19. Keluarga

3 0 0
                                    

Malam itu, lampu kamar Kayla masih menyala. Ia menangis  dan memeluk kedua lututnya. Ia ingin sekali ada waktu dengan keluarganya termasuk kakaknya. Kakaknya tinggal di kos yang sedikit jauh dari rumahnya. Tetapi mereka masih ada di kota yang sama.

Kayla membuka handphone nya dan menelpon seseorang. Seseorang itu adalah kakak laki-laki nya. Namanya Cakrawala kasyafani.

"Halo kak?" Ucapnya berusaha tak terdengar seperti habis menangis.

"Hmm apa cepet?! Gue sibuk." Ucap Cakra di sebrang sana.

"Bisa ketemu gak?" Tanya Kayla.

"Gue bilang sibuk! Lo gak denger?! Tuli lo?! Hah!" Cakra mengeraskan suaranya.

"Oke." Kayla menutup telponnya.

Kayla menelpon mama nya. Mamanya masih berada di kantor bersama suaminya.

"Halo ma?" Kayla sedikit takut dengan mamanya.

"Apasih! Mama sibuk!" Ucapnya sedikit keras.

"Aku mau cerita sama mama." Kayla ingin sekali cerita tentangnya kepada mama dan papa nya. Namun mereka selalu sibuk dengan kerjaannya.

"Mama gak ada waktu! Mama lagi kerja! Malem-malem gini mending kamu tidur aja." Kayla menahan tangisnya. Ia ingin seluruh keluarganya ada waktu untuknya.

Felicia menutup telponnya bersama anaknya. Ia tak pernah mengetahui perasaan anaknya. Yang hanya di pikirannya hanyalah pekerjaannya.

"Kapan kalian ada waktu hiks." Gumam Kayla.

●●●

Nara bejalan-jalan di kamarnya. Wajahnya terlihat khawatir. Di pikirannya saat ini adalah anaknya, Inara.

"Anak itu tuh sebenernya kenapa sih! Sering banget pingsan. Tapi ngapain aku harus mikirin anak itu. Gak penting." Nara berjalan mengambil foto anak pertamanya yang sudah meninggal, lalu ia duduk di kasurnya. Nara memeluk foto itu.

"cepet banget kamu perginya. Bunda gak nyangka bakal kamu duluan yang bakal pergi. Gak ada yang bisa di banggain lagi di rumah ini. Mama rindu kamu." Nara memeluk foto itu. Ia tak pernah menyangka bahwa anaknya yang akan pergi terlebih dahulu.

Dari dulu Nara tak pernah menerima Inara sebagai anaknya. Nara hanya menyayangi anak pertamanya, Baruna. Ia terus membandingkan Baruna dengan Inara tanpa mengetahui perasaan anak keduanya, Inara. 

●●●

Seorang pria tengah sibuk dengan laptopnya di ruang kerja nya. Tatapannya terlihat begitu fokus. Dia adalah Baskara Wicaksono. Pemilik perusahaan terbesar. Ia mendengar handphone nya bergetar.

"Bos, saya sudah mendapatkan lokasinya." Ucap anak buahnya di sebrang sana.

"Beri tahu saya lokasinya." Baskara tersenyum kecil. Akhirnya ia menemukan lokasi seseorang yang ia cari selama ini.

"Rumah sakit Bhayangkara." Raut wajah Baskara berubah saat mendengarnya.

"Untuk apa dia di sana?" Tanya nya.

"Sedang di rawat di rumah sakit, bos. Menurut informasi, anak bos mengalami Kanker darah stadium 4. Kemungkinan hidupnya tak akan lama."  Baskara menutup telponnya. Ia terlihat sangat marah.

"Kamu gagal menjaga anak kita, Nara." Yang Baskara cari selama ini adalah Inara. Inara adalah anak hasil pemerkosaan. Dan Baskara mencarinya untuk bertanggung jawab sebagai ayah.

"Jangan pernah kamu dekati saya lagi!" Ia teringat dengan ucapan Nara setelah kejadian pemerkosaan itu. Ia tak menyangka Nara akan mengasuh anaknya secara tidak benar. Ia tidak menyangka anaknya akan menderita.

Bersambung

●●●

Hai lagi. Gimana sama bab ini. Di luar ekspektasi gak? Haha.

Suka gak sama cerita ini.

Makanya, vote dan komen.

Diary for AloneTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon