T H I R T Y F O U R

9.7K 719 59
                                        

Pagi-pagi sekali, Jake tiba-tiba ingin makan steak. Tapi begitu membuka kulkas, ia hanya bisa menghela napas. Bahan-bahannya tidak lengkap.

"Sial, aku lupa belanja bulanan," gumamnya. Biasanya, para pembantu yang mengurusnya, tapi mereka sedang cuti.

Jake mengusap perutnya yang sedikit membuncit dan tersenyum kecil. "Kita masak sarapan dulu ya, sayang, baru setelah itu Mama belanja bulanan," katanya lembut.

Dengan cepat, ia mengeluarkan bahan makanan yang masih tersedia. Tidak ada pilihan lain selain nasi goreng, sederhana, cepat, dan cukup untuk mengisi perutnya serta suaminya. Tangannya cekatan memasak, aroma bawang putih dan kecap mulai memenuhi dapur. Sejak menikah, keahliannya memasak meningkat pesat. Dulu, dia hanya bisa membuat makanan sederhana, tapi sekarang, dia sudah terbiasa memasak lebih dari sekadar mie instan. Tapi pagi ini, entah kenapa, dia sedikit malas.

"Kau membuat apa?"

Jake menoleh sekilas. Cedric berdiri di dekat lemari es, wajahnya masih menunjukkan tanda-tanda baru bangun tidur. Rambutnya sedikit berantakan, suaranya serak. Sepertinya dia turun hanya untuk mengambil minum.

"Nasi goreng," jawab Jake santai. "Aku lupa belanja bulanan kemarin. Kalau kau tidak mau, aku bisa memesankan sesuatu untukmu, atau kalau tidak keberatan, kau bisa menunggu sampai aku belanja."

Cedric menguap kecil lalu menutup pintu kulkas. "Masak apa saja, aku akan memakannya," ucapnya sebelum berjalan ke meja makan dan duduk di sana.

Matanya tertuju pada punggung Jake, memperhatikan bagaimana lelaki itu sibuk dengan masakan sederhananya. Aroma nasi goreng yang mulai matang menggoda selera makannya, tapi anehnya, bukan hanya itu yang menarik perhatiannya.

"Kalau mau, kau bisa mandi dulu sambil menunggu aku selesai," kata Jake tanpa menoleh.

Tapi Cedric tidak menjawab. Dia hanya diam, matanya tetap tertuju pada Jake. Pikirannya kacau. Mungkin karena kelelahan setelah bekerja, atau mungkin karena sesuatu yang lain, sesuatu yang selama ini berusaha dia abaikan.

Entah bagaimana, Jaeyun semakin jarang muncul di pikirannya belakangan ini.

"Mungkin aku terlalu sibuk bekerja," pikir Cedric, atau Jake benar-benar mengacaukan pikiran dan hatinya?

***

Setelah menyelesaikan sarapan, Jake segera beranjak untuk membereskan meja makan dan mencuci piring. Tangannya dengan cekatan mengangkat piring kotor, sementara pikirannya masih melayang pada perutnya yang belum tersentuh steak impian.

"Setelah ini kau mau belanja?" suara Cedric memecah lamunannya.

Jake mengangguk tanpa menoleh. Akhir-akhir ini Cedric lebih sering bertanya, dan entah kenapa itu terasa... aneh.

"Biar aku antar," lanjut Cedric.

Kali ini, Jake menoleh, sedikit terkejut "Memangnya kamu tidak ke kantor?"

Cedric menatapnya sejenak sebelum menjawab, "Hari ini weekend."

Jake langsung menepuk kepalanya sendiri, merasa bodoh. Sial, kenapa dia bisa lupa? Seketika rasa malu menjalar ke wajahnya.

"Maaf, aku lupa," ucap Jake sambil tersenyum malu. "Baiklah kalau kau mau mengantarku."

Cedric hanya mengangguk. "Aku akan berganti baju-"

"Mandi saja dulu. Tidak perlu buru-buru," potong Jake cepat.

Cedric menurut dan segera naik ke lantai atas, meninggalkan Jake yang kini memilih duduk di ruang tamu sambil menunggu.

Stupid Jake • Sungjake [REVISI]Where stories live. Discover now