Chapter 19 - Re-date

191 9 49
                                        

Chapter 19

Re-date

Dengan persetujuan Ran semalam, akhirnya Deva mendapatkan kencan pertama mereka yang diulang hari ini. Pria itu tidak berhenti tersenyum dan melemparkan candaan membuat suasana di antara mereka diisi dengan tawa sejak berangkat dari apartemen Ran pukul sepuluh pagi.

Tidak ada yang jauh berbeda antara kencan dengan bagaimana kebiasaan keduanya ketika sedang bersama. Mereka banyak mengobrol dan menemukan sesuatu hal baru dari cerita masing-masing. Yang berbeda hanya bagaimana perlakuan Deva yang selalu menggenggam tangan dan sesekali melingkar di pinggang Ran saat berjalan.

Deva nampaknya tidak segan menunjukkan kedekatan mereka, sedangkan setiap perlakuan manis Deva tersebut tak berhenti membuat wajah Ran merona malu hingga tak jarang juga gadis itu dibuat salah tingkah.

Seperti keinginan Ran kemarin, hari ini mereka mengunjungi sebuah pameran buku. Ran langsung sibuk sendiri dengan kedua mata yang berbinar senang melihat hall luas tersebut.

Dua jam berlalu dan Deva tetap setia mengikuti ke mana Ran melangkah dengan begitu semangatnya dari setiap row ke row lain. Gadis itu akhirnya menyerah untuk melanjutkan berkeliling karena kakinya yang kini sudah pegal. Lagi pula, walau Deva tidak mengeluh sedikitpun, tapi ia tahu pria itu juga pasti sudah capek mengikutinya.

Ran mengarahkan pandangannya pada Deva yang sedang berdiri di sebuah meja besar dengan tumpukan buku-buku di dekat jalan keluar, sementara dirinya sedang di kasir untuk membayar lima buku yang dibeli.

Ia menerima sebuah plastik yang disodorkan oleh petugas kasir kemudian menghampiri Deva. "Dev, yuk!" ajaknya pada pria itu. Tangannya meraih lengan Deva tanpa sadar dan melingkar di sana.

"Ran, kau bawa spidol hitam?" tanya Deva tiba-tiba membuat Ran bingung.

"Tidak, untuk apa?"

"Untuk mewarnai kalender, biar tidak ada kata libur dalam mencintaimu." balasnya serius dan membuat Ran semakin bingung hingga terdiam sesaat.

Tapi tak berapa lama, gadis itu tertawa walau wajahnya memerah lagi. Ia meremas lengan Deva gemas lalu menunjuk sebuah buku dalam posisi terbuka. "Bacaanmu receh!" ejeknya di sela tawa yang memancing Deva mau tidak mau juga ikut tertawa.

Deva lalu menunjuk pada sebuah poster bergambar bendera merah putih dengan tulisan slogan 'Together As One'.

"Kau tahu arti tulisan itu?" Ran ingin sekali menolak mengikuti permainan Deva, tapi dirinya tetap mengangguk. "Apa?" tanya Deva lagi, tetap gigih melakukan niatnya.

"Indonesia bersatu." Ran menjawab sambil menahan tawa padahal ia tidak tahu apa yang akan dikatakan Deva. Tapi apapun itu, pasti lagi-lagi sesuatu hal yang menggelikan.

"Tuh kan, Indonesia saja sudah bersatu, masa kita tidak?" sahut Deva dan mengundang derai tawa Ran. Ia kembali ikut tertawa bersama gadis itu. Ditutupnya buku yang dibaca tadi dan menampakkan judulnya pada Ran 'Rayuan Gombal Bikin Baper'.

"Apa perlu aku membeli buku ini?" tanyanya pada Ran.

"Jangan pernah berani!" peringat Ran pura-pura galak.

"Kenapa? Kau tidak suka digombalin?"

"Membuatku merinding." ledek gadis itu sembari memeluk dirinya sendiri.

Deva mengabaikan buku tersebut lalu merangkul Ran dan mengajak gadis itu berjalan bersama. "Baiklah. Daripada menggombal, aku juga lebih pintar memuaskanmu di ranjang, bukan?"

Ran menghentikan langkah kakinya dan kedua matanya melirik tajam pada Deva yang berada di samping, menyatakan protesnya atas ucapan frontal barusan. Padahal, mereka sedang berada di keramaian.

The Last GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang