Di hari kedua PLS ini, capenya lebih-lebih dari kemarin. Karena mereka semua berkegiatan di lapangan dari pagi sampai siang. Udah ngga tau deh kapan keringet bisa berenti ngalir walaupun cuma sebentar. Tapi, di hari kedua ini kegiatannya paling asik. Mereka semua main beberapa games yang bikin waktu tuh ngga kerasa kalau mereka harus udah pulang lagi ke rumah masing-masing.
Di pos games terakhir, mereka sharus minta tanda tangan kakak mentornya untuk dikumpul dan mereka bisa pulang deh. Ngga mudah juga untuk minta tanda tangannya, karena setiap mentor pasti punya tempat masing-masing yang cukup sulit untuk ditemukan oleh anak-anak kelas 10. Ya.. udah pasti Sean sama Gaellyn di satu tempat yang sama karena mereka ketua dan wakil ketua kelompok 11.
"Kakak ganteng, minta tanda tangannya dong."
"Aku juga kak, biar aku bisa pulang."
"Thank you kakak ganteng!"
'Ini ngga ada gitu yang minta tanda tangan gue? Emang gue ga keliatan ya? Atau karena gue jelek? Ngapain juga sih mereka deket-deket sama cowo gue?' Gaellyn ngomel-ngomel sendiri dalam hati karena ngga terima pacarnya dikelilingin sama cewe-cewe kelas 10.
Setelah anak-anak itu meminta tanda tangan Sean, Sean memperhatikan muka Gaellyn yang rautnya terlihat badmood.
"Emang gue ngga keliatan apa ya berdiri di sini? Atau gue jelek? Daritadi yang minta tanda tangan sama gue cuma 5 orang. Sisanya ke lo semua."
"HAHAHA ngga terima lo kalo gue ganteng?"
"Ngga gitu, bingung aja kenapa anak kelas 10 pada kecentilan. Lo sama mereka aja gih daripada sama gue."
"Oh jadi ceritanya ada yang cemburu nih?"
"Ngga, ngapain cemburu?"
"Ngga cemburu tapi kok mukanya kayak gitu? Nyuruh gue sama mereka lagi."
"Ya gapapa mumpung gue lagi baik."
"Ngga ah, kalo gue sama yang lain, nanti ada yang nangis," ledek Sean yang kembali menjaili pacarnya.
"MAKSUD LO GUE BAKAL NANGIS GITU?"
"Ya.. yang merasa aja sih.. HAHAHA."
"Lo tuh ngeselin banget ya, bodoamat."
"Jangan marah mulu napa."
"Biarin."
"Udah yu ah, mau pulang ngga? Atau lo mau nginep di sini sama penunggu sekolah?"
"IH SEAN DARREN CHRISTOPHER! Bercandanya ngga lucu ah, males."
"HAHAHAHA iya maaf, ayo nanti keburu hujan," ajak Sean sambil menarik tangan Gaellyn lalu menggandengnya.
Berbeda dengan hari kemarin, hari ini mereka berdua udah janjian untuk pulang bareng dan rencananya mereka mau mampir di sebuah kafe deket rumah Gaellyn. Cuaca di luar hujan, cukup deras. Jadi apa yang mereka pilih sekarang ini tepat, yaitu diam sejenak di sebuah kafe.
Toko Kopi Djawa
"Hallo, selamat sore kak. Mau pesan apa?"
"Saya mau pesan americano satu sama latte less sugar dan less ice ya."
"Oke baik kak, ditunggu ya pesanannya."
"Terima kasih."
Sebuah kafe bernama 'Kopi Toko Djawa' sudah menarik perhatian Gaellyn sejak lama. Banyak orang bilang kopi yang berada di jalan Braga, Bandung ini sangat terkenal dan rasanya yang enak. Dengan menyuguhkan arsitektur bangunan yang cukup sederhana menggunakan beberapa lampu yang menggantung di atas serta bangunan yang tidak begitu luas memberikan kenyamanan tersendiri untuk mereka berdua. Selain itu, di lantai 2 kafe ini juga terdapat tempat photobox bagi para mengunjungnya yang ingin mengabadikan moment bersama dengan orang terdekatnya di toko ini. Karena keadaan kafenya cukup ramai, mereka lebih memilih duduk di salah satu sudut ruangan kafe tersebut.
YOU ARE READING
Connection
Teen FictionHeartbreak sometimes wears the face of love-quiet, selfless, and aching. It's the kind that whispers goodbye. Not out of anger, but out of deep care, knowing that holding on too tightly might dim the light in someone you cherish. So you choose to wa...
