Chapter 6.

454 50 7
                                        





Suasana rumah terasa lebih hangat di siang hari itu. Mingyu yang tiduran di kasur dan sedang asik-asiknya bermain ponsel dan melihat video yang berlalu—lalang  di beranda Instagram miliknya, sesekali tertawa karena lewat video lucu. Dan tangannya yang satu lagi sedang mengambil cemilan lalu memasukkannya kedalam mulut.

Ceklek. . .


Suara gagang pintu terbuka, menampilkan seseorang yang masih memakai jas kantor yang rapi, beserta dengan dasi-nya. Tetapi... dia datang bersama dengan seorang lelaki kecil yang usianya sekitar lima tahun, wajahnya benar-benar asing bagi Mingyu.

"Jeon Soobin," panggilnya dengan lembut, tangan besar pria itu menggandeng bocah laki-laki berumur sekitar lima tahun. Kulitnya putih, lesung pipit yang manis, rambut hitamnya agak bergelombang, dan matanya bulat besar, menatap sekeliling rumah dengan penuh waspada.

Mingyu, yang sedang bermain ponsel dan merebahkan diri dikamar itu, membangunkan tubuhnya dari atas kasur. Ia menatap bocah itu, lalu melirik Wonwoo. "Gua gak salah lihat kan? Lu nyulik anak orang?"

Wonwoo menahan senyum. “Ini keponakan saya. Anak dari adik laki-laki saya. Dia akan tinggal bersama kita beberapa hari karena orang tuanya harus ke luar negeri.”

Mingyu mengangkat alis tinggi-tinggi. “Tinggal... sama kita?”

Soobin buru-buru mundur setengah langkah, bersembunyi di balik kaki Wonwoo. Bocah itu menatap Mingyu dengan wajah yang jelas-jelas cemas. Seolah-olah cowok jangkung dengan kaus oblong dan celana pendek itu adalah monster.

Mingyu yang sadar langsung nyengir, membungkuk sedikit. “Eh, halo, bocil. Namanya siapa?”

Soobin diam. Hanya menatap, lalu menunduk. Tangannya mencengkeram kain celana Wonwoo erat-erat.

“Dia memang agak pemalu,” jelas Wonwoo sambil menepuk kepala keponakannya lembut. “Dan sepertinya… kamu terlihat terlalu galak buat anak-anak.”

“Heh? Gua gak galak. Gua—” Mingyu menatap bayangannya di cermin disamping kasur. Rambut acak-acakan, alis tebal naik sebelah, wajah sedikit bengong, dan juga... mulutnya yang belepotan bumbu cemilan.

“…Oke, mungkin sedikit.”

Wonwoo tertawa kecil. Ia lalu mengangkat Soobin dan membawanya duduk di sofa. “Soobin, ini Mingyu. Dia teman Paman. Kamu bisa panggil dia Kak Mingyu.”

Mingyu memutar bola mata. “Lu enak aja langsung naik pangkatin gua.”

Namun Soobin tetap diam. Menunduk. Sesekali mengintip Mingyu, tapi langsung menoleh lagi kalau ketahuan.

Mingyu mencibir pelan. “Oke, gua ditakutin bocil. Noted.”






























---










































Beberapa jam berlalu. Wonwoo sedang di ruang kerja, meninggalkan Mingyu dan Soobin berdua di ruang tamu. Situasi yang, bisa dibilang, agak canggung.

Mingyu duduk di lantai, main game di ponselnya. Sesekali ia melirik Soobin yang duduk di pojokan karpet, memeluk boneka dinosaurus kecil dan terus mengawasinya.

Mingyu akhirnya mendesah. "woi bocil, gua gak makan orang. Santai dikit napa."

Soobin tidak menjawab.

Mingyu kembali fokus ke game-nya. Tapi lima menit kemudian, ada suara kecil yang membuatnya menoleh.

"Dino-nya... sakit."

COLLIDE  | WongyuWhere stories live. Discover now