Aku hanya bisa menyaksikan anakku yang terkulai lemah di ruang ICU dengan peralatan Rumah Sakit yang selalu membuat dirinya susah untuk bergerak, dari luar pintu masuk yang memiliki kaca. Aku lihat Ibu yang tak henti menciumi punggung tangan Ravel berkali sambil bolak balik. Ibu juga tak henti-hentinya mengelus dan menciumi kepala Ravel beserta keningnya. Andai saja aku memiliki hak penuh di rumah sakit ini, maka aku akan menerobos masuk ke ruang ICU dan akan tetap terus berada di samping anakku Ravel.

*****

Author pov.

Saat di kantor, Bram tidak sabar menunggu kehadiran Gladis, dia ingin menyambut hari pertamanya dimana hari jalinan tali persahabatan menjadi tali percintaan. Namun sudah dua jam sejak jam kantor masuk, Gladis belum datang juga. Sesekali Bram melongok ke ruangan Gladis. Tetapi tidak ada sosok Gladis disana.

"Kamu sedang apa disini Bram?"

Suara Victor membuat Bram terbelalak karena kaget, ketika dia sedang menengok ke dalam ruangan Gladis. Bram coba melirik ke arah asal suara Victor yang tepat ada di belakangnya.

"Kau rupanya!" kaget Bram sambil mengurut dada

"Memang kau pikir siapa?" tanya Victor sambil sesekali membenahi dasi yang di kenakannya

"Aku mencari Gladis, tetapi dia belum datang, mungkin dia tidak masuk hari ini." tegas Bram sambil menutup kembali pintu ruangan Gladis

"Memang kau sudah tanya kebagian HRD?" tanya Victor kembali

"Belom, tetapi aku yakin kalau hari ini dia tidak masuk! Karena sebelumnya dia tidak pernah telat seperti ini."

"Ok! Sekarang kau ikut keruanganku! Ada yang mau aku bicarakan denganmu." ajak Victor

Bram pun menurut, dan berjalan menuturkan Victor di sampingnya Victor berendengan.

_____________________

Saat di ruangan.

Setelah pintu ruangan Victor terbuka,  Bram langsung masuk dan duduk di sofa yang biasa menjadi penampung bokongnya saat mengobrol di ruangan Victor. Lain dengan Victor, dia tidak langsung duduk, tetapi dia malah meneguk mineral water yang sudah di sediakan OB (office boy). Setelah meneguk mineral water, Victor memperhatikan Bram yang sedang tersenyum-senyum sendiri di sofa.

"Rupanya kau sedang senang ya?" tanya Victor

"Ia sobat, saat ini kebahagianku sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata!" ujar Bram sambil bangkit dari duduk

"Memang apa yang mampu membuat dirimu sampai bahagia seperti itu?" tanya sangsi Dari Victor sambil berusaha membuka kancing jass nya.

"Tadi malam aku.." ucapan Bram terhenti

"Tadi malam apa?" Victor memotong ucapan Bram

"Victor, tadi malam aku sudah mengutarakan perasaanku terhadap Gladis."

Victor langsung terhenti dari geraknya yang sedang coba membuka jass dari tubuhnya. Dia kaget ketika Bram berucap demikian terhadapnya. Victor coba untuk tidak menimbulkan rasa kagetnya terhadap Bram. Victor coba bertanya krmbali kepada Bram. Dia sangat ingin tahu jawaban dari Gladis, menerima Bram atau tidak?

"Lalu dia jawab apa?" tanya Victor kepoo

Bram mendekati Victor, dengan membawa seringai bangganya kehadapan Victor.

"Ah, sob! Dia pasti menerima diriku, dan kami telah resmi menjalin hubungan spesial tadi malam!"

Petir dan kilat, serasa ada di hadapan Victor berwujud Bram, Victor yang sedari tadi menenteng jass yang berhasil di lepasnya, kini dia tidak sadar telah menjatuhkan jass itu.

"Hey,sobat! Ada apa denganmu?" tanya Bram sambil berusaha mengambil jass yang terjatuh dari tentengan tangan Victor

Victor tersadar dari bengong karena syok, dia coba mengusap wajahnya dan menjawab pertanyaan dari Bram.

"Tidak Bram! Aku tidak apa-apa!" coba mengelak dari Victor

Bram hanya mengangguk, dan menyampaikan jass Victor di kursi kerja Victor. Lalu Bram teringat sesuatu, kalau sahabatnya Victor mengajak keruangannya ada sesuatu hal yang penting untuk di bicarakan.

"O..ya, Vic, bukannya ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku??" coba mengingtkan Victor dari Bram

"Tidak! Tidak jadi! Nanti saja aku bicarakan denganmu, tiba-tiba saja aku mendadak sesak dan ingin sendirian dulu!" jawab dingin dari Victor

Iya, memang Victor sedang sesak setelah mendengar pernyataan yang lantang dari Bram. Bahwa dirinya telah resmi menjalin hubungan spesial dengan Gladis.

"Ok sobat! Aku keluar dulu kalau ada apa-apa kau panggil saja aku!" Bram pamit

Sebelum Bram keluar, dan hampir membuka pintu. Victor memanggil Bram "Bram!" seru Victor, Bram mendelik ke arah Victor. "Selamat untuk mu!" Bram hanya tersenyum simpul kepada Victor dan mulai meninggalkan Victor di ruangannya.

"Aku sudah menduga! Kalau persahabatan bodoh yang di jalin antara Gladis dan Bramono, itu tidaklah sehat, dan akan berakhir dengan apa yang aku takutkan selama ini, dan ini semua tidak boleh terjadi!"

Victor menggebrak meja, mengumpat kesal saat di tinggal oleh  bram, dia amat sangatlah marah kepada Bram, yang ia sangka telah merebut wanitanya dari dirinya. Padahal dari Gladis sendiri tidak pernah menganggap Victor sebagai kekasih ataupun sahabatnya.

Dan Victor bersumpah serampah, dia akan merebut Gladis dari tangan Bram, untuk dia miliki seorang! Tidak boleh ada pria yang memiliki Gladis terkecuali dirinya! Itulah sikap egois dan emosional dari Victor.

******************************************************

Hi...guys ..

Update sedikit aja dulu ya...tapi lumayan kok..

Mohon Vote and kommentnya ya say... Jangan lupa di
Follow juga ya.... Guys..

I'm Not a WhoreWhere stories live. Discover now