Pagi ini, Gaellyn hampir saja telat ke sekolah karena ia bangun lebih siang daripada biasanya. Ya, apa lagi kalau bukan karena malemnya ngga bisa tidur mikirin perlakuan Sean kemarin. Untungnya masih ada waktu 5 menit lagi sebelum kumpul sama mentor lain, jadi aman deh. Kalau ngga, bisa-bisa Gaellyn dihukum. Sebenernya Sean khawatir sama Gaellyn karena mereka udah pada mau ngumpul untuk bahas kegiatan hari ini, tapi Gaellyn masih belum datang juga. Masalahnya, ngga mungkin juga dia susul Gaellyn ke rumahnya yang ada malah telat dua-duanya. Tapi untung deh Gaellyn hadir sebelum briefing dimulai.
Setelah briefing selesai, para mentor langsung bergerak ke tempatnya masing-masing untuk menunggu adik-adik kelasnya sesuai dengan kelompok dua hari kemarin. Tempat berkumpulnya kelompok 11 itu berada di lobby sekolah. Selama berjalan menuju lobby sekolah, Sean menanyakan kenapa Gaellyn hari ini hampir telat.
"Kenapa tadi lo hampir telat?"
"Gue bangun kesiangan, semalem susah tidur."
"Kenapa? Lo sakit?"
"Ngga, gapapa. Gue juga sehat kok."
"Oh gue tau, lo mikirin gue ya?"
"Pede banget sih lo, ngga ya," Gaellyn mengelak padahal pada kenyataannya ia emang memikirkan Sean semalaman.
"HAHAHA ya siapa tau lo baper sama hal-hal kemarin."
"Ya.. sedikit."
"Bilang aja kalo baper, ngga usah ditutupin pake ngomong sedikit gitu," ucap Sean sembari mengacak-acak rambut Gaellyn.
"Ya," Gaellyn pasrah karena ia tidak bisa lagi menutupi kalau ia masih baper dengan kejadian kemarin.
Hari PLS yang ketiga ini tidak banyak kegiatan karena mereka sudah dibagikan kelas dan mulai berinteraksi dengan wali kelas serta teman-teman sekelasnya. Sebelumnya, setiap anak diminta menuliskan sebuah surat untuk kakak mentornya yang sudah menemani mereka selama tiga hari ini.
'Pasti banyak gombalan di dalam surat yang dikasih buat Sean. Untung mereka ngga tau kalo Sean itu udah punya pacar, kalo mereka tau, udah gue tampol satu-satu,' batin Gaellyn.
Berbeda dengan mentor kelompok lain, Sean dan Gaellyn sempat membuat beberapa gift kecil untuk para adik kelasnya. Katanya biar mereka berdua selalu diinget sama adik-adik kelasnya itu. Padahal, tanpa gift itu pun mereka pasti akan selalu diingat, apalagi Sean.
Sean dan Gaellyn menerima beberapa surat dari para adik kelasnya itu. Mereka belum sempat membaca suratnya, karena setelah penutupan acara PLS tahun ini, mereka harus hadir dalam rapat evaluasi acara PLS. Rapat berjalan sekitar satu jam lalu mereka diperbolehkan untuk pulang agar dapat beristirahat dan mengejar tugas yang tertinggal. Cukup banyak tugas yang mereka harus kerjakan, tapi Gaellyn tidak menyesali hal itu. Ia masih bisa mengejar yang tertinggal dan mendapatkan pengalaman baru.
"Ngerjain tugas bareng, yuk? Kita juga sekelas lagi kan," ajak Sean.
"Boleh, tapi di rumah gue aja, ya? Soalnya buku-bukunya ngga gue bawa."
"Iya, ya udah, yuk."
"Wait ya, gue ambil buku dulu di kamar sekalian ngambil minum buat lo," ucapan Gaellyn hanya dibalas anggukan karena Sean sudah fokus dengan buku-buku mata pelajaran yang ada di depannya.
"Fokus amat kak ngerjainnya," goda Gaellyn yang melihat Sean sangat serius mengerjakan tugas sedari tadi.
"Biar cepet selesai. Jadi lo bisa nanya sama gue kalo ada yang ngga ngerti."
"Iya deh, nih minum dulu."
"Thanks."
"Sama-sama cowo cuek."
YOU ARE READING
Connection
Teen FictionHeartbreak sometimes wears the face of love-quiet, selfless, and aching. It's the kind that whispers goodbye. Not out of anger, but out of deep care, knowing that holding on too tightly might dim the light in someone you cherish. So you choose to wa...
