BAB 18

16 6 14
                                    

Tidak berselang lama Citra kembali membawa seorang santriwati bersamanya.

"Sabrina, tolong jaga Ani sebentar aku harus pergi" Citra langsung berlari terburu-buru meninggalkan Sabrina dalam kebingungan.

Sabrina masuk, dia bingung dengan apa yang di berikan.

Aku melihat Sabrina singkat, lalu mengusap air mataku cepat.

"Aku ingin pergi dari sini" ocehku dengan firasat yang sudah tidak benar. Ku ambil koper, dan mengambil beberapa bajuku.

Sedangkan Sabrina hanya diam kebingungan tidak tau apa yang harus ia lakukan.

Saat sedang membereskan baju, tidak sengaja aku menjatuhkan buku dan foto yang sempat ku curi dari kamar ustadzah Nurul.

Ku ambil kedua barang itu sadar kalau Citra yang telah menyimpan barang ini.

Sekilas ku lihat tulisan di belakang foto Anggi dan perempuan bersamanya.

Anggiana Tamara Putri & Nurin Anaya Permana

Aku tidak tau kedekatan mereka itu termasuk sahabat ataukah keluarga? aku benar-benar bingung.

"Kau mau kemana Ani" ucap Sabrina.

Aku menoleh kaget, kini ekspresi Sabrina terlihat menyeramkan.

"kau sudah mendengar kisahku, apa kau mau mendengarnya lagi?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"kau sudah mendengar kisahku, apa kau mau mendengarnya lagi?"

lampu kamar mendadak berkedip cepat.

"Siapa kau!" aku mundur beberapa langkah.

"Akan ku ceritakan padamu" Sabrina mendekat entah apa yang terjadi, pandanganku mendadak berubah gelap.

🍀***🍀

Aku membuka mata, melihat di sekelilingku adalah ruangan pak Kyai.

"Kenapa aku disini?" monologku heran.

Kini aku menyadari sedari tadi ada pak Kyai yang tampak sedang duduk termenung.

"Uh!" aku memutar bola mata jengah.

Brak!

Pintu di banting cukup keras, kini aku melihat gadis di foto yang tidak lain adalah Nurin.

Pak Kyai mengalihkan pandangannya menatap Nurin heran.

"Ada apa denganmu" sahut pak Kyai tajam.

"Huh..." dia menghela napas sejenak.
"... kau tau apa yang kau lakukan bisa merusak masa depanku!" bentaknya langsung.

"Memangnya apa, bukankah masa depanmu akan baik-baik saja?" tangan pak Kyai menyilang.

"Aku... aku hamil"

aku yang turut mendengarnya kaget, ku tutup mulut dengan kedua tangan.

Pak Kyai langsung datar matanya berkedut sama tidak percayanya seperti ku sekarang.

PENGORBANAN MAS SANTRI UNTUK CINTANYAWhere stories live. Discover now