Chapter 3.

624 47 4
                                        


.

Setelah masalah yang Mingyu ciptakan dikamar, dirinya akhirnya memutuskan untuk membersihkannya sendiri walau masih berantakan dan tak beraturan, yang penting dirinya sudah berani bertanggung jawab atas perbuatannya.

"Ck, nyusahin aja si Wonwoo" cibirnya sambil melipat-lipat dan menata baju yang tadi ia berantakan.

Akhirnya baju-baju tertata rapi kembali, walau masih saja berantakan sedikit tidak seperti sebelumnya.

"Nah, akhirnya selesai juga cuy!" serunya sambil menidurkan badannya sendiri ke-lantai dan menikmati tenangnya dunia.

"Sudah selesai?" tanya Wonwoo kepada Mingyu yang sedang tiduran dilantai kamar.

"Kagak, liat sendiri noh" cecar Mingyu malas, padahal sudah jelas-jelas kelihatan jika dirinya sudah selesai membersihkan kekacauan yang ia buat sendiri itu.

"Saya hanya bertanya, Gyu" ujar Wonwoo pelan dan tersenyum tipis walau hanya sebentar itupun tidak dilihat oleh Mingyu, yang masih sibuk dengan dunia-nya sendiri.

"Turun kebawah, kamu belum sarapan" suruh Wonwoo yang masih melihat Mingyu di-dunia nya sendiri itu.

"Bentar ah, gua males banget" gerutu Mingyu sambil membangunkan dirinya yang tadinya tiduran dilantai yang dingin, bukan untuk turun kebawah malah dirinya duduk disofa.

Wonwoo menghela nafas,

"Setidaknya makan sedikit, kepalamu akan pusing nanti. Tubuhmu juga butuh nutrisi jika kamu pingsan seperti tadi malam sayang tidak akan menolong mu lagi." ancam Wonwoo sambil hampir meninggalkan Mingyu dikamar, tapi Mingyu dengan buru-buru berdiri dan menghampiri Wonwoo.

"Iya iya, gua makan noh!" gerutu Mingyu sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada, dan berjalan sambil menghentakkan kakinya.

"Dikit-dikit ngancem tu orang, kagak asik" batin Mingyu sambil menatap tajam karena kesal kepada Wonwoo.





































Mingyu turun kebawah, melewati tangga yang gagang nya terlapisi oleh emas berwarna kuning bersinar yang pastinya memiliki harga yang mahal. Dia tercengang melihatnya.

"Bjir, ini kalo gua klopekin udah jadi sultan dadakan" ujarnya dengan mata yang berbinar sambil memegangi gagang tangga.

"Mingyu?" seru Wonwoo dari dapur menunggu Mingyu yang sedari tadi tidak turun kebawah juga.

"BENTAR CUY!" teriak Mingyu dari tangga dan buru-buru turun kebawah dan pergi ke dapur.

Saat dirinya ke dapur melihat beberapa pembantu yang sedang memaksa beberapa menu-menu makanan, dia memutuskan untuk menjatuhkan pantat nya ke tempat duduk, yang tepat didepan Wonwoo.

"Eh buset dah, rumah elu kayak istana ae" puji Mingyu sambil melihat sekelilingnya bangunan dengan mata yang berbinar, terkesan berlebihan namun memang Mingyu sedari kecil tidak pernah tinggal ditempat seperti ini.

"Jika mau kamu bisa tinggal di sini." tawar Wonwoo dengan santai dan meminum secangkir kopi yang baru saja di siapkan oleh pembantu.

"Dipikir gua bocah ilang yang bisa elu adopsi gitu aja, hah?" cibir Mingyu mencondongkan tubuhnya ke depan, kedua sikunya bertumpu diatas meja, dan alisnya yang berkerut. Lalu diri-nya menatap dalam mata Wonwoo yang sangat tenang seperti hal yang biasa saja.

Wonwoo mengangkat bahunya santai. "Saya hanya menawarkan, tidak lebih"

Mimpi berdecak, lalu kembali ke arah dapur dan aroma aroma masakan yang lezat masuk kedalam penciuman-nya, melihat beberapa pembantu yang mondar-mandir mempersiapkan hidangan selanjutnya bak drama kerajaan, dan tokoh aneh dihadapannya ini.

"Gua .... lagi di film?" gumamnya tanpa sadar dan sedikit melamun melihat pembantu-pembantu itu.

"Tidak, ini kenyataannya dan kamu sedang berada didalam kenyataan itu" jawab Wonwoo karena tidak sengaja mendengar omongan Mingyu.

"Kenyataan sialan bersama orang gila" cibir Mingyu lalu bersandar kembali, lalu mengambil sebuah bronis tanpa sadar lalu memakannya dengan lahap. Lalu dirinya kembali menatap Wonwoo,

"Eh, kalau gua nyuri dirumah elu, gimana?" tanya Mingyu hanya bercanda lalu melahap kembali brownis itu kedalam mulutnya.

"Ambil saja, saya tidak keberatan" ujar Wonwoo sambil tersenyum tipis.

"Gila beneran, njing" gumam nya benar-benar pelan berusaha untuk Wonwoo tidak mendengar.






















Setelah makan semua hidangan yang disajikan oleh pembantu-pembantu di dapur, Mingyu mengelus-elus perutnya dengan lembut. Dengan mata berbinar lalu melihat Wonwoo yang masih makan dengan tenang dan anggun tidak seperti dirinya .....

"Eh sumpah, elu makan lambat amat cuy!" sindir Mingyu dengan bangga nya karena telah selesai makan.

Wonwoo yang mendengar itu hanya menatap Mingyu dengan herannya, sedangkan Mingyu masih senyum sinis seperti memenangkan penghargaan berharga.

Saat semua telah selesai makan, Wonwoo meletakkan sendok dan garpu nya diatas piring, lalu tiba-tiba dirinya melihat dalam kearah Mingyu yang tepat didepannya ini.

"Dimana orang tuamu?" tanya Wonwoo tiba-tiba membuat Mingyu mengernyitkan dahi nya bingung.

"Udah meninggal" jawab Mingyu.

"Maaf, saya tidak bermaksud"

Suasana menjadi canggung seketika, dan Mingyu yang masih sedikit bingung atas pertanyaan itu, dan Wonwoo yang masih merasa bersalah.

Mingyu menyenderkan punggungnya ke kursi, mengalihkan pandangannya ke arah jendela besar disamping ruang makan, menyinari kedua wajah mereka, kini menjadi sedikit lebih tenang, walau .... masih menyimpan guratan keras kepala.

"Gausah minta maaf, lagian fakta nya emang gitu, kan" ucapnya sambil memainkan gelas kosong yang berada didepan, berusaha memecahkan kecanggungan diantara mereka berdua.

Wonwoo tetap diam, tapi pandangannya tetap pada Mingyu. Ada sesuatu dalam sorot matanya -- campuran rasa ingin tahu dan empati ... mungkin?

"Lagipula," Mingyu menoleh lagi ke arah nya dengan senyum miring. "Kalo orang tua gua masih hidup juga tetep berantakan, pada selingkuh sana-sini. Sama sama murahan"

Wonwoo mengangkat satu alisnya, sorot matanya masih tetap kepada Mingyu rasa ingin tahu nya tentang kehidupan Mingyu kembali membara.

"Saya hanya penasaran... kalau kamu tidak keberatan, saya ingin tahu mereka meninggal karena apa?" tanya Wonwoo kepada Mingyu kembali, sedikit merasa tidak enak atas pertanyaannya itu

"Dulu, waktu gua umur tiga belas tahun, waktu pulang sekolah gua udah lihat rumah gua kebakaran beserta orang tua gua juga, mungkin itu azab buat mereka. Setelah itu gua tinggal bareng temen-temen gua yang deket lah sama gua" ucap Mingyu menjelaskan kepada Wonwoo berharap dia lumayan paham dengan ceritanya.

Wonwoo mendengar semua cerita itu, tanpa menyela.

"Ya begitulah, kehidupan kagak bisa ditebak. Contohnya tiba-tiba gua ketemu orang aneh kayak elu" ucap Mingyu dengan sok bijak dan juga bercanda.

Wonwoo masih tak berkata apa-apa, hanya menatap Mingyu seperti ingin membagi beban yang Mingyu rasakan, tapi seperti ..... itu tidak akan bisa

Mingyu mengangkat bahu lagi, sok santai "Gua masih hidup juga kan sampe sekarang, kan? Berarti gua juga hebat"

Wonwoo kembali tersenyum "iya, kamu sangat kuat"

"Tau gua itu mah" ujarnya dengan sombong, lalu kembali berdiri dari kursi "gua mau balik ke kamar capek bet"

Begitu dia berdiri, dan pergi. Wonwoo masih duduk dalam diem dan teringat-ingat semua ucapan Mingyu barusan kepadanya. Dan untuk pertama kali nya dia menyadari bahwa semua orang punya luka mendalam dan tidak semua orang akan memperlihatkan luka itu.



























Tbc
Ehek, aku lagi pengen yang mellow gitu :3
Btw ini aslinya mau ku update kemarenn tapi kerisettt ealahh! 😡
Eh emoji nya ikutan imiringg 🤸

COLLIDE  | WongyuWhere stories live. Discover now