Jake membuka matanya perlahan. Pandangannya masih buram, dan kepalanya terasa berat, seakan ada beban tak kasatmata yang menekan pikirannya. Begitu matanya mulai menyesuaikan diri dengan cahaya ruangan, suara panik langsung menyambutnya.
"Jake, kau baik-bain saja? Bagaimana perasaanmu? Ada yang sakit?"
Suara Astra yang bertubi-tubi menusuk kepalanya yang masih pening. Jake mengerjap beberapa kali, mencoba mengusir rasa pusing yang menghantui, sebelum akhirnya melihat sekeliling. Ruangan serba putih dengan bau khas obat langsung memberinya petunjuk bahwa ia berada di rumah sakit. Di sampingnya, Astra menatapnya dengan ekspresi cemas, sementara seorang dokter berdiri tidak jauh dari mereka. Jake mengenali dokter itu—Chris, jika ingatannya tidak salah. Dokter yang sama yang pernah merawatnya saat kecelakaan empat bulan lalu. Terbukti nama di name tag jubah dokter pria gagah itu, Jake juga ingat ketika Astra memberitahu kalau dokter ini kakak kandung Cedric. Hanya saja Jake belum berbicara langsung padanya selain ketika dia kecelakaan. Selebihnya tidak, apalagi keluarga Cedric. Jake hanya mendengar semua cerita dari Astra. Lagipula dia siapa sampai berharap dikenalkan?
"Bagaimana perasaanmu? Apakah baik-baik saja?" tanya Chris dengan ramah, nada suaranya tenang namun tetap profesional.
Jake mengangguk pelan. "Hanya sedikit pusing," gumamnya, meski kepalanya masih terasa berat dan pikirannya berantakan.
Chris mengangguk kecil sebelum mencatat sesuatu di clipboard yang dipegangnya. "Itu wajar. Suhu tubuhmu cukup tinggi. Kamu mengalami demam yang cukup mengkhawatirkan, tapi sekarang sudah mulai stabil," jelasnya.
Mendengar itu, sesuatu di benak Jake langsung terpanggil. Semalam, ia memang merasa tubuhnya panas dan lemas, tapi sebelum itu ia ingat telah menghabiskan hampir semalaman bersama Cedric. Ia memeluknya, menenangkannya, memastikan Cedric baik-baik saja meskipun dirinya sendiri semakin lemah.
Pikiran itu membuat napasnya sedikit tercekat. Namun, ia tidak mengatakan apa pun. Hanya menyimpannya sendiri.
Di sampingnya, Astra tetap diam. Tidak seperti biasanya, kali ini dia tidak banyak bertanya atau bereaksi berlebihan. Jake sempat meliriknya, lalu menyadari sesuatu—Astra pasti sudah tahu. Chris pasti telah memberitahunya tentang kondisinya sebelum ia sadar.
Chris kemudian menatap Jake dengan sedikit lebih serius. Ada sesuatu dalam ekspresi dokter itu yang membuat Jake tiba-tiba merasa gelisah.
"Selain demam, ada satu hal lain yang perlu kamu ketahui," kata Chris, nada suaranya kini terdengar lebih hati-hati.
Jake menatapnya bingung. "Apa maksudnya?"
Chris menarik napas sebelum berbicara. "Jake, kamu sedang hamil. Usia kandunganmu saat ini sekitar empat minggu."
Hening.
Ruangan itu mendadak terasa terlalu kecil. Terlalu sempit. Udara yang tadi bisa ia hirup dengan normal, kini seakan menyesakkan dadanya.
Jake terpaku, otaknya kosong seketika. Kata-kata Chris berulang dalam benaknya, menggema seperti palu yang memukul kepalanya bertubi-tubi.
Hamil?
Dirinya?
Ia tidak salah dengar, kan? Tidak mungkin. Itu...itu tidak masuk akal.
Dadanya mulai terasa berat, napasnya memburu. Ia tahu di dunia ini ada laki-laki yang bisa hamil, tapi dirinya? Tidak pernah sekalipun ia berpikir bahwa ia adalah salah satunya. Ia bahkan tidak pernah tahu kondisi tubuhnya sendiri.
Tapi jika ia memang hamil…
Berarti ini anak Cedric.
Ya Tuhan.
ESTÁS LEYENDO
Stupid Jake • Sungjake [REVISI]
RomanceBerawal dari kebodohan Jake yang terlalu percaya diri. Teman-temannya menantangnya untuk menggoda pria tampan di bar, dan Jake yang merasa bisa saja menerima tantangan itu. Tapi, alih-alih berhasil, dia malah ceroboh sampai obat perangsang yang seha...
![Stupid Jake • Sungjake [REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/388609977-64-k509002.jpg)