Wonwoo mengangguk. "Acara pertemuan pemilik perusahaan. Formal, besar, banyak orang penting."

"Oke. have fun sama acaranya," ujar Mingyu santai sambil bangkit dari sofa dan berjalan menuju ke kamar miliknya, pura-pura tidak peduli.

Tetapi, langkah Wonwoo mengikuti nya dari belakang. Dan dia berkata tepat dibelakang Mingyu yang ingin pergi kembali ke kamarnya itu.

"Kamu dan Soobin ikut."

Langkah Mingyu tiba-tiba terhenti saat mendengar nya, tangan Mingyu yang awalnya ingin memegang gagang pintu kamar juga ikut berhenti. Wajahnya tidak percaya dan sedikit terkejut "Apa?"

"Kita berangkat bertiga."

"HAH?"

Wonwoo kembali duduk, menyandarkan punggungnya ke dinding. "Beberapa kolega sudah tahu tentang kamu dan Soobin. Saya ingin mereka lihat sendiri bahwa saya bukan hanya pria kerja, tapi juga punya keluarga yang saya jaga."

"Gua bukan keluarga lu, woy."

"Kamu bukan?" tanya Wonwoo, memiringkan kepala padahal jelas-jelas setiap saat Mingyu tinggal di rumah nya, makan dirumah nya.

Mingyu gelagapan. "Eh, maksud gua. Bukan keluarga resm-ya gitu," dia melirik-lirik tempat lain berusaha untuk tidak gugup.

"Kalau gitu, kenapa kamu tetap tinggal disini?" tanya Wonwoo iseng yang membuat Mingyu semakin keringat dingin dan gugup kembali.

"Nggak usah pakai kalimat ngebelit gitu, deh. Gua ngerti sih, tapi-" ucap Mingyu sambil sedikit melototi Wonwoo

"Kamu tidak perlu berdasi. Setelan santai tapi rapi sudah cukup. Saya siapkan di kamar." ujar Wonwoo, lalu berbalik ke arah kamar tidurnya yang berada di sudut lantai dua rumah.

Mingyu menghela napas berat. "Gua kayak diajak masuk dunia lu, tapi tanpa GPS."

"Yakali, anak berandalan kaya gua gini tiba-tiba makai jas ala CEO perusahaan gitu, aneh banget."



































Malam itu, di kamar masing-masing...

Lampu kamar redup, hanya cahaya meja belajar yang menyala lembut di sudut ruangan. Suara kipas angin yang berputar pelan jadi satu-satunya latar bunyi di kamar Mingyu. Ia duduk di ujung tempat tidur, menatap setelan semi-formal yang kini tergantung di pintu lemarinya.

Jas tipis berwarna abu muda, celana bahan yang disetrika dengan rapi, dan kemeja putih bersih. Gak ada yang salah. Gak ada yang norak. Bahkan, jujur aja, bajunya keren banget. Tapi...

“Gila, gua ngapain sih begini...” gumamnya sambil menjatuhkan badan ke kasur, dan menatap langit-langit kamar lampu terang yang menyinari kamar.

Tangannya mengambil ponsel, ngecek notifikasi yang kosong kayak hidup percintaannya. Padahal biasanya rame tuh, grup anak-anak rusuh yang tadi siang udah balik. Tapi sekarang, sepi. Senyap. Yang ada cuma... Wonwoo

Dan ide gila dia buat ngajak Mingyu dan Soobin ikut ke acara formal. Acara pemilik perusahaan?! Yang bener aja.

Mingyu menoleh ke arah kaca, melihat bayangannya sendiri yang setengah rebahan dengan rambut acak-acakan dan kaus oblong robek di ujung lengan. Wajahnya nyaris ketutup bantal, tapi matanya masih waspada.

"Gua kagak cocok ikut begituan..." gumamnya lagi. Tapi suara itu terdengar makin samar.

Kalau bukan keluarga... kenapa lu bawa gua dan Soobin ke acara penting?
































































































































































TBC

n MAAF BANGET AKU LUPA KALAU AKU NULIS BUKU INI DEMI TUHAN ASTAGFIRULLAH


Ekpresi aku waktu lagi di toilet terus baru keinget :P

COLLIDE  | WongyuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora