Adegan 2

5.7K 448 11
                                    

Setelah bangkitnya Putri Fotia menjadi berita yang menyebar di seluruh dunia. Sekolah dan berbagai tempat lainnya ditutup selama 3 bulan lamanya.

Setelah 3 bulan tidak menginjakan kaki di sekolah mengerikan ini, Ven dengan tenangnya memasuki gerbang. Sialnya ia lupa membawa motor yang biasa ia pakai.

Beberapa murid --Perempuan--- melihat ke arahnya dengan tatapan genit, tetapi bagi Ven itu adalah tatapan ganas. Ven melihat TB besar di tengah lapangan. Sepertinya pembagian kelas 11 sudah ada. Tidak perlu bersempit-sempitan atau menyelinap demi melihat nama disana.

Ketika ia mengatakan 'permisi' oleh salah satu dari kerumunan itu. Hanya dengan beberapa menit, mereka --Kerumunan-- mempersilahkan Ven untuk melihat nama kelas.

Melihat tingkah mereka yang berbeda membuat Ven terheran-heran. Seingatnya walau pun ia kasar, dicap nakal tapi pintar, dan sok mengatur tidak pernah dari mereka menganggap serius soal dirinya.

Ven jujur saja tidak suka dengan sikap seperti ini. Ia memberikan tatapan benci dan beberapa murid terdiam dan mencoba bersikap biasa saja.

Ketika Ven membaca papan nama kelas. Ia cukup terkejut karena ia berada satu kelas dengan semua Avrora. Mungkin sudah di atur oleh Kerajaan. Semenjak keberadaan Avrora muncul, keamanan di Academy diperketat.

Ven mulai gerah dengan beberapa pengawal yang menyamar menjadi Helper dimana-mana. Avrora seharusnya menjadi sosok yang hebat tetapi sekarang terlihat menyedihkan.

Bersyukur karena masalah Avrora dirahasiakan di tempat umum. Entah mau di taruh mana wajah saat ini.

Bahunya dirangkul oleh beberapa orang. Tidak perlu menoleh karena Ven tahu siapa dan berapa orang yang menyapanya dengan gaya brandal.Ven tidak ingin menyebut mereka teman. Seribu do'a yang Ven ucapkan adalah agar dapat keluar dari geng menyebalkan itu.

Geng entah apa namanya yang pasti Ven cukup gerah. Ia melihat papan nama tersebut dan tidak menemukan nama salah satu dari anggota gengnya. Menghela nafas pelan-pelan agar tidak terdengar bahwa Ven merasa lega.

Ven melihat Noah di sisi papan nama yang berbeda. Sepertinya ia sedang mencari namanya. Jika anggotanya melihat ia berteman dengan Inna, Rey, Ben, dan Alex. Ia takut akan menjadi masalah. Tetapi Noah adalah pengecualian. Semenjak perkelahian Noah dengan Sand beberapa bulan yang lalu memberikan Noah sebagai kandidat anggota baru gengnya. Tetapi tidak ada dari mereka berani berbicara dengannya.

Bahkan ketua tersebut memaksa Ven untuk mencoba mengajak Noah menjadi anggota geng. Tentu saja Ven tidak akan melakukan itu.

Ven berjalan menemui Noah dan dugaannya benar jika anggota gengnya tidak melarang Ven. Noah menyadari kedatangan Ven dan melihat Ven dengan tajam.

"Apa maumu?" Tanya Noah.

"Kau satu kelas denganku," jawab Ven.

"Hanya kau?"

"Semuanya ada disana. Kau bisa tebak siapa yang melakukannya." Kata Ven sambil memasukan tangannya di kantong celana. Noah melihat anggota gang berbisik di belakang Ven dan sepertinya Ven tahu itu.

"Aku butuh bantuan," bisik Ven pelan. Noah mengangguk paham. Kemudian Noah dan Ven pergi menuju kelas mereka.

.o.O.W.O.o.

Entah keberuntungan atau tidak. Daiya berdiri di depan kelas dengan tulisan di papan tulis hologram 'Wali Kelas'.

Tak perlu melihat atau pun melirik anggota Avrora lainnya. Dapat Ven pastikan wajah mereka kusut dengan awan hitam di kepala mereka.

Daiya tersenyum kepada murid-murid kelas 11. Jumlah murid di kelasnya tidak terlalu banyak. Mungkin 24 orang. Setidaknya Ven tahu bahwa ia bakal cocok berada di kelas ini. Murid perempuannya juga tidak banyak dan Ven cukup tahu bahwa murid-murid perempuan itu bukan tipe 'Berisik'.

"Miss ingin memberitahu kalian sesuatu. Karena sudah beberapa bulan ini kelas absen karena ada masalah sesuatu, maka Kepala Sekolah mengatakan untuk memberikan jam ekstra khusus kelas 11 dan 12. Jadi kita akan pulang hingga jam 9 malam."

Suara yang berisikan 24 orang ini bergema akibat mendengar pengumuman itu. Ven bahkan harus membelakan matanya. Ven dapat mendengar Ben berteriak kesal sambil mengacak rambutnya.

"Anak-anak," Daiya mencoba menenangkan kelas yang mulai ribut.

Ven dapat mendengar keluhan yang panjang. Memang tidak masuk akal jika Kelas Pagi akan berlangsung sampai jam 9 malam. Ven baru menyadari sesuatu.

"Miss, bagaimana dengan Kelas Malam?" Tanya Ven sambil mengangkat tangan. Mendengar kalimat Ven membuat murid-murid ikut bertanya dengan inti yang sama.

"Kelas Malam untuk sementara dihentikan. Kalian bisa belajar di hari libur. Selain itu juga, jam ekstra ini tidak akan berlangsung selamanya. Nanti saja kita bahas, sekarang kita harus memilih Ketua kelas, Seketaris, dan Bendahara." Lagi-lagi suara kesal murid-murid menggema.

Ven melihat keluar jendela dan beberapa pesawat yang berbeda-beda muncul muncul dari langit. Yang Ven tahu pesawat itu bukanlah milik Kerajaan Timur.

.o.O.W.O.o.

Saat Ven bilang membutuhkan bantuan kepada Noah adalah agar ia dapat menjauhi gengnya. Bukan dengan makan siang bersama para Avrora di atas atap.

"Kenapa? Kau tidak suka dengan ideku?" Tanya Noah yang sadar dengan raut muka kecewa Ven.

"Jika aku menghilang dari geng itu. Bisa-bisa aku dilarang pulang." Jawab Ven sambil memakan roti isinya.

"Kalau kau tidak suka di sana, kenapa tidak keluar saja?" Tanya Inna.

"Mudah bagimu." Jawab Ven dengan nada dingin. Kemudian Noah segera menjelaskan maksud Ven.

"Inna bergaul dengan geng itu bukanlah main-main. Jika kau keluar dari geng, bisa-bisa kau dihajar sampai habis." Jelas Noah.

"Lagian kenapa sih kau mau bergaul dengan mereka? Untuk tenar? Wajahmu saja sudah selebriti." Kata Ben sambil meminum susunya.

"Aku sendiri juga lupa." Jawab Ven sambil menghela nafas. Kemudian suara bel terdengar di hampir semua Academy. Tanda ada pengumuman. Dan sepertinya pengumuman itu meminta agar kelas 10 dan 11 mendatangi aula.

Avrora segera menyelesaikan makan siang mereka. Kemudian suara petir terdengar di langit. Dan hujan mulai membasahi dunia.

"Sudah lama sekali tidak melihat hujan." Kata Inna.

Ven hanya menatap langit yang mendung itu dengan tatapan sinis. Ven mengulurkan tangannya untuk merasakan tetesan air hujan.

Rasanya dingin dan mengerikan. Ven sepertinya sudah lupa dengan Musim Hujan ini.

.o.O.W.O.o.

Tidak perlu menunggu hingga berjam-jam. Raja Kris duduk di salah satu kursi yang telah disiapkan empat. Dan semua kursi itu telah di tempati.

"Jadi kita berada di sini untuk membicarakan pertandingan internasional atau Perang Kematian 4?" Tanya Kaisar Callis dari Kekaisaran Barat.

"Aku ingin kita terfokus kepada Perang Kematian," jawab Ratu Terra dari Benua Utara.

"Aku rasa biarkan Raja Kris untuk menjawab pertanyaan Kaisar Callis. Dialah Tuan Rumah tahun ini." Kata Presiden Tarlock. Raja Kris menghela nafas dan akhirnya angkat bicara.

"Maafkan aku Ratu Terra. Tetapi pertemuan kita saat ini untuk membahas Pertandingan Internasional." Jawab Raja Kris.

Tanpa menjelaskan lebih banyak lagi. Raja Kris tahu bahwa ketiga penguasa di dalam ruangan ini sadar dan mengerti dengan kata 'Saat ini'.


Avrora : Other GamesWhere stories live. Discover now