"Semua terasa baik-baik saja, berjalan sesuai dengan apa yang sudah aku atur, sampai tiba-tiba dia merusak segalanya, menghancurkan segala rencanaku, dan mencoba memasuki hidupku." - David, ketua kelas XI MIA 1.
"Semua sudah pegang kertasnya, kan?" David menatap satu persatu teman sekelasnya. "Jangan dibuka dulu!" teriaknya saat melihat Kayla hendak membuka kertas yang digulung rapi oleh Silva, wakil ketua kelas XI MIA 1.
"Nanti berbarengan."
"Pokoknya setelah dibuka, kalian baca baik-baik, cermati. Setelah itu baru boleh bertanya, protes, atau ribut sini sama gue." David menatap satu persatu teman-temannya yang mulai mengkerutkan keningnya, pertanda mereka tak suka dengan kelakuan David ini.
"Udah, buka." Silva mengangguk mantap, mempersilahkan semua teman-temannya membuka kertas berukuran 5x3 cm itu.
Semua dengan seksama memperhatikan tulisan-tulisan rapi Silva yang sudah di fotocopy menjadi 35 lembar itu. "Ada yang mau disampaikan?"
"Ini peraturan macam apa sih, Vid," teriak Farhan tak suka. David menatap Farhan dengan kening berkerut.
"Kenapa, ini biar lo nggak seenaknya bolos dan cabut kayak jaman kelas sepuluh, Han." Farhan mendelik marah pada David. Semua masih diam. Namun perhatiannya ditarik oleh sebuah pandangan tajam dari sisi kanannya. David segera menoleh ke kanan, mendapati Rena yang menatapnya dengan tajam.
"Jelaskan semua maksud dari peraturan ini dengan alasan yang masuk akal, gue nggak mau sembarangan ngikutin peraturan yang nggak guna," ujar Dani dengan santai.David tersenyum miring, mengangguk dan suka dengan tanggapan Dani ini. Semua sesuai rencana, sangat pas sasaran.
"Yang pertama," David menarik napasnya kemudian kembali menatap Dani, "Kalau nggak masuk sekolah, harus ada alasan yang jelas.Kalau terlambat, bisa langsung hubungi Bintang selaku sekertaris."
"Nah, gue rasa, ini semua hal yang wajar ya, untuk peraturan kelas. Selain itu, gue nggak mau Farhan, bisa seenaknya bolos-bolos nggak jelas kayak dulu." Terdengar decakan sebal dari Farhan yang duduk disisi kanannya.
"Yang kedua," lanjut David dengan menatap sekali lagi teman-teman sekelasnya. "Harus menjaga solidaritas sesama teman sekelas."
"Plis, siapa yang nggak mau solid? Gue mau kita semua bisa selalu saling membantu dalam suka maupun duka. Itu aja sih." Semua masih diam, seolah tak ada yang masalah dengan peraturan yang kedua ini.
"Yang ketiga, nggak boleh ada yang berantem berkepanjangan, kayak Samudra dan Nadine. Sungguh, gue mau kalian akur. Gue nggak tau apa yang kalian ributin," ujar David sambil menatap Nadine dan Samudra, yang kebetulan duduk berdekatan secara bergantian.
"Menurut gue, ini bukan urusan lo deh, Vid, lo nggak berhak ikut campur," kata Nadine sambil menatap David dengan tajam.
"Santai aja kali, Mbak," sela Samudra sambil menatap malas Nadine yang kini menoleh padanya.
"Lo itu ketua kelas, urusin aja urusan kelas, nggak usah hubung-hubungin dengan urusan pribadi anak kelasan."
"Bikin anak sini kompak dan solid kayaknya termasuk tanggung jawab ketua kelas deh," lanjut Samudra dan benar-benar membuat Nadine bangkit dari duduknya dan menatap Samudra dengan tajam.
Disisi Nadine, Shania mengelus pundak Nadine dengan gerakan pelan, menyuruh Nadine untuk kembali mengubur emosinya. Sungguh, bagi Shania, kemarahan Nadine pada Samudra tak berguna, hanya membuang-buang tenaga saja. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali duduk.
"Yang keempat," lanjut David. Rupanya David tak tertarik dengan pertengkaran Samudra dan Nadine, tak berniat menengahi atau sekedar memberi penjelasan. Ia percaya pada sahabatnya itu bisa mengendalikan Nadine.
"Nggak ada yang boleh berpacaran dengan teman sekelas," ujar David dan kali ini pandangannya beralih pada Dani yang menatapnya dengan tatapan menunggu penjelasan. Dan kini pandangannya berpindah pada Rena yang sedang menatap David dengan pandangan memelas.
"Gue nggak mau kalau yang pacaran tiba-tiba putus dan bikin keadaan kelas jadi aneh. Coba kasih tau gue, siapa yang sudah putus dan tetap baik-baik aja?"
"Gue," jawab Ayya sambil mengacungkan tangannya. Dibelakang David, Silva selaku teman dekat Ayya berteriak tak setuju. "Bullshit banget, baik di bbm doang, pas ketemu mah kicep." Terlihat Ayya yang manyun menatap Silva dengan sebal.
"Kalau gue bisa pastiin, kita putus secara baik-baik?" Pandangan David kembali pada Dani. Senyum miring David kembali tercetak di wajah tampannya.
"Kalau baik-baik aja, nggak mungkin kalian putus," Diliriknya Rena yang kini tengah menggigiti bibir bawahnya sambil menatap David dengan khawatir.
Dani menghela napas dan menjatuhkan kepalanya pada meja, ia selalu kalah jika beradu mulut dengan David. Dia hanya menggelengkan kepalanya pasrah. "Okey, gue harap semua bisa berjalan sesuai peraturan. Ini demi kenyamanan kita bersama. Gue harap semua bisa berpartisipasi demi mewujudkan kesejahteraan."
"Lebay lo!"
****
June, 8th 2016.
VOCÊ ESTÁ LENDO
The Problems Of Classmates
Ficção Adolescente[Completed and Extra Part was ready] "Dilarang berpacaran dan bermusuhan dengan teman sekelas." - David, Ketua Kelas XI MIA 1. Peraturan yang ia buat dengan keyakinan mantap selama 7 hari 7 malam itu, membut kelasnya terlihat lebih baik. Mereka te...
