Bekerja di agensi begitu lama membuat Hana tahu bahwa saat ia didedikasikan untuk sebuah perusahaan, ia akan menjadi bagian dalam perusahaan itu. Tetapi, ia tidak tahu kalau tiba-tiba, seorang karyawan personalia yang memperkenalkan diri sebagai Maria mendatanginya dan menyatakan bahwa ia akan menjadi Operational Director untuk Yayasan Bimarya-Pangestu selama enam bulan—atau lebih nantinya.
Matanya mengerjap tak percaya ketika mendengar kalimat itu. Rasanya, aneh sekali. Ia pikir, ia cuma akan jadi karyawan outsource untuk membantu mereka. Seketika, Hana merasa bodoh karena tidak membaca dengan saksama perjanjian kerja sama antara Kreasa dan Pangestu.
"Jadi, ini ruangan ibu, ya..." Si pegawai personalia membuka ruangan yang begitu besar. Bahkan lebih besar dari ruangan Salsa. Ada meja rapat kecil berbentuk bulat untuk dua sampai tiga orang. Di belakang tempat duduknya, ada floor to ceiling window yang menampilkan pemandangan kota Jakarta. Jangan lupakan pantry kecil di sisi kiri ruangan, lengkap dengan mini fridge dan dispenser. "Kalau ada apa-apa, nanti akan ada Tissa. Tissa ini akan jadi asisten pribadi Ibu selama di sini." Maria menengok ke arah perempuan yang sudah berdiri di ambang pintu. Usianya mungkin masih di awal dua puluhan.
ASISTEN PRIBADI? Hana mau memekik tetapi tertahan. Tiba-tiba dia punya asisten pribadi? Mata Hana masih membulat. Mulutnya menganga. Dia ini sedang bermimpi atau apa, sih?
Maria berjalan ke sekitar. Matanya masih memerhatikan ruangan kosong itu sebelum diam pada sebuah dokumen. "Oh, barangnya Pak Kaivan kayaknya masih ketinggalan di sini."
"Itu memang sengaja ditinggalkan. Kata Pak Kaivan, buat Bu Hana baca-baca." Suara Tissa terdengar dari ambang pintu.
Hana tergagu, "H-hah?" Ia menengok ke arah Maria yang terlihat begitu santai, seolah ini sudah jadi hal yang sewajatnya.
"Ruangan ini bekas ruangan Pak Kaivan." Maria berkata ringan, seolah tidak menghiraukan Hana yang masih seperti orang bodoh—ngang ngong di di tengah ruangan.
Hana masih tertegun. Ini benar-benar tidak bisa dia cerna dengan baik.
Pertama, Hana jadi Operational Director—yang baru disadari Hana bahwa itu adalah posisi Kaivan dulu. Dan itu membuat Hana punya asisten pribadi. Juga, membuat Hana menempati ruangan bekas Kaivan.
Gila! Hana bahkan tidak percaya akan apa yang dia lihat. Ia masih menganga sebelum—
"Maaf, saya agak terlambat." Suara berat yang familiar mengisi rungu. "Hana sudah dijelaskan soal aturan umum perusahaan, Mar?"
Hana spontan membalik tubuh. Matanya menatap lelaki dengan kemeja biru bergaris-garis yang terlihat santai untuk korporat sekaku Pangesetu. Ia berjalan dengan ringan. Rambut ikalnya yang sedikit panjang dan mengingatkan Hana pada anjing poodle sama sekali tak ia tata.
Suasana langsung berubah jadi lebih dingin. Semua orang menahan napas, termasuk Hana.
"Sudah, Pak..." ucap Maria sedikit kikuk. Dari sudut mata Hana, ia bisa melihat perempuan satu itu membetulkan rambut salah tingkah.
Tetapi, kalau dipikir-pikir, siapa sih yang nggak salah tingkah kalau di depan Kaivan? Hana menarik napas. Get a grip, Han. He is your boss!
Kaivan menganggukan kepala satu kali. Kaki Kaivan melewati Maria, ia mendekat ke arah Hana, wajahnya menyungging senyum lebar dengan ramah sementara, Hana canggung setengah mati seperti anak SD yang disetrap karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
"Kamu bisa pergi, Mar," ucap Kaivan. Ia mengangkat tangan, menatap jam di pergelangan tangannya.
Mata Hana menyipit. Jam yang sama. Masih sama dengan yang dulu.
YOU ARE READING
LOVE FOUND REGARDLESS
RomanceGagal menikah karena tunangannya berselingkuh tak menghentikan Hana untuk tetap pergi "bulan madu" sendirian ke Turki. Di sana, ia bertemu Kaivan yang baru saja bercerai. Dua orang asing dengan hati yang patah itu membuat kesepakatan impulsif: menja...
