Chapter 4.

523 48 2
                                        



Dimalam hari yang sunyi itu, lampu di meja kerja Wonwoo terlihat masih menyala terang menyinari tumpukan berkas yang tampak rapi dan padat, jari-jari menari-nari diatas papan ketik komputer dan sesekali mencatat sesuatu di kertas catatan yang berada disampingnya.

Saat dirinya sedang sibuk dengan kertas-kertas diatas meja itu, suara pintu terbuka dan menampilkan seorang lelaki yang belum tidur juga.

"Etdah, elu manusia asli, atau robot sih?" Tanya Mingyu dari ujung pintu dan masuk tanpa menunggu jawaban.

Wonwoo tersenyum samar "Saya hanya mengerjakan pekerjaan kantor, tidak butuh waktu lama lagi"

"Ck, elu juga dari tadi ngomong begitu elah!" celetuk Mingyu kepada Wonwoo yang masih saja mengerjakan pekerjaan kantor itu.

Dia sangat bosan, biasanya jam segini dirinya masih mengobrol atau bahkan menggoda wanita-wanita di bar, tapi sayangnya dengan alasan tidak jelas harus tinggal ditempat yang seharusnya dirinya tidak disini, ini bukan kehidupan nya dan ini tidak cocok untuknya. Kehidupan yang terlalu megah dan mewah dan anak berandalan yang biasanya tinggal di samping jalanan.

Wonwoo yang sedari tadi mengetik hasil laporan, sorot matanya melihat Mingyu yang sedang duduk dan melamun diatas sofa disamping ruangannya, tidak tahu apa yang sedang dirinya pikirkan tapi seperti nya itu sangat menggangu isi pikirannya. Tatapannya kosong melihat langit-langit, kedua tangannya menopang dagu nya itu.

Akhirnya, Wonwoo menghentikan gerakan jari nya itu diatas papan ketik. Ia memandangi wajah anak itu sejenak melihat rasa sendu yang sangat jelas dimata Mingyu.

"Kamu... terlihat tidak nyaman" ucap Wonwoo dengan tenang, namun rasanya yang kali ini sedikit lebih tulus.

Mingyu melirik tanpa memutar kepalanya atau melihat balik Wonwoo "Gua bener-bener bosen, gua gabisa tinggal dilingkungan kaya elu gini, gua.... gak betah" gumamnya nada nya tak setinggi biasanya, rasa aneh dan bosan benar-benar tercampur dalam hatinya.

"Gua biasanya denger musik keras di-bar, kagak kaya disini denger suara AC yang kayak bisikan setan" keluh Mingyu yang masih menatap langit-langit kosong.

Kalimat itu. membuat dada Wonwoo terasa aneh rasanya seperti sangat berat dan benar-benar tidak bisa dijelaskan dan dirasakan oleh orang-orang yang memang tidak mengerti.

Ia berdiri perlahan, lalu mendekati sofa tempat Mingyu duduk. dia tidak langsung duduk disana, namun... hanya berdiri dan menatap wajah Mingyu lalu ia berkata.

"Jika kamu tidak nyaman, saya tidak memaksakan dirimu untuk tinggal disini" tutur Wonwoo sembari duduk disamping Mingyu dan masih saja menatap dirinya.

"Gua gak nyaman, tapi gua juga gapunya pilihan lain" lanjut Mingyu mendengus dengan suara yang seperti nya sangat lelah.

Wonwoo mengangguk pelan, lalu bersandar di sandaran sofa, pandangannya menatap ke arah langit-langit yang sama seperti yang ditatap Mingyu barusan. Keheningan melingkupi ruangan itu lagi, hanya suara detik jam dan hembusan lembut AC yang terdengar samar.

“Kamu tidak harus bertahan jika itu membuatmu tertekan, Mingyu,” ucap Wonwoo pelan, suaranya tetap tenang namun kini lebih dalam, seperti sedang memilih kata-kata yang tepat agar tidak terdengar seperti paksaan. “Saya hanya ingin kamu aman.”

Mingyu mencibir tipis, lalu menoleh sedikit menatap lelaki di sampingnya. “Aman apaan? Gua gak pernah aman dari dulu. Gua gak tau rasanya aman tuh gimana.”

Ucapan itu terasa seperti tamparan bagi Wonwoo, membuat dadanya semakin sesak. Ia menoleh, menatap Mingyu lekat-lekat, mencoba membaca isi kepala anak itu, tapi yang ada justru pertahanan yang dibangun begitu tinggi dan penuh duri.

COLLIDE  | WongyuWhere stories live. Discover now