BAB 10

27 8 2
                                    

Keesokan harinya kami memulai sekolah, aku yang sebenarnya masih merasa lemas akibat kejadian tadi malam hanya bisa diam memperhatikan setiap pelajaran yang sedang dibahas.

Tapi yang membuatku heran, Laela yang semalam juga mengalami kerasukan malah terlihat biasa saja.

Bahkan santri-santri lain juga seolah menutup mata akan kejadian ini.

Kring!

Bel istirahat berbunyi, santri-santri segera berbondong-bondong keluar dari kelas menuju kantin.

"La" Panggilku saat Laela sedang menaruh buku di dalam laci mejanya.

"Ya kak kenapa?"

"Kau sudah baik-baik saja sekarang?" Tanya ku tentu saja bingung.

"Sebenarnya aku masih merasa lemas, tapi kata pak Kyai... Kita tidak boleh kelihatan lemah, aku tidak tau apa yang di maksud pak Kyai" Jelas Laela singkat.

"Oo" Daguku mengangguk, mungkin saja maksud dari pak Kyai agar tubuh kami tidak kembali di rasuki... Mungkin.

"Yasudah yuk kak kita pergi ke kantin" Ajak Laela beranjak berdiri.

Aku mengiyakan dan ikut berdiri, tapi kami seketika terdiam saat melihat Arga yang sedang berdiri menunggu.

"Ga ada apa?" Tanyaku langsung.

"Kita harus buat rencana" Jawabnya langsung.

"Rencana?" Alisku mengernyit.

Arga melihat sekitar lalu berjalan masuk kedalam kelas yang sekarang sepi.

"Ani, kita harus menyelinap ke dalam ruangan pak Kyai" Kata Arga to the point.

"Loh bukannya jam-jam sekarang pak Kyai ada di ruangannya?" Tukas Laela.

"Sekarang tidak, pak Kyai sedang bersama pak Ustad... Karena pak ustad akan keluar dari pondok ini"

Pipiku berkedut, aku yakin pak ustad pasti tidak kuat menangani santri-santri yang kesurupan.

"Tapi bagaimana dengan ustadzah Nurul?" Tanyaku kembali karena mengecoh ustadzah Nurul itu lebih sulit.

Arga langsung menatap Laela, membuat Laela langsung menatapnya dengan tatapan lebar.

"Jangan bilang aku yang harus jadi umpan" Tebak Laela sudah bad feeling.

"Ya, kau harus mengalihkan pandangan Ustadzah Nurul" Tekan Arga.

"Oh tidak" Laela memutar bola mata malas.

"La... Hanya mengalihkan pandangannya saja, kau bisa minta bantuan Anggi dan Citra"

"Iya La, kita jalan kan rencana ini bersama" Aku mengiyakan menggenggam tangannya perlahan.

"Huh... Baiklah" Laela akhirnya mengiyakan.

"Ayo Ani" Arga tanpa pikir panjang langsung mengajak ku pergi, sedangkan Laela kini berlari mencari keberadaan Ustadzah Nurul.

🍀°°°🍀

"Ini pondoknya, ya" Tanya seorang pria pada Gus Fadil yang sedang memarkirkan mobilnya.

"Ya, ayo turun" Ajak Gus Fadil.

Mereka turun, tapi tatapan pria itu tidak bisa berbohong.

"Kau pasti merasakan sesuatu yang buruk disini kan" Tebak Gus Fadil sudah tau.

"Ya, hawanya gelap sekali"

"Itulah kenapa aku memanggilmu kesini" Respon Gus Fadil sudah jelas bahwa dia sengaja memanggil pria itu untuk membantu merubah pesantren ini.

PENGORBANAN MAS SANTRI UNTUK CINTANYAWhere stories live. Discover now