11 [LOOP]

28 6 0
                                        

Udara malam terasa menusuk kulit Ariana, tapi ia mengabaikannya. Kakinya terus melangkah, mengikuti Kaze yang bergerak cepat di depannya.

Di belakang mereka, suara teriakan masih terdengar. Mereka belum sepenuhnya bebas.

“Kita kemana?” tanya Ariana, napasnya sedikit tersengal.

Kaze tidak langsung menjawab. Matanya meneliti sekeliling, lalu ia menarik tangan Ariana, membawanya ke gang sempit di antara dua bangunan.

“Kita butuh tempat aman dulu,” gumamnya.

Ariana membiarkan dirinya ditarik, tapi pikirannya masih berkecamuk. Ia mencoba mengingat setiap detail yang berbeda dari loop sebelumnya.

Di loop-loop sebelumnya, ia selalu mati sebelum bisa keluar dari gedung itu. Tapi sekarang—

“Apa kau tidak penasaran?” suara Kaze memecah lamunannya.

Ariana menoleh, menatap mata pria itu yang berkilat dalam kegelapan. “Penasaran soal apa?”

“Soal bagaimana aku tahu kau ada di sana.”

Ariana menegang. Itu pertanyaan yang bahkan tidak sempat ia pikirkan.

Kaze tersenyum tipis. “Aku melihatmu sebelumnya.”

Ariana menelan ludah. “Kapan?”

“Beberapa kali.”

Jantung Ariana mencelos. Itu tidak masuk akal. Jika ini adalah loop yang selalu terulang, seharusnya Kaze tidak mungkin mengingatnya—kecuali…

“Kau juga…” Ariana berhenti bicara, ragu untuk mengucapkannya.

Kaze hanya menatapnya, lalu tiba-tiba tertawa kecil. “Aku juga apa?”

Ariana menggigit bibirnya. Tidak mungkin. Tidak ada orang lain yang mengalami loop ini selain dirinya. Jika Kaze mengingat sesuatu dari loop sebelumnya…

“Kita harus pergi sekarang,” potong Kaze, nada suaranya berubah lebih serius. “Mereka akan menyebar mencari kita.”

Ariana mengangguk, tapi pikirannya masih dipenuhi pertanyaan.

Apakah mungkin?

Apakah Kaze juga terjebak di dalam loop ini bersamanya?

Dan jika iya—

Ariana merasakan napasnya tercekat. Tatapan Kaze terlalu tajam, seolah bisa menembus pikirannya.

Jika dia benar-benar mengingat sesuatu… apa yang sebenarnya dia ingat?

Ariana menelan ludah, mencoba menjaga ekspresinya tetap tenang. “Apa maksudmu?”

Kaze tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya lama, lalu tiba-tiba tertawa kecil.

“Tidak ada.”

Bohong.

Ariana tahu itu. Kaze bukan tipe orang yang mengatakan sesuatu tanpa alasan.

Tapi sebelum ia bisa bertanya lagi, Kaze berbicara lebih dulu.

“Di loop sebelumnya…” gumamnya pelan, “…kau mati.”

Ariana merasakan tubuhnya menegang.

“Apa?”

Kaze menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. Kali ini tidak ada senyuman di wajahnya.

“Musuhku membunuhmu,” lanjutnya. “Aku terlambat.”

Ariana tidak bisa berkata-kata.

Jadi… di loop sebelumnya, dia tetap mati? Tapi bukan di tangan Kaze?

DO NOT KILLWhere stories live. Discover now