Ven mempersilahkan tim medis yang lain untuk memeriksanya kembali dan ia dapat mendengar perbincangan yang tidak menyenangkan.

Apapun yang mereka katakan, pastilah berhubungan dengan Avrora. Ven mengerang kesakitan ketika jarum suntik menyentuh kulitnya. Ketika tim medis telah selesai dengan tugas mereka. Railer menemuinya.

"Bagaimana kondisimu?" Tanya Railer.

"Lumayan, kau sendiri?" Tanya Ven sambil merasakan tangannya yang sedikit tidak dapat ia rasakan.

"Lumayan," jawabnya. Mereka berdua terdiam dan tidak ada satu pun dari mereka ingin memulai percakapan. Bukannya malu atau mereka memang pendiam, tetapi kedua saling menjaga jarak.

Walau pun Ven tahu jika Railer duluan yang mengajaknya berbicara bukan berarti Railer mulai ramah kepadanya.

"Kau sudah tahu siapa Jubah Merah itu dari dulu bukan?" Tanya Ven yang akhirnya berbicara. Ven bisa melihat senyuman kemenangan dari bibir Railer.

"Begitulah," jawabnya singkat. Padahal Ven menginginkan jawaban yang pasti dan sepertinya Railer tahu akan ini.

Karena masih belum ada lanjutan dari Railer. Ven berdiri untuk segera menjauhi Railer sebelum ia marah. Tapi ia berhenti sebentar ketika mendengar kalimat cukup singkat milik Railer.

"Hanya itu yang aku ketahui tentang Primrose. Kalau kau mau, tanyakan saja pada Villian. Dia kakaknya," kata Railer mencoba menjawab sebisanya ketika melihat Ven mulai marah.

"Kakak tiri lebih tepatnya." Setelah Ven mengucapkan itu, ia segera pergi dari sana.

.o.O.W.O.o.

Raja Kris dan Raja Loner duduk bersebrangan sambil menunggu para pelayan menyiapkan teh. Walau pun mereka dalam situasi yang tidak baik saat ini, mereka tetap harus menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan. Ruangan yang dingin dengan beberapa alat keamanan yang tinggi menjadikan tempat tersebut sebagai tempat yang baik untuk berdiskusi.

"Jadi Raja Kris," panggil Raja Loner setelah ia meminum teh hitamnya. Raja Kris memandang Raja Loner dengan tatapan biasa. Tanpa ada perasaan khawatir maupun tenang.

"Samantha... bagaimana dengan kabarnya? Aku sudah mendengar berita tersebut 20 tahun lamanya, aku harap kau menyadari perbuatanmu ini," kata Raja Loner dengan nada dinginnya.

Raja Kris segera memanggil pelayan untuk mengambil TB ke dalam ruangan. Kemudian pelayan itu menghidupkan rekaman pengintai di rumah sakit tersebut.

Wanita yang Raja Loner kenal itu mengendong bayi sambil sesekali melihat pemandangan dari jendela kecil di sana.

"Pengasingan apa ini? Apa ini caramu menjaga putriku?" Tanya Raja Loner dengan nada marah yang ia tahan.

"Pengasingan di pulau tidak akan mempan. Satu-satunya cara adalah dengan mengasingkannya di rumah sakit yang jauh dari publik. Walau begitu, dokter dan suster disana harus percaya bahwa-"

"Putriku gila? Apa kau sadar dengan tindakanmu ini? Apa kau ingin ada perang di antara kita?!" Tanya Raja Loner marah.

"Aku yakin Samantha tidak menginginkan hal itu," jawab Raja Kris enteng. Raja Loner berusaha menenangkan dirinya dan melihat layar itu kembali.

Tidak seharusnya Raja Kris menanyakan hal ini, tetapi ia harus. Dengan kekuatan keberaniannya ia coba untuk memulai perbincangan dengan Raja Loner. Tetapi ia berhenti ketika Raja Loner mengatakan sesuatu.

"Perang yang akan terjadi nanti," Raja Loner melihat Raja Kris dengan tatapan serius.

"Walau pun kedua Kerajaan kita telah bersatu, tetapi aku masih sebagai Raja Kerajaan Langit," Raja Kris sudah mulai merasa ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Raja Loner menghela nafas dan memandang Raja Kris.

"Aku sebagai Raja Kerajaan Langit, tidak akan menerima kerja sama selama Perang Kematian berlangsung."

.o.O.W.O.o.

Raja Kris masih diam pada posisinya walau pun Raja Loner telah pergi dari 3 jam yang lalu. Tanpa adanya kerja sama, akan sangat tidak mungkin bagi Kerajaan Timur untuk mengalahkan Putri Fotia mengingat apa yang telah terjadi 100 tahun yang lalu.

Ketukan pintu terbuka dan seorang laki-laki berdiri menunggu agar Raja Kris mempersilahkannya untuk masuk. Villian terlihat marah kepadanya. Raja Kris mengangguk. Villian masuk dan duduk di kursi yang sempat Raja Loner duduki.

"Ada apa kali ini?" Tanya Raja Kris yang terlihat stress.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Villian.

"Bukankah kau berada di tempat kejadian? Seharusnya aku yang bertanya bagaimana bisa Putri Fotia bangkit-"

"Aku bertanya tentang Kerajaan Langit," potong Villian.

"Mitos," jawab Raja Kris singkat.

"Jubah Biru dari Guardian adalah kesatria dari Kerajaan Langit. Di tambah Raja Lonerland yang barusan datang. Apa mereka juga mitos," kata Villian dengan nada kesal.

Raja Kris meminta pelayan untuk pergi dari ruangan dan membiarkan mereka berdua berbicara.

"Apa yang ingin kau ketahui? Aku hanya menerima satu pertanyaan," kata Raja Kris.

Villian terlihat seperti mencoba berpikir sesuatu dan setelah ia menghela nafas beratnya, ia pun mulai berbicara.

"Siapa ibuku? Aku tahu namanya, aku tahu konflik apa yang terjadi, tetapi aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi." Kata Villian dengan nada sedikit bingung.

"Baiklah. Konflik yang di siarkan di publik memang benar apa adanya. Pernikahanku dengan Samantha di lihat tidak baik bagi rakyat. Kau tahu jika Samantha seharusnya menikah dengan Kakakku, Pangeran Nickolas. Dan itu adalah pernikahan tanpa cinta,"

Villian mulai merasakan ada hal yang aneh dengan kalimat Raja Kris. Apa mungkin yang ia pikirkan selama ini adalah kenyataan?

"Aku bertemu dengan Ibumu pertama kalinya ketika ia dan Raja Loner datang ke Kerajaan Timur. Kau harus tahu, Kerajaan Langit adalah Kerajaan yang sebenarnya ada. Kerajaan Timur bertugas untuk menjaga keberadaan mereka. Bagaimana dengan reaksi Kakakku tentang pernikahan ini? Tentu saja ia menolak. Ketika rumor tentang pernikahan Kakakku dengan wanita pengendali petir. Ibumu terlihat kecewa dan aku menemuinya,"

Raja Kris memberikan Villian sesuatu. Seperti gelang tetapi terlihat kecil. Villian menyentuh gelang itu dan melihat ada ukiran pada dalam gelang itu. Nama ibunya terukir disana.

"Aku dan ibumu saling menyukai setelah terjadinya peristiwa itu, kemudian sepupumu lahir dan aku ditugaskan oleh ayahku untuk segera menangkap keluarganya. Setelah menghilangnya kakakku dengan istrinya, banyak yang desas-desus mengatakan bahwa aku sengaja untuk membunuh mereka berdua demi tahta. Walau pun pernikahan kami tetap di selenggarakan, banyak sekali kritikan pedas. Akhirnya aku dan beberapa dewan memutuskan untuk mengasingkannya, dan kritikan semakin banyak. Satu-satunya cara adalah..."

"Dengan mengatakan bahwa bahwa ibu dinyatakan gangguan jiwa." Lanjut Villian. Raja Kris mengangguk membenarkan apa yang dikatakan Villian.

"Sebelum diasingkan, ibumu ternyata hamil dan kau lahir sebelum ibumu dipindahkan. Aku tahu apa yang akan terjadi jadi nanti. Karena itu, aku memutuskan untuk memberikanmu kepada Glenda dan membuat rumor bahwa kau menghilang." Jelas Raja Kris sekali lagi.

"Adikku?"

"Permintaan dari dewan agar posisi Kerajaan ada. Dan keputusan ini telah di terima masyarakat. Seharusnya kau yang memiliki tahta kerajaan. Maafkan aku," kata Raja Kris sambil memohon permintaan maaf kepada anaknya.

Villian bertanya kepada Raja Kris apakah ia bisa menanyakan satu kali lagi dan Raja Kris menjawab dengan anggukan.

"Nama belakangmu berbeda dengan Pangeran Nickolas," harus Villian akui, kalimatnya barusan bukanlah pertanyaan tetapi Raja Kris dapat menjawabnya.

"Aku dan kakakku berasal dari ayah yang sama dan ibu yang berbeda. Ibunya meninggal, tetapi setelah kakakku pergi dari Kerajaan ia menggunakan nama belakang ibunya," jawabnya santai.

Villian segera memberi hormat dan pergi dari sana sebelum ia semakin marah. Entah kenapa ia merasakan panas pada dadanya.

Ketika Villian pergi Raja Kris ikut keluar dari ruangan. Kemudian Ven keluar dari tempat persembunyiannya dan segera berpindah tempat ke Avrora berada.

Avrora : Other GamesWhere stories live. Discover now