"Kembali kau bocah!"
Nafasku terengah-engah, sudah setengah jam aku berlarian di gelapnya malam, bersembunyi di hutan, namun dia masih saja menemukanku.
"Kemari kau, Gillard!" Suara itu menjerit. "Kemari sebelum kupatahkan kakimu!"
Suara itu terdengar dekat, kurang lebih dua puluh meter di belakangku. Langkah kaki beratnya mengguncangkan lantai hutan yang ditutupi daun kecokelatan yang telah gugur. Suara gergaji mesin meraung-raung ditengah kesunyian malam.
Dia kesini bukan untuk menebang pohon... Tidak... Dia kesini untuk membunuhku.
"MARCO!!"
Aku bersembunyi di dalam sebuah mansion terbengkalai, cukup besar untuk menjadi tempat persembunyian. Tubuh kecilku dengan mudah menyelip masuk melewati palang yang dibuat di pintu masuk mansion itu.
"Marco... Dimana kau?" Aku mengintip keluar dari balkoni mansion, melihat 'pembunuh' yang mengejarku.
Dia berpakaian seperti penebang kayu biasanya, janggut dan rambutnya dicukur rapi dengan warna kacang hazelnut. Namun, yang membuatku lari bukanlah janggut hazelnutnya.
Aku melihatnya membunuh seorang wanita disini, di dalam hutan ini.
Dan kini, dia mencoba membunuhku.
Seorang bocah enam belas tahun yang baru saja lulus kuliah.
Tadinya aku bekerja untuk pria bernama Jackson itu, sebagai seorang konsultan kerjanya. Namun apa daya? Siapa sangka bos-ku adalah seorang pembunuh?
"Marco...."
Suara gergaji mesin meraung sekali lagi, aku dapat mendengar gergaji itu menggerus papan yang memalangi pintu masuk mansion.
Dia di dalam.
Apa yang harus kulakukan sekarang?
Dia akan membunuhku, dia akan membunuhku, dia akan membunuhku, dia akan membunuhku, dia akan membunuhku.
Tubuhku berkeringat dan tanganku tak bisa berhenti bergetar. Aku tidak bisa lari kemana-mana lagi sekarang.
Semakin langkah kali Jackson mendekat, tungkaiku semakin lemas. Aku jatuh terlutut, dikalahkan oleh rasa takut.
Rasa takut akan kematian yang menyakitkan.
Aku hampir bisa membayangkan mata gergaji itu menggerus leherku, memisah belah tubuhku, dan potongan tubuhku dijadikan makan siang anjingnya.
Suara langkah kaki dan raungan gergaji mesin semakin dekat, aku bisa melihat bayangan pria itu sedang menaikki tangga.
Aku tidak mau mati...
Masih banyak yang belum kulakukan.
"Disana kau rupanya, Marco." Jackson tersenyum dari ujung ke ujung, dipelankannya langkah kakinya. Seakan-akan memberiku kesempatan untuk melarikan diri dari kematian yang pasti.
Aku mencoba melarikan diri, melompat dari balkoni sepertinya adalah jalan satu satunya.
Aku baru menyadari betapa bodohnya tindakanku saat kakiku menyentuh tanah.
Suara 'KRAK' terdengar jelas berasal dari kedua kakiku. Rasa ngilu dan sakit bercampur jadi satu saat tulang kakiku menembus kulitku.
Putih. Merah. Tulangku mencuat keluar dari kedua kakiku, darah mengalir dari lubang yang menganga itu.
Aku kehilangan semua kemampuanku untuk berpikir, berkata-kata, bahkan berteriak untuk beberapa menit. Waktu yang cukup bagi Jackson untuk berada di depanku saat inderaku kembali berfungsi.
YOU ARE READING
Inside [ON REVISION/REWRITE]
Mystery / ThrillerSemua orang yang bernafas di muka bumi ini mengenakan topeng dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Topeng yang digunakannya untuk menutupi kegelapan yang bersarang di dalam hatinya. Sampai kapan kau bisa menyembunyikan 'dirimu' dari dunia? Seber...
![Inside [ON REVISION/REWRITE]](https://img.wattpad.com/cover/37064320-64-k786579.jpg)