"Oo.. Ya? Kenapa mereka sampai ingin mengirim mu ke Istanbul?" tanya sangsi Victor
"Ya, tentunya karena aku nakal, dan tidak menurut pada mereka!" ungkap Fellicia sambil bangkit dari duduknya menuju lemari pakaian nya
"Memang kau ini nakal kenapa Cher?" tanya nakal Victor dengan mata yang bergerak mengikuti Fellicia
"Ya karena aku selalu pergi ke Club malam diam-diam tanpa sepengetahuan mereka!" jujur Fellicia
"Apa? Kau pergi ke Club Malam?" Victor kaget dan tidak percaya
"Ooopss! Aku keceplosan!" gumam Fellicia sambil membelakangi Ayahnya
"Jawab jujur Mon cher, apa kau sering ke Club malam?" serius Victor
"Père! Mana mungkin gadis seusia ku bisa masuk ke sebuah Club malam! Aku hanya asal bicara!" bohong Fellicia
Victor pun kembali berpikir. ". Iya juga, tidak mungkin gadis usia 15tahun di izinkan masuk ke sebuah Club malam!"
"Ya sudah! aku percaya padamu mon cher, sekarang kau mandi dulu dan segera turun ke bawah untuk makan malam." perintah Victor sambil mengacak-acak rambut pirang yang di miliki putrinya. Rambut yang memiliki warna serupa dengan Ibunya.
Victor tidak mengetahui kelakuan putrinya akhir-akhir ini, semenjak kepergian Leticia 2tahun lalu. Ya, Leticia sudah meningga dunia 2tahun lalu. Dan menyisakan luka mendalam pada hati Fellicia. Sehingga dia stres karena di tinggal seorang ibu, dan jauh dari seorang Ayah. Dia pun akhirnya di ajak teman-teman nya untuk pergi ke Club malam. Untuk menghilangkan rasa penat yang Fellicia rasakan. Dan dia lakukan itu setiap hari tanpa terlewatkan satu malam pun selama 2tahun belakangan ini.
Hal itu di ketahui oleh Helma dan Steven. Helma berusaha mengirim Fellicia ke Istanbul agar Fellicia di didik disana. Namun karena Fellicia tidak suka dengan Istanbul, dia akhirnya kabur menemui ayah nya Victor di Indonesia. Fellicia adalah anak yang cerdik dan cekatan dalam setiap hal. Semua itu di turuni dari Ayahnya Victor.
*****
Gladis pov.
Setelah melihat Drama yang aneh dan tidak percaya, aku akhirnya pulang ke rumah dengan perasaan yang menggantung memikirkan Victor dan Fellicia.
"Ravel! Bunda pulang, ibu aku sudah pulang!"
Teriak ku ringan saat sudah masuk ke dalam istana kecilku. Aku kaget ketika memandang Ravel yang sedang belajar menggambar di ruang Tv bersama Bram. Aku coba menghampiri mereka.
"Bram! Kamu ada disini?" tanyaku heran
"Hey Glass, kamu udah pulang?" tanya balik dari Bram
"Bunda!" seru Ravel riang
Aku pun menyambut senang seruannya yang riang, Ravel memeluk setengah badanku erat, karena dia baru tumbuh dan tinggi setengah badanku. Akupun memegang tangan nya lembut yang makin erat memeluk setengah badanku.
"Kenapa semalam ini Glass?" tanya heran Bram
"Iya, tadi selepas meeting, aku di ajak menjemput sesorang di Bandara Oleh Victor!" jawab ku jujur sambil mengangkat bahu
"Siapa?" kaget Bram
"Aku tidak tahu, yang jelas dia gadis remaja yang cantik." ujarku
"Apa dia berambut pirang? Bermata coklat?" tanya serius dari Bram
Dengan memandang aneh ke pada Bram, aku menjawab pelan dan lamban pertanyaan Bram "iiiiiyyaaaa, betul!"
"Astaga! Rupanya dia sudah datang ke Indonesia!" tutur Bram sambil menepuk jidatnya sendiri
"Maksud kamu?" tanyaku heran kembali
Bram memandang ke arahku, dengan wajah yang ikut berseri-seri seperti yang di lakukan Victor saat di Bandara. Aku berpikir kalau Bram pasti tahu siapa gadis itu? Dan, sebaiknya aku bertanya pada Bram soal siapa Gadis itu sebenarnya. Mudah-mudah Bram mau menjawab pertanyaan ku. Desus ku dalam hati kepoo
"Glass, dia itu Fellicia!" seru Bram sambil senyum
"Iiiyaa, tadi aku sempat mendengar Victor memanggilnya dengan sebutan Fellicia." jawabku
"Memang dia siapa Bram?" tanya kembali dariku
"Dia itu Fellicia, anak tunggal Bram."
"Apa?" kagetku
"Kenapa kamu kaget?"
"Ah, tidak Bram!"
Ya, aku kaget, sekaligus tidak percaya dengan kenyataan ini. Pria sedingin dan se-arrogant itu memiliki seorang putri. Sungguh mustahil, tetapi inilah kenyataan. Tidak pernah sama dengan khayalan.
Saat kami sedang berbincang, ibu datang menghampiri kami yang tengah terduduk di ruang TV, bersama Ravel.
"Ravel, ini sudah malam ayo nak tidur, nanti kamu kecapean!" ujar ibu yang belum ngeuh terhadap diriku yang sudah pulang
"Gladis kamu udah pulang?" tanya Ibu
"Iya bu, saya sudah pulang!" jawabku sambil bangkit dari duduk bersama Bram
"Sejak kapan?" sangsi Ibu, sambil mendelik sinis ke arah Bram
"Baru saja Ibu!" jawabku yang sambil memeperhatikan pandangan ibu yang menunjukan bahwa dirinya tidak suka terhadap Bram.
"Nak Bram, kalau bertamu, kita itu harus tahu waktu, ini sudah malam jadi Nak Bram pulang saja ya!" usir halus dari Ibu
Aku kaget dengan sikap Ibu yang mengusir halus Bram. Aku tidak habis pikir, kalu Ibu akan melakukan ini semua kepada Bram. Entahlah, sikap ketakutan Ibu terhadap diriku yang melarang berhibungan dengan orang lain semakin menjadi-jadi.
"Baiklah! Gladis, Ravel, aku pulang dulu, Ibu Rosima saya permisi dulu." kecewa Bram
Dan Bram pun meninggalkan aku juga Ravel, setelah aku mengangguk pelan saat dia berpamitan. sebenarnya masih banyak hal yang ingin ku tanyakan kepada Bram, menyangkut dengan seputar cerita Fellicia yang menarik diriku menjadi penasaran akan tentang dia dan Victor.
"Glasdis! Ingat dengan janji mu, kalau kamu tidak akan menikah dengan siapa pun!" egois ibu
Aku hanya mampu mengangguk saja, saat ibu berucap mengingatkan akan adat istiadat yang di kandungnya selama berpuluh-puluh tahun itu. Aku tidak terlalu menghiraukan ucapan Ibu barusan. Aku pun mulai menggendong Ravel untuk mengajak ke kamarnya. Karena malam semakin larut, jadi Ravel harus segera tidur. Sebelum tidur, dia harus meminum obatnya terlebih dahulu. Aku tidak mau melewatkan hal terpenting yang satu itu.
**************************************************
Come on guys... Di koment dan di vote..
Di follow juga dunk say...
Ty buat yang udah baca this story..
Love you all...
ŞİMDİ OKUDUĞUN
I'm Not a Whore
RomantizmGladis,... seorang singgle parent yang cantik, dia janda satu anak, Ravel anak Gladis menderita sirosis hati akut, dan hanya bisa di tolong jika Transplantasi atau cangkok hati di laksnakan sesegera mungkin. Victor adalah boss yang sedikit arrogant...
Part 10
En başından başla
