Jemima selalu memiliki mimpi yang terasa begitu nyata. Sejak kecil, ia terbiasa mengalami Lucid Dream, di mana ia bisa mengendalikan setiap detail dalam tidurnya. Namun, ada satu hal yang membuatnya resah-kehadiran seorang pria misterius yang selalu...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
malam ini.. terjadi lagi..
Setelah sekian lama, akhirnya malam ini terulang kembali. Tempat itu masih putih, sebab Jema belum terpikirkan apa pun untuk mengisinya.
"Ah, malam ini bakal jadi malam yang panjang," gumamnya.
Jema membayangkan sebuah supermarket tanpa kasir. Ia berjalan masuk, mengambil semua makanan yang ada di sana, lalu duduk menikmati semuanya sambil menunggu seseorang-seseorang yang sudah lama tak ia temui.
"Selena!"
Setelah sekian lama, akhirnya ia mendengar suara itu lagi.
Jema segera berdiri dan melihat seorang pria yang sedang menunggu bus di depan supermarket.
"Hei, tungguin gue!" teriaknya.
Saat ia keluar dari supermarket, sesuatu terasa berbeda. Baju yang ia kenakan berubah menjadi seragam SMA, dan saat melirik name tag di dadanya, ia terkejut.
"Selena?"
Di sebelahnya, pria itu juga mengenakan seragam yang sama. Jema melirik name tag-nya.
"Leonel?"
Pria itu menoleh dan tersenyum. "Ah, akhirnya lo tau nama gue."
Jema-atau Selena, dalam dunia mimpi itu-menatap Leonel dengan bingung. "Gue... tau nama lo?" gumamnya pelan, lebih ke arah bertanya pada dirinya sendiri.
Leonel terkekeh, matanya yang tajam menatapnya dengan ekspresi familiar, seolah mereka sudah sering bertemu sebelumnya. "Ya harusnya gitu, kan? Lo selalu nyari gue di sini."
Selena terdiam. Benarkah? Dia yang selalu mencari Leonel? Tapi kenapa dia sendiri tidak ingat?
"Kita mau kemana?" tanya Selena akhirnya, mengikuti langkah Leonel yang mulai berjalan menuju bus yang entah datang dari mana.
"Lo yang nentuin," jawab Leonel santai. "Tapi kali ini, kita harus buru-buru. Waktunya nggak banyak."
"Waktu?" Selena mengerutkan dahi.
Leonel hanya tersenyum tipis. "Lo bakal inget sendiri nanti."
Bus itu berhenti di depan mereka, pintunya terbuka dengan bunyi desisan pelan. Tanpa menunggu, Leonel naik lebih dulu. Selena masih ragu, tapi kakinya terasa bergerak sendiri, mengikutinya masuk.
Saat pintu bus tertutup, semuanya mendadak berubah. Suasana supermarket, jalanan, dan halte tadi menghilang-digantikan oleh sesuatu yang jauh lebih familiar.
Lorong asrama.
Dan di ujungnya, kamar Natalie.
Di dalam mimpi, Selena melihat dirinya versi dunia nyata masuk ke dalam kamar asrama.
Tunggu, ini sepertinya pernah terjadi! Ini beberapa jam sebelum Natalie ditemukan tewas.
Selena hendak berlari masuk ke kamar Natalie, tetapi langkahnya dihadang oleh Leonel.