🧶 • Lucid Dream 🎭

Beginne am Anfang
                                        

"Jangan, Na. Biarkan semuanya mengalir seperti seharusnya terjadi," ucap Leonel tenang.

"Maksud lo apa?!" tanya Selena, panik.

Tiba-tiba, lampu-lampu lorong berkedip. Seorang pria berbadan besar menyelinap masuk ke asrama putri.

Dia membawa beberapa kunci cadangan di tangannya lalu membuka pintu kamar Natalie.

Selena berlari menyusul pria berpakaian serba hitam itu, tetapi langkahnya terasa sangat berat. Begitu sampai, sang pelaku sudah menghilang.

Benar apa yang Jojo katakan siang tadi, pelaku menggunakan ilusi ruang tertutup. Itu membuat detektif langsung mengira Natalie bunuh diri karena kamarnya tertutup rapat.

Pelaku sangat cerdas. Hati Selena terasa sesak saat melihat darah segar mengucur dari kepala Natalie.

Bahkan di dalam mimpi pun gue nggak bisa nyelametin lo... Selena terisak.

Tapi ada satu kejanggalan yang ia temui.

Darah yang berada di sudut ranjang ternyata hanya buatan. Saat masih basah, darah itu tampak seperti diatur-dengan kuas cat?

Bahkan genangan darah di bawahnya juga tampak seperti sengaja dikeruk sebelum benar-benar kering.

"Apa ini?" gumam Selena.

Dia membayangkan ponselnya, lalu tiba-tiba ponsel itu muncul di tangannya. Selena membuka galeri dan melihat foto yang ia ambil siang tadi.

Sekarang semuanya masuk akal-pantas saja bercak darahnya tampak berbeda di foto. Di dunia nyata, darah itu sudah meluber ke mana-mana. Tapi di sini, dalam mimpi ini, Selena melihatnya dalam kondisi awal.

"Apa maksud lo ngasih tau semua ini, Nel?" Selena menoleh ke kanan dan kiri, mencari sosok Leonel.

Leonel berdiri di sudut ruangan.

"Leonel, lo ngapain?" Selena melangkah mendekat dan menepuk pundaknya.

Saat Leonel menoleh, napas Selena langsung tercekat.

Mata Leonel hanya tinggal satu. Wajahnya hancur, berlumuran darah, dan sebagian otaknya hampir keluar.

Selena terjatuh terduduk. Kakinya lemas, kepalanya pusing.

Mimpi ini bukan sekadar bunga tidur-ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini.


🧶


"Mim... Mima... Jemima, lo kenapa?" Jojo mengguncang tubuh Jema dengan panik.

Sejak pukul sebelas tadi, Jojo belum tidur. Namun, teriakannya yang tiba-tiba membangunkannya dari lamunannya.

Jema terus meracau, keringat mengucur deras di pelipisnya.

"Jema, please, what happened?" Suara Jojo terdengar penuh kekhawatiran.

Tak lama, Jema tersentak bangun. Napasnya tersengal, matanya membelalak ketakutan.

Tanpa banyak bicara, Jojo langsung menyodorkan segelas air. "Minum pelan aja, Mim."

Jema mengambil gelas itu dengan tangan sedikit gemetar. "Makasih, Jo."

Jojo mengamati wajahnya yang masih pucat. "Mimpi buruk ya?" tanyanya sambil mengusap bahu Jema dengan lembut.

Jema mengangguk pelan.

Tanpa berpikir panjang, Jojo menariknya ke dalam pelukan. Awalnya, Jema kaget. Tapi seiring detak jantung Jojo yang terasa stabil di dadanya, tubuhnya mulai rileks. Hangat. Nyaman. Setidaknya, malam ini dia tidak sendirian.

"Berdoa dulu, Mim, sebelum tidur lagi, biar nggak mimpi buruk," bisik Jojo.

Jema menarik napas dalam. "Jo... gue dapet petunjuk."

Jojo melepaskan pelukannya sedikit, menatap mata Jema.

Namun, sebelum Jema bisa melanjutkan, Jojo menaruh telunjuk di depan bibirnya. "Sstt... itu besok aja. Sekarang lo tidur dulu. Gue tahu lo capek banget."

Jema menatapnya sejenak, lalu mengangguk. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia merasa aman di dekat seseorang.

 Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia merasa aman di dekat seseorang

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


Jema merasa asing dengan sisi lembut Jojo. Selama ini, yang ia tahu hanya sifatnya yang menyebalkan dan sering menggoda.

Mungkin besok keadaan akan sedikit canggung di antara mereka. Tapi mau bagaimana lagi? Saat ini, Jema benar-benar membutuhkan pelukan seseorang. Keluarganya jauh di luar kota, dan untuk pertama kalinya sejak lama, ia merasa rapuh.

Waktu berlalu perlahan. Hangatnya dekapan Jojo membuat tubuh Jema semakin rileks. Kedua matanya mulai terasa berat, dan dalam hitungan menit, ia pun tertidur di dalam pelukan Jojo.

Jojo melirik wajah Jema yang kini tertidur dengan napas yang lebih tenang. Untuk sesaat, ia merasakan kejanggalan di hatinya. Ada sesuatu yang berbeda kali ini, sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.

Ia menghela napas, sedikit lega karena Jema akhirnya bisa beristirahat. Tanpa sadar, kantuk mulai menyerangnya juga. Rasa hangat dari tubuh Jema, kelelahan setelah hari yang panjang, serta suasana malam yang tenang membuatnya ikut terlelap, masih dengan tangannya yang memeluk Jema erat.





🧶

Red String Theory ||•On GoingWo Geschichten leben. Entdecke jetzt