31. Diasingkan

5.8K 399 91
                                    

+628xxxxxxxxx
Ellzio, kamu memblokir nomor papa kamu?

Jangan kemana-mana, nanti malam papa kamu ke sana.

Cih.

Ellzio berdecih membaca pesan dari nomer baru yang dikirim hampir satu jam yang lalu. Dia bisa langsung menebak siapa si pengirim itu. Ellzio memang memblokir kontak Papa sesaat setelah melihat story WhatsApp Papa yang memamerkan fotonya dengan Bu Senna yang tengah menikmati makan malam berdua disebuah restoran mewah. Meski dia bisa menebak istri muda Papa itu yang melakukannya. Karena Papa jarang sekali—nyaris tidak tidak pernah membuat postingan apapun di sosial medianya.

Ellzio meletakkan kembali ponselnya yang sedang diisi daya dengan sedikit kasar. Cowok bertelanjang dada itu kemudian melanjutkan menggosok rambut basahnya dengan handuk sembari berkaca dan mengumpat melihat wajahnya yang lagi-lagi memiliki luka memar.

Selanjutnya, melakukan kebalikan dari apa yang diperintahkan adalah hal yang Ellzio lakukan.

Setelah memakai jaket, cowok itu beralih meraih kunci mobil dan berakhir memesan Tequila di club malam.

Kemudian, pulang dengan sisa-sisa kesadaran. Sesaat, Ellzio tertegun saat mendapati Papa yang duduk bersandar di sofa dengan mata terpejam. Dia menatap pria yang tertidur itu lama. Lalu, terbit senyum kecil dibibir nya. Sebelum akhirnya, dengan sempoyongan Ellzio menyeret kakinya untuk ke kamar.

“Baru pulang?”

Pertanyaan dari Papa yang tiba-tiba membuat langkah Ellzio terjeda. Hanya sesaat, selanjutnya Ellzio melanjutkan tanpa memberi sahutan.

“Duduk, Papa mau bicara sama kamu!”

Tidak mengindahkan, Ellzio tetap menyelonong ke kamar.

“Siang buat masalah di sekolah, malam pulang mabuk-mabukan. Mau sampai kapan kamu hidup berantakan, El?” Papa membuntuti Ellzio.

Cowok itu membanting diri ke atas kasur yang membuat tubuhnya terpantul ringan. Dengan posisi tengkurap dan suara serak dia kemudian bergumam, “Aku lagi menikmati masa muda.”

“Nikmati masa muda, tanpa menghancurkan masa depan!” Papa menyahut cepat sembari berkacak pinggang. “Kamu sadar, menikmati masa muda yang kamu bilang barusan, tanpa sadar menghancurkan masa depan kamu sendiri. Merusak diri di usia sedini ini, mau jadi apa kamu nanti?!”

Hening beberapa detik.

“Papa yang buat aku jadi begini.” jawab Ellzio kemudian dengan lirih.

Pria dewasa yang Ellzio sebut Papa itu meraup wajahnya kasar lalu meloloskan satu tarikan napas panjang. “Iya, kamu marah. Benci sama Papa. Lampiaskan kemarahan kamu sepenuhnya sekarang sama papa, El. Pukul Papa kalau kamu mau. Tapi tolong, setelahnya berhenti, jangan merusak diri kamu sendiri lagi.”

Cih. Papa sudah seputus asa ini? Ellzio berdecih dalam hati.

Keputusannya merusak diri sendiri sebagai bentuk pelampiasan dan balas dendam agar Papa ikut hancur ternyata tidak salah.

“Papa ngajarin aku buat nggak sembarang mukul kalau bukan dia yang mulai.”

Tapi tidak berlaku untuk tadi. Untuk pertama kali, dia menyerang duluan. Namun, Ellzio tidak sedikitpun menyesal. Mulut bajingan Erzhan memang wajib mendapat pelajaran.

“Kamu bisa memasukkan Papa ke dalam daftar pengecualian.”

“Bangun, El!” ucap Papa lagi saat Ellzio hanya melakukan gerakan yang tidak berarti.

Alih-alih bangun dan menghadap Papa, cowok itu justru semakin menyembunyikan wajahnya di atas kasur. Persis seperti Ellzio kecil usia lima tahun saat sedang merajuk dulu.

PERFECTWhere stories live. Discover now