Dasi 29

1.2K 199 142
                                    

Maaf banget aku baru bisa nulis lagi.

Bulan-bulan yang sibuk dengan kerjaan.

Selamat malmingan sama Pak Wis dan Mas Rayyan


Para karyawan hanya diberi waktu istirahat sejam sebelum diminta berkumpul untuk acara team building. Kata Mang Tito, team building itu kegiatan main games seru-seruan untuk saling mengakrabkan diri.

Ini pengalaman pertama bagi Rayyan.

Di bawah langit cerah, gelombang laut berdesir lembut menghampiri pasir putih yang membentang luas. Karyawan berpakaian santai, sebagian besar berkacamata hitam, penuh semangat berkumpul dalam lingkaran besar di tepi pantai.

Ada Pak Wis hadir di antara mereka. Sejujurnya Rayyan tak menyangka Bapak CEO ikutan acara team building juga. Rayyan pikir Pak Wis hanya akan duduk ongkang kaki mimik air kelapa di tepian sembari menonton karyawannya main games, atau barangkali dia yang jadi wasit. Ah, kalau boleh mengingat yang sudah lalu, Shouki masa SMA memang seorang cowok yang aktif dan kompetitif. Cowok yang siap menggilas siapa pun lawan di lapangan dan menjadi pemenang.

Pak Wis tampil menawan dengan kemeja pantai motif bunga cerah, celana pendek khaki, dan sandal kulit pantai. Kemejanya berpotongan longgar, tetapi pas di badan dan terbuka sedikit di bagian atas, memberi kesan santai yang tetap rapi. Di bawah terik matahari kulit cokelatnya jadi makin gosong, makin seksi. Sepasang kacamata hitam stylish bertengger di hidungnya. Hm. Bukannya Rayyan kegeeran, tetapi rasa-rasanya bola mata Pak Wis barusan melirik ke arahnya di balik kacamata hitam itu. Duh, Rayyan mulai halu.

Pak Arian malah menambah bahan bakar kehaluannya. "Mas, mau saya pinjemin kacamata hitam? Biar bisa lirik-lirik Pak CEO di sana itu, tuh. Masa cuma doi yang bisa ngelirik Mas diem-diem?"

"Pak Arian ....," Rayyan berdeham sungkan. "Makasih, Pak ... tapi .... ya boleh, deh, kalau Pak Arian maksa, saya dengan senang hati nerima pinjaman kacamata hitamnya."

Pak Arian ngakak. "Nah, gitu, dong. Gue suka gaya lo, Mas Rayyan!"

Setelah Rayyan pakai kacamata hitam dari Pak Arian, Rayyan bergaya sok asyik, berdiri tegap sambil memasukkan tangan ke celana. Dia melirik Pak Wis lagi. Cuma mata yang melirik, bukan kepalanya yang noleh. Pengintaian aman.

Pak Wis sedang berjalan ke tengah pantai. Siang ini senyumnya hangat, menarik perhatian banyak karyawan di sekitar. Kemeja berlengan pendek menampakkan lengannya yang kuat dan berotot. Sisi atletis ini sering tersembunyi di balik jas dan kemeja di kantor—meski Rayyan sudah sering meraba dengan matanya. Sejak dulu, Shouki Wisanggeni memang berbadan bagus.

Mbak Sita, Mbak Alina, dan Mas Dicky tiba-tiba muncul di sebelah Rayyan, menepuk bahunya.

"Ehem! Ngeliatin siapa, Mas?"

"Cakep banget Mas Rayyan pake kacamata item!"

"Semoga kita satu tim, ya, Mas!"

"Wah, saya belum pernah ikut acara ginian," kata Rayyan."Nanti tim malah jadi kacau gara-gara saya. Gimana?"

"Gapapa, deh. Mas Rayyan cukup hadir jadi tim horenya kita gitu, lho, Mas! Tim butuh motivasi biar semangat," ujar Mbak Alina.

"Kalau enggak, semoga kita gabung sama tim Pak Wis, deh," kata Mbak Sita. "Kayak tahun lalu gue lucky bisa setim sama Pak Wis."

"Kenapa pengin setim sama Pak Wis?" tanya Rayyan.

"Wah, Pak Wis itu uhlalala gilingan endulita, Mas!" Mas Dicky saking bersemangatnya jadi mengeluarkan kalimat bebencongan. "Gigih banget kalau main game udah kayak lagi perang aja. Tim yang ada Pak Wis-nya enggak pernah kalah."

Tampan Berdasi (MxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang