅🍅🍅
"Kalo nggak salah disimpan di sekitaran sini deh." Najmika mendongakkan kepalanya keatas, berusaha mengintip judul buku yang berderet rapi di rak paling tinggi.
"Di mana ya," pikirnya.
"Lain kali kalo masih butuh jangan langsung dibalikin, Bukunya ada di sebelah kiri." Pria itu mengambil satu buku yang berada didekatnya lalu berjalan menuju kursi di area tengah perpustakaan.
Najmika masih memposisikan dirinya dihadapan rak buku. Matanya menyapu satu-persatu Judul buku yang ada, lalu berhenti pada deretan buku yang berada di samping kiri.
"Ini dia." kakinya jinjit. berusaha keras mengambil buku yang la inginkan, namun apalah daya, rak buku ini terlalu tinggi bagi najmika.