Dasi 10

2K 237 88
                                    

Haloo, maaf weekend kemarin aku sakit. Enggak sempat upload cerita.

Selamat menikmati bab kesepuluh TAMPAN BERDASI.




Bagi Rayyan, kalau dua orang sudah saling suka tak perlu lagi disahkan dengan pernyataan cinta. Untuk apa? Ritual tembak-menembak untuk meresmikan hubungan ini terlalu melankolis, barangkali lebih cocok untuk pasangan cowok dan cewek, setidaknya itu yang Rayyan pikirkan dulu.

Namun, Shouki Wisanggeni memilih untuk mengikat hubungan mereka dengan pernyataan. Beda dengan Rayyan yang tidak terlalu suka memperjelas komitmen.

"Kak Rayyan yang selama ini aku suka," ucap Shouki terus terang. Mereka berdua masih duduk di bawah tangga setelah mereka berciuman lagi untuk ke sekian kali.

"Masa? Kenapa bisa?"

"Aku ngerasa nyaman banget aja di samping Kak Rayyan. Aku enggak pernah kayak gini ke yang lain."

Makin Rayyan ingin menggodanya. "Bisa aja kamu cuma nyaman sama saya, bukan suka beneran? Saya ini laki-laki, bukan perempuan."

Shouki tersenyum lebar. "Kak Rayyan perempuan pun aku tetep suka Kakak. Aku cuma suka Kakak."

"Really?"

Shouki diam menatapnya. "Kakak enggak suka aku?"

"Saya udah naksir kamu sejak lama, sejak awal nontonin kamu main basket di pinggir lapangan, saya udah suka. Sadar? Enggak nyangka perasaan saya berbalas gini. Cubit saya. Apa saya mimpi?"

Shouki mengangkat jari dan Rayyan sudah bersiap-siap pipinya akan dicubit. Cubitan itu tak pernah datang. Shouki menangkup wajah Rayyan tiba-tiba dan mencium bibirnya gemas.

Otak Rayyan beku beberapa detik.

"Bukan, bukan mimpi, Kak." Shouki nyengir lebar di hadapannya.

Waduuuh. Biasanya Rayyan yang selalu menggoda orang lain. Sekarang dia yang digoda, Rayyan jadi salting berat. Pengin terlihat cool, tetapi tak bisa menahan senyum. Rayyan berdeham, buang muka sambil mengusap separuh mukanya.

Shouki nyengir makin lebar. "Jadi kita jadian, Kak?"

Rayyan mengangguk kecil.

"Kak Rayyan jadi pacar pertamaku?"

Iya, pacar pertama kamu.

Stop, please, Shouki. Jangan senyum-senyum gitu. Jantung Rayyan lemah.

"Udah, udah, kasih saya waktu buat tarik napas dulu. Asma saya bakal kambuh lihat senyum kamu lama-lama," pinta Rayyan.

"Ya, udah. Aku mau siap-siap, main basket dulu, Kak."

"Nanti saya nyusul ke lapangan."

Shouki mengangguk. Sebelum cowok itu pergi, dia kembali sebentar hanya untuk mencium pipi Rayyan tanpa malu-malu.

....

Gimana bisa hubungan mereka semanis ini? Ini lebih manis daripada Rayyan berhubungan dengan cewek mana pun. Rayyan merasa tolol dia berjalan di koridor sambil tersenyum-senyum sendiri. Melewati sekelompok cewek di sekolah yang menatapnya sambil cekikan. Gawat. Image Rayyan Nareswara yang cool berubah jadi ganjen dan suka senyum-senyum sendiri sekarang.

Fano berjalan melewati Rayyan, cuek. Dia masih ngambek sejak Rayyan dekat dengan Shouki dan sekarang tak mau berteman dengan Rayyan lagi. Fano juga sudah minta keluar dari klub band. Berita tentang pengunduran diri Fano ini sangat cepat terdengar oleh seantero sekolah. Banyak cewek-cewek penggemarnya yang menyayangkan, padahal Fano selalu jadi poros vokalis terganteng yang mewakili sekolah di pensi-pensi SMA ibu kota. Untung masih ada Rayyan di klub band buat cewek-cewek cuci mata. Ah, bukan masalah. Setelah Fano keluar dari klub, besok paginya Rayyan langsung membuka pendaftaran untuk mengisi posisi vokalis. Anak-anak, cewek cowok, langsung berebut mengantre untuk menggantikan Fano. Sebagian dari mereka masuk klub supaya bisa populer, unjuk kebolehan menyanyi, atau sekadar dekat dengan Kak Rayyan.

Tampan Berdasi (MxM)Where stories live. Discover now