Part 1: Pertemuan

Start from the beginning
                                    

Dong Hae tertawa keras, "Apa? Kau naksir seseorang di klub baseball?! Hahahah!" dia kembali tertawa, kutepukkan gulungan buku yang tadi Dong Hae baca ke kepalanya. Dia masih saja tertawa.

"Ck, maksudku..." ucapanku terpotong oleh Dong Hae.

"Sudah, jangan mengelak." godanya sambil mengibaskan tangannya di depan mukaku.

Aku mengerucutkan bibirku, "Lee Dong Hae!" pekikku kesal.

Dong Hae mengangguk-ngangguk entah apa maksudnya, "Ne, ne, (Iya, iya) akan kuberi tahu, kau tenang saja." ucapnya, seketika mataku berbinar dan tanpa ba-bi-bu kupeluk kakak sepupuku itu. "Yak! Yak! Geumanhae! (Hentikan!)" Dong Hae berusaha melepaskan pelukanku, namun aku tidak peduli, hehe.

"Kau baik sekali, Prince!" ucapku senang.

Dong Hae tersenyum kecil lalu mengangguk, "Sama-sama!" Dong Hae mengelus kepalaku.

•••

Kutaruh bukuku di loker. Aku mendesah kecil. Ini bukan pertama kalinya aku mendapat nilai pas-pasan di kelas sosial. Kapan aku bisa lebih tinggi nilainya? Singkat saja, aku memang kurang tangkap dalam sosial, tapi aku sangat menyukai geografi, susah bukan?

"HEY!" Aku merengut kesal saat seseorang merangkulku dan menggeretku sedikit ke depan. "Kau kenapa?" Tanya orang itu, dia terkekeh.

Aku tambah merengut, "Jangan tanya! Aku mendapat nilai pas lagi!" dengusku menjawab pertanyaan yang belum terlontar dari mulut Tashiki. Ya, dia itu orang yang merangkulku secara mendadak. Tashiki terlihat muram juga, aku meliriknya, "Sudah, sudah! Jangan ikutan sepertiku! Kau itu harus menyelesaikan mata pelajaranmu yang lain. Kau sudah selesai mata pelajaran apa saja?" tanyaku mengganti topik pembicaraan.

Tashiki terlihat berfikir lalu menjentikkan jarinya, "Ah, aku sudah menyelesaikan Ekonomi!" ucapnya.

Aku melongo parah. "Apa? Ekonomi? Haah! Otakmu terbuat dari apa, eo?" desahku putus asa. Lihat? Bahkan mendengar kata Ekonomi saja badanku ngilu! Oke! Aku mulai berlebihan!

•••

Tashiki mencomot nachosnya lalu melahapnya dengan sekali gigitan, aku hanya termangu diam.

"Hyo Rin-a, annyeong! (Halo, Hyo Rin!)" suara tenor menyapaku dari belakang. Aku tetap termangu diam dan menatap botol minumanku dengan malas. Aku sudah tahu siapa yang menyapaku. "Yak! Jawab dong greeting ku! Sombong sekali kau!" orang itu menyenggol bahuku.

Aku hanya mendesah kecil, lalu menatapnya, "Oppa! Museum soriya? (apa yang kamu katakan, ha?)" tanyaku yang memang sedang tidak fokus.

"Hyo Rin-a gwaenchanayo? (Hyo Rin, kau tidak apa-apa?)" Dong Hae duduk disebelahku, aku mengangguk kecil, sedangkan pria bersuara tenor itu dengan santainya mencomot nachos milik Tashiki. Bukannya marah, Tashiki malah tersenyum senang, "Habiskan saja, Wookie-nii! Aku sudah kenyang!" pekiknya gembira, sedangkan Rye Wook--orang yang menyapaku tadi-- mengangguk seperti anak kecil lalu kembali memakan nachos tersebut.

"Kau yakin akan menang? Melawan fakultas Musik itu susah, loh! Kudengar mereka mempunyai andalan bernama Jun Matsumoto! Dia tinggi dan besar orangnya!" kudengar celotehan seseorang dibelakangku, kutolehkan kepalaku lalu mencari tahu siapa yang sedang berbicara.

DEG.

Orang itu! Si pemain baseball itu! Dia duduk bersama 3 cowok lain! "Hae! Hae!" kucolek lengan Hae yang sibuk memelintir Jjangmyeon yang baru ia pesan dan datang beberapa menit yang lalu.

"Hm?" dia menoleh ke arahku. Aku menunjuk-nunjuk kecil ke arah belakang, "Nugu? (siapa?)" Tanya Dong Hae, dia ikut menoleh ke belakang. "Ah, mereka." Dong Hae tersenyum.

Happy EndingWhere stories live. Discover now