-Tega-

10 1 0
                                    

Happy Reading  🪷🪷🪷

Setelah kejadian semalam, Andrea dan Sarah tidak saling menyapa. Namun, Sarah masih tetap membuatkan sarapan untuk Ben. Itu yang membuat Andrea sangat marah melihat perbuatan Sarah yang sangat terang-terangan mengibarkan bendera peperangan kepadanya.

Ben berusaha menasehati Sarah namun, Sarah tidak mendengarkan nasehatnya sama sekali . Akhirnya Ben hanya bisa diam. Ia bingung harus bagaimana menghadapi situasi ini.

Andrea sudah muak jika harus berlama-lama di apartemen. Sementara ia memilih pergi ke toko bersama Ben dan sarapan di luar.

Sampai di mobil, Andrea duduk dengan tatapan kosong. Ia sangat lelah sekali harus menghadapi semua ini.

“Sayang kenapa kamu diam saja. Kamu sakit. Jangan buat aku khawatir?”

Andrea pun tersadar dari lamunannya dan tersenyum kepada Suaminya, “Enggak ada apa-apa sayang. Ayo kita jalan tapi nanti kita mampir ke tukang bubur Pak Somad yang ada di perempatan. Aku lagi pengen sarapan bubur ayam.”

“Oke” mereka pergi dari pelataran parkir apartemennya.

^^^
Sarah terduduk termenung di kamarnya. Tak terasa air mata membasahi pipinya. Ia jadi ingat Kak Ben yang dulu tidak seperti ini. Kak Ben yang dulu selalu sayang kepadanya. Namun, kenapa ia sekarang sudah tidak peduli lagi kepadanya.

Kenapa ia lebih memilih membela istrinya disbanding dirinya. Padahal sebelum Kak Ben mengenal istrinya. Ia lebih dulu mengenal dirinya. Mereka tumbuh bersama di panti tersebut.

“Ini semua gara-gara Kak Andrea” geram Sarah.

Mereka sampai di kedai Bubur Ayam Pak Somad. Ben memesan dua porsi bubur, setelah itu ia menghampiri istrinya yang sudah duduk disana.

“Sayang, maafin aku ya. Aku yang salah, seharusnya aku minta persetujuan kamu dulu sebelum mengijinkan Sarah dengan kita.”

“Iya aku kesal sama Sarah. Dia sudah tinggal sebulan sama kita dan setiap tingkahnya selalu aneh. Ia secara tidak langsung ingin merebut perhatian kamu dari aku.”

Ben menggenggam tangan istrinya penuh sayang, “Aku akan berhati-hati sayang dan aku berjanji secepatnya akan memberikan Sarah pekerjaan supaya dia bisa mandiri.”

“Iya sayang.”

Pesanan mereka datang  dua porsi bubur ayam dan dua gelas teh tawar hangat. Andrea meminum teh tawar tersebut setelah itu ia menikmati bubur ayamnya. Namun, ada sedikit berbeda dengan rasa bubur ayam ini.

Andrea mencium bubur ayam ini merasa mual dan ia pusing.

“Sayang, Bubur ayam enggak enak ya. Kok punya aku rada bau ya.” bisik Andrea kepada suaminya.

Ben yang sedang menikmati buburnya berhenti sejenak dan mengambil mangkok bubur milik istrinya dan mencobanya.

“Sama aja rasanya kayak punya aku buburnya . enak seperti biasa. Kamu lagi enggak pengen jadinya bilang buburnya enggak enak. Mau aku beliin roti isi coklat?”

Andrea mengangguk.

Ben bangkit dari kursinya menuju minimarket yang tidak jaih dari kedai bubur tersebut. Ia masuk kedalam minimarket dan membeli roti serta cemilan untuk istrinya.

Ben keluar dari minimarket dan menghampiri istrinya di kedai tersebut. Namun, Andrea tidak ada. Ia pun mencari istrinya. Ketika ia sedang mencari istrinya, Andrea justru muncul dari toilet.

“Sayang, kamu abis dari mana?”Ben menghampiri istrinya dan menggandeng tangan istrinya untuk duduk di kursi mereka tadi.

“Kayaknya aku enggak enak badan sayang tadi aja aku mual banget.”ucap Andrea lemah.

Love is not enoughWhere stories live. Discover now