🧶 • I promise

Start from the beginning
                                        

"Ah, yaudah, bentar."

Jojo menyusul Dewangga, lalu membisikkan sesuatu.

"Gue bakal bantu nyari pembunuh cewek lo. Gue yakin dia nggak meninggal bunuh diri. Lo tau kan kelebihan gue. Semangat, Dewa. Gue sama Afdal minta maaf karena nggak bisa nemenin lo dulu," bisik Jojo lalu pergi meninggalkan Dewangga yang menatap punggung mereka berdua dari kejauhan.

"Makasih, Jo," gumam Dewangga.

***

"Apa? CCTV mati?!" seru Jemima kaget setelah mendengar penuturan pihak kepolisian.

"Benar. Sepertinya ada sambungan yang putus. Sepanjang lorong asrama bawah, semua kamera tidak berfungsi, kecuali CCTV di asrama putra," terang salah satu polisi.

Jemima menggigit bibir bawahnya, berpikir keras. Semalam, ia baru saja membaca buku komik Detective Conan yang juga menceritakan kasus pembunuhan misterius. Kisah itu membuatnya semakin penasaran dan ingin mencoba memecahkan masalah ini sendiri.

Untungnya, karena sudah dianggap sebagai kerabat dekat Natalie, ia diberikan akses untuk keluar masuk Tempat Kejadian Perkara (TKP). Memanfaatkan kesempatan itu, Jemima mengambil beberapa foto menggunakan ponselnya.

Saat sedang mengamati hasil jepretannya, ia menemukan sesuatu yang janggal.

Darah Natalie sudah mengering. Sebagian mengenai karpet, sebagian lagi mengenai ubin kamar. Namun, ada yang aneh-darah di atas ubin terlihat seperti telah dikeruk atau dihapus dengan sengaja.

Jemima mendekati seorang ahli forensik yang sedang mencari sidik jari di sekitar meja dan bertanya, "Pak, kenapa bercak darah yang ini terlihat sedikit aneh?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jemima mendekati seorang ahli forensik yang sedang mencari sidik jari di sekitar meja dan bertanya, "Pak, kenapa bercak darah yang ini terlihat sedikit aneh?"

Pria itu menoleh sekilas sebelum menjawab, "Oh, mungkin itu diambil oleh tim otopsi untuk mencocokkan darah korban. Untuk berjaga-jaga, siapa tahu itu milik pelaku pembunuhan... kurasa."

Jemima mengernyit. Jawaban itu terdengar ragu-ragu.

"Aneh, aparat tapi ragu-ragu?" batinnya. Sesuatu terasa tidak beres.

Saat Jemima masih berpikir keras, tiba-tiba seseorang memanggilnya.

"Jema, ngapain lo di sini?"

Jemima menoleh dan melihat Jojo berdiri tak jauh darinya.

"Eum... tadi ada barang yang ketinggalan di asrama ini. Sekalian aja gue mampir liat-liat," jawabnya asal, mencoba menghindari pertanyaan lebih lanjut.

Namun, Jojo bukan tipe orang yang mudah ditipu. Matanya langsung menangkap sesuatu-ponsel di tangan kiri Jemima yang layarnya masih menyala, memperlihatkan foto bercak darah Natalie yang mengering di sekitar kasur.

"Jadi dia beneran ikut nyelidikin kasus ini... Bagus," batin Jojo.

Jemima yang merasa tidak nyaman dengan tatapan Jojo segera membalikkan keadaan. "Kalau lo sendiri ngapain di sini?" tanyanya balik.

Jojo memang teman Dewangga, tapi Jemima baru mengetahuinya belakangan. Lebih aneh lagi, setahunya, Natalie juga tidak punya urusan dengan orang ini.

Tanpa ragu, Jojo menunjuk seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka. "Dia om gue," jawabnya singkat.

"Dan dia lupa bawa kotak makanannya," sambung Jojo dengan wajah datar.

"Apa?!" Jemima terkejut.

Beberapa saat yang lalu.......

Sebenernya Rama kenapa sih? Siang-siang bolong gini ngajakin dugem. Emang ada tempat dugem yang buka jam segini?" celetuk Jojo kesal.

Suasana hati temannya sedang buruk, tapi Rama malah mengajak mereka melakukan hal konyol di siang hari.

"Make reservasi segala," tambah Jojo, semakin heran.

Di sisi lain, Afdal tetap tenang seperti biasanya. Ia memang selalu punya cara untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal aneh yang dilakukan teman-temannya.

Afdal adalah mahasiswa seni rupa, sama seperti Dewangga. Sementara itu, Rama, Afdal, dan Dewangga adalah teman sejak SMA. Sedangkan Jojo, mereka kenal karena sering nongkrong di tempat yang sama saat masa-masa les UTBK beberapa tahun lalu.

"Kalau nggak aneh, bukan Rama namanya," celetuk Afdal santai.

Jojo mengangguk setuju. "Bener, emang aneh."

Mereka berjalan menuju mobil Afdal yang terparkir tak jauh dari sana. Tepat di sebelahnya, ada halte bus dengan beberapa orang yang sedang menunggu angkutan.

Tiba-tiba, mata Jojo menangkap sosok yang tampak familiar. Seorang anak kecil berdiri di sana, tampak ragu-ragu seolah sedang menunggu seseorang.

Jojo menyipitkan matanya, mencoba memastikan. "Chiko?" panggilnya.

Anak itu menoleh cepat, wajahnya langsung berbinar.

"Kak Jojo!" serunya dengan suara penuh semangat.

"Chiko, ngapain di sini sendirian?" tanya Jojo sembari mengusap kepala anak kecil berumur sembilan tahun itu.

"Ayah lupa bawa bekal, Kak. Sebelum pergi les bahasa Inggris, Chiko disuruh mampir bentar ke sini. Kan deket," jelas Chiko dengan polosnya.

Jojo langsung mendapatkan ide. "Eum, gini Chiko, les kamu jam setengah dua, kan? Mending kakak aja yang anterin, biar kamu nggak telat."

Chiko mengernyitkan dahinya. "Emang Kakak nggak sibuk?"

"Nggak kok." Jojo dengan santai mengambil kotak bekal dari tangan Chiko. "Sekarang kamu pergi les aja. Kakak suruh Mas-mas itu yang nganterin." Ia menunjuk Afdal, yang saat itu sedang menghisap rokoknya.

Afdal langsung menoleh, menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi tidak percaya. "Gua?"

"Iya, gua mau ke asrama, nganterin ini. Lo anterin Chiko ya. Oke? Bye." Tanpa menunggu jawaban, Jojo langsung menyalakan mesin motor customnya lalu pergi.

"Loh! Woy! Maksud lo gimana?! Terus si Rama gua bilang apa?!" teriak Afdal, tapi Jojo sudah menghilang dari pandangannya.

Afdal mendesah panjang, lalu menatap Chiko yang kini tersenyum polos di hadapannya.

"Ya udah, naik mobil gua. Lo tau kan lesnya di mana?"

Chiko mengangguk cepat. "Tau, Kak!"

Afdal hanya bisa menghela napas. "Sialan lo, Jojo," gumamnya sebelum menyalakan mesin mobilnya.

🧶


______________________________________________

Jangan lupa tinggalkan jejak dukungan kalian dengan menekan tombol bintang dibawah 🌻

______________________________________________

Red String Theory ||•On GoingWhere stories live. Discover now