Bagian 63. KEGILAAN SEAKAN MENARI-NARI DI PELUPUK MATA

1.1K 310 35
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bismillah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bismillah.

Teman-teman yang berdomisili di Yogyakarta dan sekitarnya, mohon bantuannya untuk share ya. Silahkan di capture. Satu lagi orang tua yang sedang membersamai anak tercintanya di ruang ICU. Mohon langitkan doa ya teman-teman semua.

InShaAllah saya juga masih membersamai ananda Arrasid hingga detik ini. Masih pusing dengan tunggakan yang masih utuh sebesar 22.000.000. Tolong bantu kami yang berkeluangan rejeki di [ 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Mbak Atun Wasilatun saya .asih menunggumu Mbak. Entah mengapa?

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

”Kita adalah cerminan orang Indonesia asli. Ini ibarat kata, kita menjadi sibuk hanya setelah sesuatu viral.”

Andi menarik napas panjang dan berbalik menghadap ke arah bangunan baru Sanatorium De Kirk. Dia menopang tangan di pinggang dengan wajah kesal. Ketenangannya ambyar tepat setelah petugas medis di dalam sana saling lempar tanggung jawab dan pada akhirnya mengatakan bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena ada yang lebih berhak melakukannya.

”Tidak ada laporan ditujukan ke kita karena memang kita kalah posisi. Bagaimanapun, Niken Palupi lebih berhak bukan?”

”Lalu kapan wanita itu keluar dari penjara? Itu juga tidak ada kabar apa-apa.”

”Kita akan menemukan hal yang sama. Pemerintah yang mengatakan bahwa kita tidak memiliki hak apa-apa. Mengacu pada perwalian karena mereka orang dewasa.”

Gempar mendongak. Andi menoleh dan berbalik. Sosok Garin Mullen, keluar dari lobi sanatorium bersama dengan seorang pria. Gempar dan Andi mengingatnya sebagai manager sanatorium itu. Kedua  di teras sanatorium itu terlihat berbincang pelan. Gempar dan Andi menunggu sesaat. Mereka menghela napas lega ketika Garin Mullen berjalan ke arah mereka. Situasi benar-benar genting. Mereka seperti dua orang yang haus akan informasi. Dan kenyataannya memang seperti itu. Mereka seperti baru saja menemukan kekacauan telah terjadi dan tidak menyadarinya hingga bertahun-tahun. Tentang Dian Hanifah yang berada dalam lingkaran itu, masih menjadi pertanyaan besar untuk mereka.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now