Chapter 7.

496 45 17
                                        





Sore telah tiba, langit sudah berganti warna menjadi jingga kemerahan. Sinar matahari yang tetap menyinari ruang tengah rumah melalui jendela kaca, menyoroti dua orang yang sedang bermain bersama diatas karpet yang berantakan. Tumpukan lego, mobil-mobilan kecil untuk balapan, dan juga beberapa lembaran kertas yang bertebaran Tampa ampun—hasil dari anak kecil dan seorang remaja yang pasrah.

Saat Mingyu sedang bermain-main sendiri dengan mainan itu, dirinya kembali melihat Soobin....dia sudah tertidur pulas dengan dengkuran kecil yang lucu

"Aelah bocil, ditinggal bentar udah tidur," cibir Mingyu kepada anak kecil yang sudah tertidur pulas, dia berbicara sendiri.

"Sudah tidur?" tanya Wonwoo yang baru saja datang dari ruangan kerja-nya itu, dia melihat dua orang didepan nya ini. Anak kecil yang sudah tertidur dan seorang remaja dewasa yang bermain dengan mainan anak kecil.

"Udah. Habis gua ajak main tadi—terus waktu gua tinggal main sendiri bentar, udah tepar sambil ngorok aja tuh anak," jawab Mingyu sambil melirik kearah Soobin yang masih mendengkur pulas, dan Wonwoo.... yang tersenyum melihat keduanya.

Wonwoo menoleh kearah Mingyu, yang terlihat pasrah dan lelah...tetapi ada senyum kecil juga disudut bibirnya.

"Kamu pintar dalam hal itu."

"Hal apa?"

"Menenangkan anak kecil, dan mengurus mereka."

Mingyu menoleh, alisnya terangkat sebelah. “Gua? Ngurus bocil? Lu yakin ngomong ke orang yang hampir lempar boneka barusan karena kesel?”

Wonwoo tertawa kecil, suara rendahnya terdengar hangat di antara senja yang pelan-pelan menelan langit. Ia mendekat, lalu duduk di sisi Mingyu, membiarkan dirinya bersandar sedikit ke sofa di belakang.

“Tapi kamu tetap nggak jadi lempar kan? Malah nemenin dia main sampai ketiduran,” ujar Wonwoo sembari melirik Soobin yang sekarang sudah meringkuk nyaman sambil memeluk boneka dinosaurus.

Mingyu mengangkat bahu. “Ya gimana… anaknya nempel kayak lem tikus. Bikin gua gak tega.”

Wonwoo menatap Mingyu lama, mata tenangnya mengamati wajah pemuda itu dari samping. Bayangan jingga dari matahari sore memantul di kulit Mingyu, menyoroti helai rambut acaknya yang belum sempat disisir, dan bekas coretan spidol di pipi yang entah dari mana asalnya. Tapi yang jelas... terlihat nyata, dan hangat.

“Lucu,” gumam Wonwoo pelan.

“Hah?” Mingyu menoleh.

“Wajah kamu. Waktu kamu kayak gini… ada sesuatu yang—berbeda. Lebih lembut. Lebih... ‘rumah’.”

Mingyu mendadak kikuk. Ia berpaling cepat, mengambil mobil-mobilan kecil di dekatnya, lalu berpura-pura serius menyusunnya berbaris. “Apaan sih… ngomong aja pake puisi segala.”

Wonwoo tertawa lagi, dan kali ini sedikit lebih keras. Tangannya terulur, menyapu pelan coretan di pipi Mingyu. “Ini masih ada bekas gambar. Sepertinya Soobin mencoba menggambar planet tadi?”

“Ah—buset, itu bukan planet, itu stiker mainan yang gua tolak ditempel, terus dia marah dan nggambar langsung,” gerutu Mingyu sambil mengusap sendiri pipinya, memerah.

Wonwoo mengangguk pelan. “Berarti kamu ditandai. Versi Soobin dari ‘ini milik saya’.”

Mingyu membuang muka, tapi ada senyum kecil muncul tanpa ia sadari. “Terserah lah. Anaknya ngeselin tapi manis. Mirip kayak...”

“Mingyu?” potong Wonwoo pelan, senyum di bibirnya lebar sekarang.

Mingyu nyengir, mengangkat alis. “Maksudnya gua mirip dia atau dia mirip gua?”

COLLIDE  | WongyuKde žijí příběhy. Začni objevovat