Bagian 65.PANGGILAN DARI JADE

1.1K 327 25
                                    

Seriussss

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seriussss...

Adakah yang bisa bantu Arrasid hari ini? Bapaknya sedang kalang kabut di rumah sakit 😭 Ditinggal belum seharian full saja sudah kacau sekali. Tolonglah teman-teman. Ada obat dan tindakan medis yang harus dibayar tunai. Tolonglah mereka teman-teman.

Dan kalau ada yang bisa meresepkan obat-obatan tradisional untuk nyeri haid, beri tahu saya ya. Ini loh sampai tidak kuat jalan saya. Tiduran salah, berdiri salah, duduk salah.

Dari pagi saya bilang pada diri sendiri : Hidup kalau cobaannya tidak berat, paling pol hadiahnya panci.
Bolak balik saya bilang begitu demi agar saya jangan sampai bertanya pada Allah : Why?

Tolong kami teman-teman ♥️

*

"Tidak ada yang mengatakan hal seperti itu, Sayang. Tenanglah. Kamu tidak mendengar apapun bukan? Semua staf medis sangat mendukung."

Brielle membisu. Dia baru saja mengkhawatirkan pendapat orang-orang tentang situasi mereka sekarang. Kalimat : "Untuk apa repot-repot, toh anak itu bukan anak kalian."

Gempar mengusap kepala Ranu dan menoleh saat Mas Ilman menghampiri mereka. Mas nya itu membantunya dengan beberapa surat-menyurat yang harus diurus dengan dokter anak yang akan menangani Ranu Kumbolo.

"Hasilnya tidak terlalu bagus huh? Tapi kita harus tetap semangat. Bri? Siap?"

Brielle mengangguk. Dia menepuk-nepuk Ranu yang berada di gendongannya.

"Sesi terapi sudah terjadwal semua ya. Telpon Mas kalau kalian butuh bantuan. Dan sebaiknya kalian bicarakan ini dengan bapak dan ibu."

"Iya Mas. Terima kasih banyak."

"Kata dokter Wiwik masih terlalu dini untuk mendiagnosa Ranu dengan speech delay. Kita akan lihat perkembangan nya selama terapi berlangsung. Keajaiban itu selalu ada."

"Terima kasih Mas."

"Yang harus menjadi pegangan kita adalah bahwa ada peristiwa yang membuat anak ini mengalami trauma yang sangat membekas dan itu menentukan bagaimana pertumbuhannya sekali. Trauma itu membentuknya menjadi seperti ini. Kita akan mencari tahu lebih banyak dan memberinya pertolongan."

"Iya Mas."

"Oke. Sampai bertemu nanti malam ya. Kita akan bicara banyak."

Gempar mengangguk dan membantu Brielle bangun dari duduknya. Dia menyalami Mas nya dan Brielle melakukan hal yang sama sebelum mereka meninggalkan rumah sakit itu.

Di sepanjang perjalanan, Brielle masih terlihat muram dan Gempar memilih memberinya waktu. Bahkan hingga mereka tiba lagi di rumah, kecemasan di wajah Brielle belum lah reda. Mereka tertahan di garasi karena Brielle yang justru melamun dan tidak kunjung keluar dari mobil sementara Gempar sudah membukakan pintu dan menahannya. Gempar menarik napas panjang dan berjongkok.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now