Di sebuah kota pelabuhan yang damai namun penuh rahasia, Jae-min, pemuda pekerja keras yang membantu orang tuanya di kafe tepi pantai, menemukan seorang gadis misterius terdampar di pasir setelah badai malam.
Gadis itu bernama Hae-rin-cantik, aneh d...
Tak jauh dari situ, sang ibu, Ratu Seon-hwa, duduk anggun sambil membaca sebuah buku tua-sisa peninggalan dunia manusia yang telah ia simpan sejak masih remaja. Namun tiba-tiba, dari kejauhan, terdengar samar alunan lagu yang familiar.
Ratu Seon-hwa terdiam. Matanya sedikit melembut, seolah terseret pada kenangan lama. Dengan hati-hati, ia menutup buku itu dan menaruhnya kembali ke tempat rahasia, tempat ia menyembunyikan buku-buku sejak dulu.
Ratu Seon-hwa (lembut): "Hae-rin... ayo ikut ibu."
Tanpa menjelaskan lebih jauh, ia segera berenang meninggalkan tempat itu, menuju arah sumber suara.
Hae-rin kecil menoleh kebingungan, tapi rasa penasarannya lebih besar. Ia pun buru-buru mengikuti ibunya dari belakang, bersama seekor lumba-lumba yang setia menemani mereka.
Gumaman Ratu Seon-hwa (pelan, hampir berbisik): "Apakah itu... kamu? Kamu masih ingat lagu ini..."
Hae-rin kecil (bingung): "Ibu? Ada apa? Lagu apa itu?" - menatap ke arah sumber suara dengan mata penasaran.
Ratu Seon-hwa (tersenyum lembut): "Tidak apa-apa, sayang. Itu lagu yang sering Ibu dengar waktu remaja... sebelum Ibu diangkat menjadi Ratu Laut."
Hae-rin kecil (mata berbinar, tersenyum): "Ibu... lagu itu indah sekali!"
Ratu Seon-hwa (mengusap rambut putrinya, lirih): "Benar... sangat indah. Ibu tidak pernah menyangka lagu ini masih terdengar sampai sekarang."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
(Di sisi lain, di darat)
Jae-min duduk di kursi kayu kecil, memperhatikan gurunya memainkan melodi di piano tua. Lagu itu terdengar begitu indah, seolah membawa bayangan dunia laut ke dalam ruangan sederhana itu.
Jae-min (heran): "Guru... lagu ini sangat indah. Rasanya seperti bercerita tentang laut... siapa yang membuatnya?"
Myung-ho (tersenyum tipis, menatap jauh): "Itu lagu yang kuciptakan untuk istriku."
Jae-min (bingung): "Istrimu? Tapi... aku tak pernah melihat istrimu, Kau selalu sendirian di sini."
Myung-ho (suara lembut, penuh kerinduan): "Benar. Raganya memang tak ada di sini... tapi dia selalu hidup di hatiku."
Myung-ho (tersenyum hangat, menatap Jae-min): "Aku mencintainya sepenuh hati. Dan aku juga punya seorang putri... seusiamu."
Jae-min terdiam, seakan ingin bertanya lebih jauh. Namun sebelum sempat, suara seseorang terdengar dari luar.
Dae-ho (ayah Jae-min, masuk ke ruangan): "Latihannya sudah selesai? Aku tidak mau anakku terlalu lama di sini." - nada bercampur canda sekaligus perhatian, sambil melirik Myung-ho yang merupakan temannya