#16 Dancing Around The Past

1.8K 106 4
                                    

Maroo menoleh, ia sangat familiar dengan sesosok wanita berparas cantik dengan blazer merah, rok di atas lutut dan sepatu hak tinggi berwarna putih pastel.

"Nuuna...." Gumam Maroo. Mereka saling pandang di atas trotoar yang mulai ramai oleh para musafir.

Jae Hee terlihat kaget, ia kebingungan selama beberapa detik hingga akhirnya memutuskan untuk melangkah mundur daripada harus terjebak dalam situasi yang rumit.

Wanita itu berbalik dengan tergesa seolah Maroo adalah hantu yang akan melahap kepalanya dalam satu kedipan mata. Sialnya, seorang anak SMP yang nekat bersepeda di atas trotoar muncul mendadak di belakangnya dan menyerempet Jae Hee hingga jatuh tersuruk menekuri jalanan yang kasar. Sikunya lecet, ia meringis kesakitan namun tak sempat memaki karena si biang keladi telah pergi dengan mimik ketakutan.

Maroo berjongkok di sisi Jae Hee dan membantunya berdiri.

"Terima kasih..." ucap Jae Hee dengan kepala tertunduk, ia menghindari tatapan Maroo.

"Tunggu!" seru Maroo, tatapan matanya tak lepas dari Jae Hee yang mencoba pergi meski terseok. Tangannya menahan lengan wanita itu.

Jae Hee terpaksa mendongak, memberanikan dirinya menatap wajah si cinta pertama setelah bertahun-tahun lamanya.

Sungguh sebuah pagi yang tak pernah ia duga.

"Sikumu berdarah!"

~oOo~

Eungi menatap tumpukan kertas di atas meja, ia membacanya dengan kening yang berkali-kali mengernyit. Di hadapannya Jae Shik duduk dengan cemas. Mereka seperti guru dan murid. Eungi menggeleng sambil asyik mengunyah ayam gorengnya di restaurant yang sepi.

"Jadi dia selalu mengoreksi dan mengembalikan surat-suratmu?!?" tanya Eungi.

Mulutnya kembali menggigit paha ayam yang dibalut paduan tepung nan crispy. Kriuk...kriuk...kriuk....

Suara kuyahannya menggema, memenuhi ruangan yang hanya dihuni oleh dirinya dan si pemilik restaurant.

"Aku bingung... itu maksudnya apa. Ia hanya pernah sekali datang ke tempat ini, itupun untuk protes serta memaki ejaan-ejaan yang salah dalam suratku padanya," adu Jae Shik.

Eungi meletakkan ayam di tangannya ke atas piring, ia mengamati wajah Jae Shik yang entah kenapa sekarang terlihat menggemaskan tanpa kumis serta jambang.

8 tahun telah mengubahnya menjadi begitu berbeda.

"Kau sangat mencintainya?"

Jae Shik menunduk malu-malu. "Aku tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa. Setahuku kalian sangat dekat, jadi aku yang putus asa ini ingin meminta tolong padamu,"

Eungi mengangguk dengan senyum geli.

Ia menarik napasnya sejenak, kemudian menghembuskannya dengan ekspresi serius, seolah ia Dokter dan Jae Shik adalah pasien kanker stadium akhir.

"Setahun ini apa kau hanya mengiriminya surat-surat cinta?"

Jae Shik mengangguk.

Eungi menggeleng geram, "LAKUKAN SESUATU! AJAK DIA KENCAN! DATANGI RUMAHNYA!"

"Rumahnya?"

"Pergi ke kantornya kalau perlu! Aaaiissh..." teriak Eungi, ia menggigit paha ayamnya dengan kesal.

Jae Shik terlihat ragu, "Aku takut ditolak,"

"Tunggu! Aku punya ide yang lebih bagus!" pekik Eungi tiba-tiba.

~oOo~

Di sebuah bangku taman, Maroo menyeka luka Jae Hee dengan kapas yang telah dilumuri alkohol. Ia membelinya dari apotek terdekat. Maroo yang memang seorang dokter, merawat luka Jae Hee dengan telaten. Di akhir sentuhan, ia menempelkan plester berwarna putih ke siku wanita itu.

NICE GUY FanFic 'After and Before' || Chaeki FFWhere stories live. Discover now