True 23

718 80 9
                                    

BIASAKAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA ;D  

"Halo?" Lovi mengangkat telpon dari luar negeri. Siapa nih ya?, batinnya bertanya-tanya.

"Ini Oktav." jawab suara di seberang sana.

"Oh," Lovi berusaha menebak apa yang ingin dibicarakan oleh Oktav, "Ada apa?"

"Nelo gimana?" tanya Oktav langsung. Jujur, Lovi sudah malas mendengar nama itu. Untuk mendapatkannya saat Nelo amnesia saja sudah susah, apalagi saat ingatannya kembali? Diam-diam Lovi menbenarkan perkataan papanya tempo hari.

"Dia baik-baik aja. Ingatannya udah balik."

"Serius?" Terdengar nada antara ketidakpercayaan dan keputusasaan di dalam suaranya.

"Iya, pas kalian mau take off ke Belgia, ingatan dia balik. Gue paksa dia nikah. Eh dia pura-pura gila. Di RSJ deh sekarang." kata Lovi santai seolah-olah itu adalah hal yang biasa.

"Hah? Di RSJ? RSJ mana?"

"RSJ mana lagi di Jakarta kalo ga di Grogol."

"Anjir. Bisa-bisanya. Terus dia gimana sekarang?"

"Ck udaaah daripada banyak nanya mending lo berdua aja yang kesini langsung."

"Ha?" Hening sejenak, "Ga salah denger gue?"

Lovi menghela nafas sejenak, "Gue sadar semuanya percuma. Susah banget dapetin Nelo."

Oktav tertawa, kemudian menambahkan, "Bukan elo yang susah dapetin Nelo,"

"Tapi emang mereka berdua yang gabisa dipisahin."

***

Oktav menutup sambungan telponnya. Ia berimajinasi bagaimana bisa Nelo pura-pura gila lalu dibawa ke RSJ karena dipaksa nikah dengan Lovi? Yang jelas, itu adalah kejadian besar yang pastinya seru dan tidak seharusnya dilewatkan.

Ia mengecek Vila di kamarnya. Tadi ia masih packing barang-barangnya.

"Ready to go?" tanya Oktav sambil bersandar di ambang pintu.

"Deg-degan. Nelo yang sekarang kaya gimana ya?" tanya Vila gusar. Vila merasa kikuk jika memang benar ia berpacaran dengan Nelo. Dulu kan, dia jutek, cuek, udah gitu pernyataan gue waktu itu... Astaga engga bangettt!! Masa sih gue bisa pacaran sama dia?

Oktav terkekeh, "Perlahan memori kamu sama dia bakal balik kok. Dan kamu pasti seneng banget ingetnya." kata Oktav sambil tersenyum. Entahlah, Vila melihat ada yang beda dari senyumnya.

"Maaf kalo emang dari dulu aku gabisa bales perasaan kamu," Vila menunduk, "Tapi, setelah aku bangun di rumah sakit, terus ada kamu, emmm.. Gimana ya ngomongnya. Aku seneng diperhatiin kamu. Aku nyaman. Tapi aku sama sekali ga nyangka kalo emang masa lalu aku bukan sama kamu."

Oktav berjalan mendekati Vila. Benar ternyata perkataan Lovi waktu itu. Pikiran cewe bisa disabotase.

"Cewe mana sih yang gasuka diperhatiin?" Oktav tersenyum lalu berjongkok di hadapan Vila. Sekilas, Vila merasa familiar dengan sikap Oktav yang berjongkok di hadapannya, tapi akhirnya balas tersenyum.

"Kamu cuma nyaman karena mungkin, dalam ingatan kamu, kamu gapernah diginiin. Kan kamu lupa sama Nelo." kata Oktav lagi.

"Tapi aku yakin kamu bisa dapetin yang tulus sama kamu nanti." ujar Vila.

"Iya, semoga aja kaya kamu."

"Janganlah. Yang bisa ngerti kamu dalam keadaan apapun dong. Kan dasarnya, kita ga nyari orang sesempurna mungkin. Tapi yang bisa ngertiin kita."

TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang