PROLOG

37 5 0
                                        

Ada saatnya dalam hidup ketika kamu harus memilih untuk membalikkan halaman, menulis buku lain, atau hanya menutupnya.

༼⁠;⁠'⁠༎ຶ⁠ ⁠۝ ⁠༎ຶ⁠༽

Alana Liora Gentari, atau kerap disapa Ana oleh teman-temannya. Gadis itu sibuk mencari sembuh sedangkan dia tak pernah tahu luka mana yang harus dia sembuhkan lebih dulu. Terlalu banyak kehilangan- kehilangan yang gadis itu alami, sedangkan di dalamnya belum benar-benar siap untuk menerima apa arti dari sebuah sakit akan kehilangan. Alana tahu, tubuh itu sudah sangat kesakitan, sejak lama dia hanya diam berharap waktu mampu menyembuhkan. Namun, Alana justru semakin merasakan pilu dan rindu yang entah kemana harus dia bawa pulang. Bagi Alana, dia selalu gagal menjadi seseorang yang kuat di depan semesta, meski semua duka sudah dia tutupi dengan seutas senyum yang selalu hadir di bibirnya, tetap saja air matanya tak bisa berhenti untuk berkata jujur. Sungguh, Alana lelah, tapi dia tak pernah tahu caranya untuk beristirahat.

Alana, gadis itu tampak tengah terduduk di depan laptopnya. Di semester enam ini tugas kuliahnya dirasa semakin menumpuk. Ditambah lagi Alana yang sebentar lagi akan menjalani Praktik Kerja Lapangan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas Akhir. Namun karena tenggat pengumpulannya cukup panjang, Alana bisa sedikit bernapas lega, dia bisa mengerjakannya satu persatu.

Suasana kost sore itu juga tampak sepi, tak seperti biasanya yang ramai. Ah, mungkin penghuni kost lain belum selesai dengan pekerjaannya. Langit sore itu terlihat indah dengan semburat warna jingga nya. Alana tentu dapat melihat dengan bebas keindahan itu dari jendela kamarnya.

Tak terasa sudah satu jam, gadis itu mengayunkan jemarinya menekan tombol-tombol di laptop, menyusun kalimat demi kalimat. Ya, Alana tengah bergulat dengan tugas-tugasnya.

TING!

Suara pesan masuk memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti ruangan bernuansa biru itu.

Hega: "Besok, aku harus ke Bandung, sayang."
Hega: "Ada tugas mendadak dari atasan."

Membaca pesan itu, Alana lantas menghela napasnya panjang.

Lagi dan lagi, Hega harus membiarkan nya sendiri. Akhir-akhir ini Hega menjadi sangat sibuk, bahkan Alana merasa jika waktu Hega begitu sulit ia dapatkan. Alana ingin Hega yang dulu. Hega yang selalu memberinya waktu, Hega yang selalu menghabiskan waktu bersamanya, Hega yang selalu ada di sampingnya.

Tak berselang lama dari itu, jemari Alana bergerak mengetikkan sebuah pesan balasan untuk, Hega.

Alana: "Baiklah. Till we meet again, Hega!"

Send

Pesan itu terkirim, Alana menghembuskan napas untuk yang kedua kalinya. Gadis itu kembali melanjutkan dan menyelesaikan tugas-tugasnya lalu segera ber-istirahat, kegiatan esok hari mungkin akan cukup melelahkan.

Pernah dengar tidak, bahwa mungkin bagi sebagian laki-laki dunia bukan hanya tentang pasangannya, tetapi bagi perempuan, pasangannya adalah dunianya.

Dan bagi Alana, Hega, bukan hanya seorang kekasih, bukan hanya seorang pasangan. Tapi bagi Alana, Hega adalah salah satu bagian penting dalam hidupnya. Hega, adalah rumah. Hega, adalah teman, Hega, adalah keluarga. Bagi Alana, Hega adalah segalanya, dan Alana akan selalu mengusahakan apa yang berada dalam genggamannya tidak terlepas darinya.

Namun disisi lain Ana mengerti, bahwa Hega juga punya dunia nya sendiri, dunia yang tidak melulu hanya tentangnya. Terlebih lagi, Hega yang saat ini sudah bekerja di salah satu perusahaan yang cukup ternama di Ibu Kota Jakarta ini, yang pastinya membuat Hega menjadi sesibuk sekarang.

༼⁠;⁠'⁠༎ຶ⁠ ⁠۝ ⁠༎ຶ⁠༽

Nantikan bab selanjutnya, and i hope you enjoy for reading it.

Jangan lupa like and comment nya yaa guys!!

🤍

BETWEEN HELLO and GOODBYE

Salam cinta dari author 🤍

Between Hello and GoodbyeWhere stories live. Discover now