Chapter 2

3.2K 335 258
                                    

STREET RACING



—🐊🦋—

     Tin! Tin! Tin!

     Lelaki dengan slayer yang menutupi sebagian wajahnya itu membuka kaca mobil saat suara klakson berbunyi menyuruh untuk memelankan laju mobilnya.

     Sebelum itu ia mengambil satu batang rokok dan menaruhnya di belahan bibir. Kemudian menyalakan lighter dan menyesapnya, asap mengepul dari bibir merahnya membuat ia memejamkan mata menikmati sensasi manis rokok itu.

     Ia mengigit ujung rokok dan sebelah tangannya mengendalikan stir mobil, kemudian menatap cowok yang mengendarai mobil di sebelahnya yang tengah menyembulkan kepalanya dari kaca.

     "Berani taruhan?"

     "Ya?"

     "Yang sampe duluan di sana dia pemenang dan yang kalah harus nurutin semua keinginan yang menang, begitupun sebaliknya, deal?"

     Lelaki itu Memainkan lidahnya dalam mulut, menyimpan senyum menawannya, sebelum akhirnya mengangguk.

     Bibirnya menghisap rokok yang tersisa setengah, lalu membuang sembarangan. membenarkan duduknya dan memasang kecepatan paling tinggi.

     Ckittttttttt! Ban roda milik cowok itu melesat memasuki pekarangan club tempat yang mereka tuju saat ini, mereka langsung turun dari mobil masing-masing.

     "Lose again, huh?"

     "Berisik!" Altar berdecih saat Galen meliriknya dengan tatapan remeh, yang mana tatapan itu sangat tidak di sukai Altar.

     "Come on Dude, kita gabisa semudah itu ngalahin pembalap handal kayak Jendra ini," puji Asher.

    Lelaki yang di panggil Jendra itu hanya diam, tubuhnya ia sandarkan pada kap mobil. "Udah di booking?"

     Askar mengangguk. "Ya, Everything's done."

     "Eh, tadi gue liat story ig-nya Naziva, kayaknya mereka disini juga."

      "Terus? mau ngapain Lo?"

     Asher menaikan turunkan alisnya. "Ajak gabung lah, lumayan cuci mata, oh ya sekalian kita kenalin sama si bos."

     "Jangan mau, Ndra. Udah di cicip semua sama buaya satu ini," ucap Vander.

     "Dih apaan Lo, bohong jangan percaya bos."

     "Maruk!"

     Setelah mengatakan itu Jendra melengos pergi, di ikuti ketiganya meninggalkan Asher yang masih melongo mendengar ucapan Jendra barusan.

     "Fuck, kenapa gue di tinggal."

————

————

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

     Altar menggeser satu gelas yang sudah terisi whisky ke hadapan Jendra membuat ia langsung menegaknya membuat jakun itu naik turun, ada satu tetes air yang membasahi jakun itu membuat kesan sexy

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

     Altar menggeser satu gelas yang sudah terisi whisky ke hadapan Jendra membuat ia langsung menegaknya membuat jakun itu naik turun, ada satu tetes air yang membasahi jakun itu membuat kesan sexy.

     "They say drink alcohol can improve your mood," ucap Altar.
 
     "Thank."

     "Oh ya, kemarin si Erlan nantangin balap," ujar Vander seraya membuka kaleng sodanya.

     "Hadiahnya?"

     "Cewek."

     Jendra mengangguk singkat, ia kembali menuangkan whisky ke gelasnya sebelum menjawab. "Cewek mahal?"

     "Murah."

     "Bloon, cewek murahan bukan tipenya Jendra, mikir-mikir dululah dia, mana mau," sahut Asher.

     "Tipe Lo?" tanya Galen.

     "Perawan."

     Sontak Askar terbatuk mendengarnya, ia melirik Jendra. "Anj— ga salah sih."

     "Cewek it—" Byurrrrrr!

     "ZANESSA!!!"

     Mata tajam yang tadinya terpejam sontak terbuka saat air Vodka menguyur wajahnya, netra tajamnya menangkap gadis berjaket kulit hitam yang berdiri tak jauh darinya.

     'Nessa, Lo cari mati?' batin Askar.

     Atmosfer ruangan ini begitu sesak, mendadak terasa mencekam dengan emosi Jendra yang menguar, tanpa sadar Zanessa menahan nafas begitu Jendra berdiri dari duduknya melangkah ke arahnya.

    "Ndra—" Galen, cowok dengan tudung Hoodie yang menutupi kepalanya itu terdiam saat Jendra mengangkat tangan seolah menyuruhnya untuk tetap di tempat.

     Orang bodoh mana yang tidak bisa melihat guratan emosi di wajah Jendra, rahangnya mengeras dengan urat leher yang terlihat menonjol, netra coklat terangnya menghunus tajam seakan bisa membunuh sekarang juga.

     Kakinya terus maju membawa gadis itu untuk terus mundur, jarak keduanya semakin menipis membuat Jendra mendorong tubuh Zanessa ke tembok, tangannya menahan belakang kepala gadis itu.

     Zanessa menelan ludahnya kasar, wangi parfum leather fragrance Jendra menguar begitu saja di indera penciumannya.
    
     "Please, maafin gue, ngga sengaja sumpah."

     "Maafin?"

     Zanessa mengangguk, bibir Jendra tersenyum miring. "It's not that easy."

     Suara bariton itu sedikit menggeram membuat seluruh tubuhnya meremang.

     "Terus gue harus gimana?"

     Zanessa membelaka begitu Jendra mendekatkan wajahnya. Jaraknya sangat dekat, sampai Zanessa bisa mencium aroma mint dari nafas cowok itu, tidak sampai di situ tangan Jendra juga bergerak menyampirkan rambutnya ke belakang telinga, lalu turun mengusap dagunya pelan.

     "Kiss me..."

    
—🐊🦋—

I Love u buat yang mau baca dan vote, thank you 💐🤍

See you, cmiww♡

RAJAWALI [REVISI]Onde histórias criam vida. Descubra agora