Sementara Taehyung hanya menatapnya dalam diam. Tanpa ada rasa peduli.
"Aku akan keluar, tolong makan dengan benar agar kau segera sembuh," Jisoo tersenyum tipis.
Pertahanannya serasa runtuh. Jisoo belum terbiasa dengan sikap asing Taehyung. Terlalu menyakitkan menatap mata yang dulu menatapnya penuh cinta kini kosong dengan sorot berbeda.
Tak menunggu lama Jisoo beranjak keluar. Tangannya memegang gagang pintu dan sekali lagi ia menghela nafas penjang.
Air matanya mengalir begitu ia keluar dari ruangan. Rasa sesak yang sejak tadi di tahannya menemukan cara untuk meledak, luruh bersama rasa sakit.
"Kenapa rasanya sakit sekali," Jisoo terisak sambil memukul dadanya.
🥀🥀
Keesokan harinya Jisoo berada di bandara. Mengantar kedua orang tuanya.
"Kamu yakin semuanya baik-baik saja?"
"Iya ibu, aku bisa mengatasinya. Ayah dan ibu tidak perlu khawatir,"
"Ibu tidak tega melihatmu sendiri sayang," nyonya Kim mengusap wajah Jisoo.
"Tidak apa ibu. Aku tidak sendiri, ada Jennie,"
"Banyak hal penting yang harus ayah dan ibu lakukan di Paris. Aku tidak masalah jika kalian kembali kesana,"
"Hubungi ayah jika terjadi apa-apa. Dan ayah selalu mendoakan yang terbaik untukmu," ucap Tuan Kim.
Jisoo tersenyum di sampingnya Jennie juga ikut tersenyum ramah.
Kemudian Jisoo memeluk kedua orang tuanya bergantian sebelum mereka melakukan penerbangan menuju Paris.
"Jaga diri baik-baik. Jennie kau juga,"
"Baik paman," balas Jennie singkat.
Setelah itu Jisoo dan Jennie meninggalkan bandara.
"Aku ingin mampir beli makanan untuk Taehyung," ucap Jisoo saat mereka berdua berada di mobil.
"Baiklah," Jennie menuruti permintaannya.
"Apa keadaannya masih sama seperti kemarin?" tanyanya melanjutkan ucapan.
Jisoo mengangguk kecil dengan senyum tipis yang mampu dilihat Jennie penuh dengan kepedihan.
"Dokter memang mengatakan kesehatannya membaik, tapi... dia tetap tidak bisa mengingatku," suara Jisoo bergetar saat mengingat reaksi Taehyung padanya.
"Kau harus sabar. Aku akan selalu membantumu," Jennie menepuk punggung tangan Jisoo menguatkan gadis itu.
"Hmm... aku akan selalu berusaha untuk membuatnya kembali mengingat ku," Jisoo menunduk menghela nafas.
"Namun terkadang aku takut jika selamanya ingatannya tidak kembali,"
"Jangan bicara seperti itu. Kau harus yakin Taehyung bisa sembuh,"
Jisoo menatap sahabatnya itu dengan senyum, Jennie benar-benar memberikan dukungan penuh untuknya.
"Terimakasih Jennie,"
🥀🥀
Seperti sebelumnya, Jisoo selalu mengontrol emosi dan raut wajah saat ia hendak masuk ke ruang UGD.
Jisoo merapikan rambut dan memijat kedua pipinya, kemudian berlatih mengubah suaranya agar terdengar stabil.
Setelah dirasa cukup barulah ia melangkah masuk.
"Permisi," sapanya basa-basi.
Jisoo melihat Taehyung berbaring dengan mata terpejam. Ia mengulas senyum, pria itu sedang beristirahat rupanya.
Duduk di samping Taehyung dan menoleh menatap kotak bubur yang ia bawa tadi pagi sudah habis kini berada di tempat sampah. Jisoo lega, setidaknya Taehyung tidak menolak pemberiannya.
Perlahan tapi pasti Jisoo mengulurkan tangan. Merapikan rambut Taehyung yang menghalangi wajah pria itu. Tatapannya berubah sendu.
"Aku merindukanmu,"
Suaranya parau seolah tercekat oleh sesuatu yang lebih pahit dari racun.
"Aku rindu saat kamu tersenyum padaku. Aku rindu ucapan-ucapan manismu, tatapan teduhmu. Dan aku rindu pada kenangan yang tidak bisa kamu ingat," Jisoo membiarkan air matanya mengalir. Tidak ada niatan untuk mengeka ia melanjutkan kalimat yang selama ini di pendamnya.
"Aku tau kamu tidak pergi, aku yakin ada hari dimana kamu akan mengingat ku,"
"Aku akan selalu ada di sampingmu. Aku akan selalu mencintaimu,"
Jisoo tersenyum sambil menatap dalam-dalam wajah Taehyung. Kemudian tatapannya beralih menatap jemari Taehyung. Disana masih tersemat cincin tunangan mereka.
Jisoo menghela nafas. Menyentuh cincin tersebut dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Harusnya kita sudah bahagia saat ini. Harusnya waktu itu aku tidak menyuruhmu pulang. Maafkan aku Taehyung, semua ini memang salah ku. Maaf karena keegoisan ku kamu jadi terluka,"
Air matanya mengalir deras. Jisoo kalut, ia menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi.
Malam itu Jisoo terus menangis hingga dadanya sesak. Ia tetap berada di samping Taehyung sampai tidak sadar ketiduran disana. Menggengam jari-jari Taehyung dan merebahkan kepalanya disisi ranjang.
Kesunyian menyelimuti ruangan bernuansa putih tersebut. Hening, hanya suara jarum jam yang terdengar samar.
Taehyung membuka kedua matanya. Tatapannya langsung tertuju pada gadis yang tidur dengan posisi duduk disampingnya.
Memandangnya lekat tanpa membuka suara.
Taehyung tidak tau apa yang membuat Jisoo begitu peduli padanya. Sejak tadi ia tidak benar-benar tidur, Taehyung mendengar semua ucapan Jisoo. Mendengar tangisan pilu gadis itu.
Taehyung penasaran. Namun sialnya semakin ia berusaha mengingat Kim Jisoo semakin membuat kepalanya berdenyut sakit.
Taehyung tidak bisa mengingat apapun, bahkan identitasnya pun ia lupa.
Saat ini Taehyung hidup seperti bayi yang baru lahir. Tidak ada satupun memory tersisa di otaknya.
Semua terasa hambar. Dan tanpa sadar hal itu mengubah seluruh kepribadiannya. Tidak ada lagi Taehyung yang suka bercanda, tidak ada keramahan dan tidak ada rasa peduli.
Sekarang kalian akan mengenalnya sebagai Kim Taehyung yang dingin dan pendiam.
TBC...
mau kasih tau, kalo untuk part awal mungkin terkesan membosankan. Tapi tenang nanti masuk part 5 kalian bakal nemu yang seru-seru hehe
Terimakasih yang udah mampir💗
5 September 2025
YOU ARE READING
Find me in your memory
Teen Fiction"Aku lelah tapi tak ingin menyerah. Aku rindu tetapi hanya bisa menunggu. Kamu tidak pergi, namun anehnya aku merasa kehilangan" Nyatanya hal tersulit di dunia ini adalah pura-pura tersenyum di saat hati menangis. Pura-pura bahagia saat hati menjeri...
Part 2
Start from the beginning
