Saat mereka sedang berjalan-jalan di pasar malam, suasananya begitu ramai dan penuh warna. Lampu-lampu terang menggantung di sepanjang jalan, aroma jajanan memenuhi udara, dan tawa anak-anak terdengar dari berbagai arah. Banyak sekali permainan menyenangkan yang menggoda mereka untuk mencoba—dari lempar bola, tembak balon, sampai mesin capit boneka.

Mingyu berjalan sambil membawa tiga boneka besar yang hampir menutupi setengah tubuhnya. Satu panda, satu kelinci pink, dan satu beruang cokelat. Tangannya pegal, tapi dia tetap ngotot menenteng semuanya sendiri.

Padahal… bukan dia yang menangin boneka-boneka itu.

Wonwoo, yang berjalan santai di sebelahnya Mingyu, menggendong Soobin yang sedari tadi sudah tidur karena terlalu lelah untuk bermain

"Berat?" tanyanya pelan.

Mingyu mendengus. "Kagak."

“Padahal tadi kamu bilang pegel.”

“Terus kalau gua bilang berat, elu bakal nolongin? Noh elu aja lagi bawa bocah ingusan”

Wonwoo tertawa pelan. “Baiklah.”

Setelah beberapa langkah, Mingyu menatap kembali wahan-wahana dan lampu terang di pasar malam itu, dan dia akhirnya kembali bersuara lagi

“Udah lama gua nggak main ginian,” katanya sambil melirik ke arah stan permainan yang barusan mereka lewati.

“Kenapa?” tanya Wonwoo, nadanya ringan.

“Ya lo tau lah... kagak ada waktu.”

Wonwoo menoleh. “Tapi sekarang kamu ada waktu, ‘kan?”

Mingyu mengedikkan bahu. “Iya, soalnya lo paksa juga. Kalau nggak, gua udah mager di rumah.”

Wonwoo tersenyum kecil, lalu mengalihkan pandangannya ke boneka-boneka besar di tangan Mingyu yang hampir menutupi wajahnya.

“Boneka itu mau kamu pajang di mana?” tanyanya pelan.

Mingyu mengerutkan dahi. “Gua? Pajang? Lo kira gua bocah apa?”

Wonwoo menahan tawa. “Tapi kamu yang maksa bawa semuanya sendiri. Bahkan tadi rebutan sama anak kecil buat ambil panda itu.”

“Itu karena dia nyolong giliran gua! Gua udah ngincar duluan!” Mingyu membela diri, suara sedikit meninggi, tapi pipinya merah karena malu.

Wonwoo terkekeh. Ia menatap Mingyu dengan lembut, lalu berkata, “Kalau kamu nggak suka bonekanya, kasih ke Soobin. Dia pasti seneng.”

“...Nggak bisa,” Mingyu memeluk erat boneka kelinci pink. “Yang ini... udah gua namain.”

Wonwoo menaikkan alis. “Namanya?”

"Bos kiming"

“...”

Wonwoo akhirnya tertawa, agak keras kali ini. Soobin, yang sedang tertidur di gendongannya, menggumam pelan tapi tetap lelap.

"Namanya, unik sekali ya?"

Mingyu mendecak. “Karena "Bos kiming" lebih cocok.”

“Sejak kapan kamu menjadi bos?" lanjut Wonwoo yang masih menggendong Soobin yang mendengkur pelan di gendongannya itu.

“Bodo amat.”

Mereka kembali berjalan pelan, menyusuri jalanan pasar malam yang semakin padat. Lampu gantung bergoyang tertiup angin, dan suara musik dari salah satu wahana mulai terdengar samar. Di sisi kanan, Soobin mendengkur pelan, pipinya menempel manja di pundak Wonwoo.

“Tadi pas kamu main lempar gelang, serius banget,” Wonwoo membuka obrolan lagi. "Walau akhirnya juga gagal".

Mingyu melirik sebal. "Lo nyindir gua?"

“Kenyataannya memang begitu" ujar Wonwoo dengan tawa pelan kepada Mingyu itu, sedangkan sang empu hanya bisa menahan amarahnya. Mengingat, ada bocah yang sedang tidur.

“Gua cuma...— lagian gua juga dah lama kagak main begituan!" dengus Mingyu, matanya melirik tajam sekaligus sinis kepada Wonwoo itu, dan cepat-cepat membuang pandangannya

Wonwoo diam sejenak, lalu senyum lagi. “Kamu lucu juga, ya.”

Mingyu spontan berhenti jalan. “Apa?!”

“Lucu.”

“Gua cakep gini, anak motoran sama berandalan, elu bilang lucu?" Mingyu mendelik protes, suaranya penuh dengan sindiran dan kepercayaan diri.

“Kenapa? Memang kenyataan.” jawab Wonwoo dengan tenang, dan tampa menyembunyikan sedikit bercandanya itu.

“Udah-udah,” Mingyu kembali jalan cepat, tapi langkahnya terhambat sama boneka besar. “Lo sih... suka asal muji. Gua tuh... garang, oke  Jangan ngejelek-jelekin branding gua.”

“Branding kamu udah rusak sejak rebutan boneka sama anak umur 6 tahun tadi,” balas Wonwoo tenang.

Mingyu memutar mata, tapi tidak membantah.

Saat mereka tiba di ujung pasar malam, di mana cahaya lebih redup dan pengunjung lebih sedikit, ada tempat parkiran disitu, dan disitulah tempat mobil mereka diparkirkan. Wonwoo membuka pintu belakang dan menidurkan tubuh kecil Soobin disana.





















































































































TBC

Kayak gitu maksud kalian? 😓
Maaf yaaa lama update nya, aku bingung sendiri mikirin alur cerita nyaaa :( padahal waktu lagi ngehalu lancar banget idenya, tapi pas waktu mau nulis hilang semua ide nya tu 💔💔

Vote sama komen, nanti dicium mama—eh Mingyu deng....

Vote sama komen, nanti dicium mama—eh Mingyu deng

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.
COLLIDE  | WongyuOù les histoires vivent. Découvrez maintenant