BAB 19

19 6 5
                                    

"Akh!!!" aku berteriak melihat kejadian menyeramkan yang terjadi tepat didepan mataku.

Belum sampai situ saja, pak Kyai mengambil tali melilit leher Nurin. Dengan kaki yang berada di kedua bahu Nurin, sedangkan tali kini di tarik.

Membuat kepalanya terpisah dari tubuh.

"Akh!!". Aku berteriak histeris rasa marah, kesal, benci, dan sedih kini beradu.

"Kau bajingan sialan! apa yang kau lakukan!!!!!" teriakku tapi tentu saja tidak bisa didengar.

Aku terduduk lemah mendapati darah yang kini sudah membasahi lantai, mata Nurin yang terbuka kini seolah sedang melotot menatapku penuh kesedihan mendalam.

Air mata kini keluar dari mata Nurin, sedangkan tanpa dosanya, pak Kyai berdiri lalu menyempatkan diri untuk meludahi wajah Nurin. Kemudian berlari pergi.

Tidak berselang lama seorang santriwati yang tampaknya membawa beberapa kotak kardus berjalan masuk kedalam gudang. Bersamaan itulah, dia melihat jasad Nurin yang sudah bersimbah darah, menjatuhkan kotak yang ia bawa.

"Akh!!!!" teriaknya keras segera berlari untuk memanggil yang lain.

Aku merangkak mendekati mayat Nurin melihat sebuah kalung yang tergeletak disebelahnya. Ku coba ambil kalung itu dan ternyata berhasil.

Kalung yang memiliki inisial N. dan A. yang tidak lain adalah Nurin dan Anggi.

Brak!

ustadzah Nurul kini datang, bahunya seketika naik turun cepat.

"Nurin!!!" ustadzah Nurul mendekat langsung menerjang tubuh Nurin yang telah terpisah dari kepalanya.

"Apa yang terjadi!!! siapa yang melakukan ini!!" tangisan pecah.

Beberapa santriwati mencoba menenangkan, disusul dengan Anggi yang sekarang berjalan masuk kedalam gudang penuh tatapan tidak percaya.

"Nurin..." Anggi terduduk lemah tepat di genangan darah sahabatnya, air mata kini menetes deras.

"Nurin... tidak mungkin, ini tidak mungkin" geleng Anggi perlahan, dia mencoba menyadarkan Nurin.

"Tolong bangunlah, ini pasti hanya mimpi" tangisan Anggi semakin pecah.

"Jangan tinggalkan aku Nurin!! jangan tinggalkan aku!!" teriak Anggi keras dia meremas baju Nurin masih menyangkal semua ini.

Sedangkan pria biadab itu kini kembali, dengan baju yang berbeda.

"Astaghfirullah apa yang telah terjadi?" tukasnya berpura-pura kaget.

Aku yang melihat wajah pak Kyai langsung melontarkan tatapan penuh dendam.

"Dia yang membunuhnya!!!! dia yang membunuhnya!!!!" kataku berteriak keras, dengan tangan yang meremas kalung Nurin.

Saat itu salah seorang ustadzah yang aku tidak kenal mulai menelepon polisi perihal masalah ini.

Tidak berselang lama polisi datang, dan langsung menutup tkp. Polisi menyarankan agar jenazah untuk dilakukan otopsi, dan ustadzah telah menyetujuinya.

Tetapi pak Kyai menolak, dengan alasan para ahli otopsi nanti akan melihat tubuh Nurin. Yang tidak lain adalah aurat,

polisi tentunya tidak menyerah, mereka bilang kalau yang mengotopsi adalah seorang wanita. Tapi pak Kyai tetap kekeh dan tidak memperbolehkan jasad Nurin di otopsi.

Hal itu tentunya membuat para polisi curiga dan menjadikan pak Kyai sebagai tersangka utama.

🍀
.
.
.
🍀

Jasad Nurin kini di kuburkan dengan layak, tanpa ada keadilan sama sekali. Sedangkan semenjak kejadian itu Anggi dan ustadzah Nurul mulai mengurung diri didalam kamar, membuat tubuh mereka kurus dan tidak terawat.

Aku bisa melihat jelas kalau ustadzah Nurul selalu menangis histeris didalam kamarnya. Sampai membuat para santri tidak nyaman, pada akhirnya pak Kyai pun menelepon suami ustadzah Nurul yang kini berada di Singapura. Mengabarkan kalau istrinya akan di bawa ke rsj.

Suaminya dengan berat hati memperbolehkan, sementara dia masih terjebak di Singapura tidak bisa pulang ke Indonesia karena boss yang melarangnya pulang.

Ustadzah Nurul pada akhirnya di kirimkan ke rsj, aku mengikutinya dan membawa ku kesebuah rsj bernama

Rumah Sakit Jiwa Makmur

1 minggu ustadzah Nurul mendekap disana, pak Kyai datang menjenguk.

"Gimana kondisimu?"

ustadzah Nurul diam saja.

"aku dengar kau di perbolehkan pulang besok, aku ingin memberitahukan sesuatu padamu".

Ustadzah Nurul mulai menatap pak Kyai serius.

"Nurin hamil..."

"Kau berbohong!" bentak ustadzah Nurul.

"Aku tidak berbohong, orang yang telah menghamili dan membunuh Nurin, salah satu dari santri dan santriwati kita" karang pak Kyai menghasut.

"Jangan mengarang kisah sialan!" maki ku tidak bisa bersabar lagi.

Ustadzah Nurul kemakan hasutan, sekeluarnya dia dari pesantren, dia mengurung diri dan mulai mempelajari ilmu hitam. Mulai menjauh dari Allah, padahal selama ini dia termasuk dalam orang yang taat.

Melihat ini bisa ku simpulkan semua kejadian yang telah terjadi, pembunuhan, dan kehorroran pesantren ini disebabkan karena dia ingin mencari pembunuh Nurin.

1 bulan kemudian...

Citra masuk kedalam pesantren, dan dia sekamar dengan Anggi. Karena sikap Citra yang ceria dan mudah mengajak ngobrol. Lambat laun Anggi mulai kembali membuka hatinya untuk teman baru.

Anggi mulai hidup normal, telah ikhlas menerima kepergiaan Nurin. Tapi hal itu membuat ustadzah Nurul dendam dia mulai menandai wajah Citra untuk dijadikan target selanjutnya.

Dan, Anggi yang tau mencoba menghentikan perbuatan ustadzah Nurul selama 3 tahun ini.

🍀***🍀

"Huh!" aku kembali tersadar dengan napas yang berat, tapi yang aneh tubuhku tidak bisa digerakkan.

Aku sadar kalau sekarang tubuhku bukan lagi dikamar melainkan di gudang. Aku menatap sekitar, lalu mengernyitkan alis saat melihat pak Kyai kini meludah tepat di pipiku.

"Tidak mungkin... tidak mungkin aku berpindah tubuh" kataku mulai panik, tapi mulutku tertutup.

Pandanganku kembali teralih, dan sekarang melihat jelas Nurin yang berdiri dengan celurit di kepalanya.

🍀***🍀

Kali ini aku benar-benar terbangun dari mimpi buruk, aku terjatuh di lantai kamar dengan Sabrina yang langsung memutar kepalanya kesamping.

Dia berjalan mengambil gagang besi, akan menusukkannya tepat dikepalaku.

Aku bergegas menghindar, segera mendorong tubuhnya untuk menjauh.

Tapi lebih menyialkannya lagi, Sabrina justru mendorong tubuhku ke jendela. Membuat pintu jendela seketika terbuka.

Untung saja masih ada besi yang menghalangi, agar tubuhku tidak sampai terjatuh.

Aku menginjak kaki Sabrina keras, segera memutar balikan keadaan. Sekilas aku melihat tukang ojeg yang sekarang tampak panik melihatku sedang berduel dengan Sabrina.

Namun karena aku lengah, Sabrina justru menjambak kerudungku, langsung membenturkan kepalaku ke besi jendela begitu kerasnya.

Sontak aku terkapar pingsan tidak tau hal apa lagi yang telah terjadi selanjutnya.

***
TBC

PENGORBANAN MAS SANTRI UNTUK CINTANYAWhere stories live. Discover now