Wonwoo ngakak pelan. "Sudah dikasih gelar 'Mama', seharusnya kamu bangga."

"Bangga pala lo. Nih anak makin semena-mena sejak tinggal bareng."

Wahana berhenti, dan Soobin turun dengan langkah ringan, memeluk pinggang Mingyu. "Tadi aku keren nggak, Ma?"

Mingyu nyaris kelepasan marah, tapi suara lembut dan ekspresi polos Soobin sukses bikin hatinya lumer. Ia cuma bisa mendengus.

"Nggak usah manja. Udah gede masih manggil mama."

"Tapi kan di rumah juga gitu," kata Soobin santai. "Paman Wonwoo juga nggak marah."

"Saya tidak pernah menyuruh, hanya tidak melarang."

"Dasar dua Jeon kurang ajar."

"Papa, Mama, aku mau permen kapas!" Soobin kembali berseru sambil loncat-loncat kecil.

Mingyu langsung menutup mukanya. "Sumpah, kalo ada yang rekam video barusan terus nyebar, gua pensiun jadi manusia."

Wonwoo merangkul pundaknya. "Tenang, Mama Mingyu, jangan terlalu khawatir."

Mingyu berhenti jalan dan menatap tajam. "Lo panggil gua apa barusan?"

"Tidak apa-apa," Wonwoo tertawa pendek, "refleks."

Soobin sudah berdiri di depan stan permen kapas, menatap si abang penjual dengan sabar. "Yang warna pink ya, Pak!"

Mingyu mengikuti mereka sambil menyerah. "Gua udah nggak punya harga diri lagi..."

Setelah mendapat permen kapas, mereka lanjut berjalan ke arah tengah pasar malam. Ada booth permainan lempar bola, tangkap ikan, sampai stan boneka besar.

Soobin tiba-tiba menunjuk ke satu boneka beruang besar. "Mama! Itu kayak Rino tapi versi beruang!"

"Lo-" Mingyu udah mau ngomel lagi, tapi mata Soobin berbinar. Mingyu akhirnya cuma bisa desah panjang dan nyerah. "Iya, iya. Mau coba mainin?"

"Ya!"

Wonwoo membayar permainan itu, dan Soobin dengan penuh semangat mencoba menangkap boneka dari mesin capit. Setelah tiga kali gagal, Wonwoo akhirnya maju dan, tentu saja, dengan sekali percobaan langsung dapat.

"Waaah! Papa hebat banget!" sorak Soobin.

"Liat tuh," Mingyu nyengir, "dia manggil lo papa tanpa tekanan."

"Dan kamu?" tanya Wonwoo, senyumnya nakal.

"Gua... korban," desis Mingyu.

Soobin menari kecil di antara mereka, memeluk boneka barunya. "Mama, Papa, nanti kita bisa ke sini lagi nggak?"

Wonwoo menoleh ke Mingyu, memberi isyarat bahwa jawabannya ada di dia.

Mingyu terdiam sesaat. Lalu, dengan nada malas yang tidak bisa menyembunyikan kehangatan kecil di ujung suaranya, dia mengangguk. "Terserah. Tapi jangan panggil gua mama di depan umum lagi."

Soobin tertawa. "Tapi kakak cocok, loh!"

"Cocok apanya. Gua masih macho."

"Katanya tadi nggak punya harga diri," goda Wonwoo.

Mingyu menjitak lengan Wonwoo pelan. "Lo juga. Stop dukung dia!"

















































































































COLLIDE  | WongyuWhere stories live. Discover now