- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -
Gadis itu menghembuskan nafas nya, mengingat hari ini adalah hari terakhirnya sebagai mahasiswa kedokteran. Lima tahun perjuangan—lelah, tangis, luka—semua terbayar lunas hari ini.
Kakinya melangkah maju, hendak menyebrangi jalanan yang tak terlalu ramai kendaraan menuju ke gedung apartemen nya di seberang sana. Namun, matanya membulat seketika, karena sebuah cahaya menyilaukan dari arah kanan nya menyergap pandangannya. "Sial... mati gue." Bunyi klakson, suara ban berdecit, dan kemudian—
BRAKK!
Tubuh nya terpental jauh, menghantam aspal. Sekujur tubuhnya sakit tak tertahan. Samar - samar, ia mendengar suara orang - orang sekitar, sebelum akhirnya, kesadaran nya hilang sepenuhnya.
Gadis itu Amora Raquel.
.
Gelap. Pusing. Berat.
"Ugh.."
Gadis itu menggeliat pelan. Perlahan, kelopak matanya terbuka. Yang pertama kali ia lihat adalah atap langit - langit yang megah--bukan plafon apartemen nya yang biasa terdapat sarang laba - laba di pojok atas ruangan ataupun plafon rumah sakit. Aroma wewangian bunga yang menenangkan menusuk indra penciuman nya.
"Tuan Putri, apa Anda baik - baik saja?"
Amora mengerjapkan matanya perlahan. Mata nya masih buram, tak begitu jelas. Tapi, ia bisa melihat sosok wanita muda berseragam klasik yang memandang nya cemas di samping tempat tidur.
"Gue.. dimana?" gumam Amora, nyaris tak terdengar.
"Anda bicara apa?" tanya pelayan itu sedikit bingung, lalu buru - buru menunduk. "S-saya akan memanggil tabib dan Yang Mulia Permaisuri! Mohon tunggu sebentar."
Tanpa menunggu jawaban, wanita berkisar umur 20 tahunan itu berlari keluar, meninggalkan Amora yang masih belum sadar sepenuhnya.
Ia menoleh, ke kanan dan kiri. Tirai - tirai berwarna ungu muda menjuntai dari langit - langit. Dominan warna ungu muda di sekeliling ruangan. Sebuah meja rias dengan cermin, juga lampu menggantung yang tak di nyalakan.
Amora bangkit untuk duduk. Ia baru menyadari sesuatu, "Kenapa baju gue kayak gini?!" tanya nya saat menyadari ia mengenakan gaun putih sebatas lutut. Kemudian gadis itu langsung menutup mulutnya dengan tangan.
'Suara gue juga kenapa?!'
Suara yang keluar dari mulutnya, jelas berbeda. Bukan suara nya yang biasa terdengar keras dan sedikit cempreng.
Gadis itu terdiam sejenak, menurunkan kedua kaki nya ke lantai, berjalan menuju cermin bulat yang ada di depan meja rias. Cermin itu, memantulkan sosok gadis yang berdiri disana. Gadis dengan rambut lurus yang tergerai sepinggang, gaun putih sebatas lutut yang tampak pucat, namun cantik. Tapi.. itu bukan Amora. Bukan dirinya.
Lantas, siapa gadis cantik yang ada di hadapan nya ini?
Amora menahan napas, detak jantung nya melaju cepat.
"Gue ga lagi cosplay..." bisiknya, berharap semua ini hanya halusinasi nya pasca kecelakaan.
Gadis itu lantas mengangkat tangan nya, halus, ramping dengan kuku - kuku yang terawat rapi. "Gue mimpi? Atau halusinasi efek kecelakaan?" tanya nya entah pada siapa.
Sesaat kemudian, pintu kamar terbuka lebar. Seorang wanita anggun dengan mahkota kecil di kepala masuk bersama seorang pria tua berjubah panjang membawa kotak seperti kotak obat, juga pelayan yang tadi ia lihat pertama kali saat bangun.
YOU ARE READING
I'M Not a Princess
FantasySinopsis: Amora Raquel mahasiswi kedokteran yang baru saja lulus dari pendidikan nya, berniat untuk mulai fokus pada karir nya. Namun, niat nya gagal setelah tragedi kecelakaan yang menghilangkan nyawanya. Amora pikir, ia akan mati malam itu. Terny...
