Real Monsters

2.2K 315 14
                                    

Perut Gray tidak kuat menyaksikan apa yang terjadi di koridor itu. Sesekali ia memuntahkan makan siangnya ke tempat sampah terdekat, sepotong buritto yang sudah setengah dicerna.

Ia tidak pernah menyangka kalau 'monster' ciptaan Marco adalah penyebab dari kekacauan ini.

Kantor bawah yang bersebrangan dengan sel tempat Marco menyimpan eksperimennya hancur berantakan, semua orang tewas mengenaskan.

Tubuh mereka terburai kemana-mana, dengan organ tubuh yang bertebaran layaknya sampah. Bau khas darah memenuhi ruangan itu, seakan-akan mendorong siapapun yang hendak masuk ke sana untuk mengambil seribu langkah ke belakang.

"Bagaimana?"

Marco nampaknya tidak terpengaruh dengan semua darah yang ada, malah dia memainkan sebuah bola mata dengan iris berwarna biru di tangannya layaknya sebuah bola bekel.

Gray tidak mampu berkata-kata, ia terlalu ketakutan dengan 'monster' itu. Ya, ia berdiri di samping Marco seperti anjing peliharaannya.

Marco sepertinya memegang kendali penuh atas ciptaannya itu, yang kelihatan sangat mengerikan pada awalnya. Namun, setelah beberapa menit, Gray dapat bernafas lega kembali.

"Oh ayolah, Gray," Marco menepuk pundak monster itu. "Raymond tidak akan membunuhmu, kok!"

Ya, mahkluk itu tidak lain dan tidak bukan adalah Raymond. Berbulan-bulan penyiksaan mental dan fisik yang dilakukan oleh Marco mendorongnya melampaui batas kewarasan. Yang membedakan Raymond dari mesin saat ini hanyalah jantungnya, ia masih bisa mati.

Menculik anak kecil dan meminta tebusan ratusan juta dollar? Sudah biasa.

Merampok bank dan membunuh semua sandera di dalamnya? Makanan sehari-hari.

Tapi menyiksa kerabatmu sendiri dan menjadikannya mesin pembunuh? Kau sudah kelewat sinting.

Marco tertawa geli melihat tampang ketakutan yang terlukis di wajah pria berjas itu, ekspresinya begitu nyata dan memuaskan.

Gray merendahkan suaranya, berusaha terdengar lebih dominan. "Kau mau apa dengan dia, Marco?"

Marco memasang senyuman khasnya, "untuk menyelamatkan dunia ini ... apa lagi memangnya?"

Gray dengan gelisah menelan ludahnya.

Seseorang waras yang berambisi menaklukan dunia sudah cukup menyeramkan, ganti orang itu dengan seorang psikopat sinting ... maka kau dapat resep untuk hari kiamat.

"Raymond, tunjukkan pada Tuan Gray apa maksudku ...."

Makhluk itu berjalan pelan kearah Gray, nafasnya dihembuskan dengan berat melalui hidungnya yang sudah dipotong, menyisakan dua buah lubang vertikal di tengah wajahnya.

Gray dapat merasakan seluruh rambut di kulitnya meremang, mata tak berkelopak Raymond yang menatapnya tajam saja cukup untuk menghantui tidurnya selama puluhan tahun ke depan.

"Mau apa kau? Kita punya kontrak, kan?!"

Marco terkekeh, "siapa yang perlu kontrak saat kau punya mesin pembunuh di sisimu?"

Tangan Raymond melesat masuk ke rongga dada Gray, beberapa sentimeter dari jantungnya. Perlahan demi perlahan, jari jemari tajam merangkak menuju jantung yang segar itu.

"K-kau ti-tidak b-b-bisa melakukan i-ini," darah Gray mengalir dari mulutnya. "M-mereka a-akan me-menangkapmu ...."

Marco menatap Gray dengan dagu terangkat tinggi. "Lalu?"

Raymond menarik tangannya keluar, dengan jantung Gray yang masih berdetak berada di genggamannya.

"Aku tinggal membunuh mereka, bukan?"

Inside [ON REVISION/REWRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang