31. Lobby

722 93 3
                                    

Selamat membaca

💙💙💙

Zee tak bisa menahan untuk tidak tersenyum, walaupun dia tersenyum tetapi air matanya terus meneteskan air mata kebahgiaan. Sejak tadi tatapannya tak bisa lepas dari Adel. Kini dia sedang berada diruang inap VVIP dirumah sakit bersama Adel yang baru saja sadar dari koma.

"Lo jelek banget kalo nangis gitu." ucap Adel tertawa kecil melihat ingus Zee yang tiba-tiba keluar dari lubang hidung nya yang sebelah kanan.

Mengapa ingusnya muncul disaat yang tidak tepat, dia menerima tissu yang Adel berikan untuknya. Zee mengeluarkan seluruh ingusnya, agar tidak ada kejadian ingusnya tiba-tiba keluar saat dia sedang bersama Adel.

"Itu ingus lo masih ada Zee." ucap Adel tertawa melihat sisa ingus didekat hidung Zee, lalu dia mengambil selembar tissu dan mengusapinya.

"Makasih, gue beneran ga mimpi kan ini?" Zee menatap Adel dengan tatapan yang begitu dalam, dia merindukan gadis yang ada dihadapannya ini.

Dia merindukan segala sesuatu tentang Adel, senyumannya, tawanya sorot matanya saat menatapnya dengan penuh cinta. Tangannya terulur untuk membelai lembut pipi Adel yang terlihat semakin tirus. Bekas luka itu masih terlihat jelas dipipi kekasihnya. Melihatnya membuatnya menjadi sedikit kesal dengan Flora.

"Kenapa masih nangis? Gue udah siuman loh." ucap Adel mengusap air mata yang membasahi pipi Zee.

"Gue nangis bahagia ini, akhirnya setelah seminggu lebih lo siuman juga." ucap Zee tersenyum dengan air mata menetes begitu derasnya.

"Sama aja itu, jangan nangis lagi ih, jelek tau." melihat Zee menangis membuatnya ikut menangis juga pada akhirnya.

"Kenapa jadi ikutan nangis?" tanya Zee tertawa kecil

"Gue sedih liat lo nangis. Gue udah denger semuanya dari mama, mama bilang lo setiap pulang sekolah langsung kesini sampe malem. Lo kenapa sih Zee, nanti kalo sakit gimana?" tanya Adel memukul lengan Zee pelan, dia tidak setega itu untuk memukul Zee dengan sekuat tenaganya.

Zee menggelengkan kepalanya "Gue baik baik aja Del, buktinya gue masih hidup sampe sekarang." Zee tersenyum

"Galucu tau ga, lo kenapa sih ga pernah perhatian kondisi kesehatan lo. Liat ini pipi lo makin tirus sejak terakhir kali gue lihat lo." Adel memperhatikan wajah Zee, hal itu membuatnya menjadi sedih.

"Lo juga makin kurus, liat aja tangan lo makin kecil." ucapnya menyentuh tangan Adel yang semakin terlihat kecil.

"Yakan gue gabisa makan karena ga sadar, makanya makin kurus. Lah lo masih sadar kaga makan. Awas aja sampe lo sakit." balas Adel khawatir

"Kata dokter gimana tadi?" tanya Zee

"Kata dokter, kalo kondisi gue udah stabil gue udah bisa pulang. Tapi kayaknya masih bebarapa hari lagi, lagipula luka gue masih belum kering sepenuhnya. Lo gamau meluk gue gitu" Adel memanyunkan bibirnya, padahal sejak tadi dia sudah menunggu Zee untuk memeluknya.

Zee terkekeh, lantas dia memeluk tubuh Adel dengan perlahan, dia tak ingin menyakiti gadisnya.

"Gue kangen sama lo, gue takut kehilangan lo." ucapnya terisak

"Ada gue disini, lo jangan takut."

"Gue takut, gue takut disaat terakhir gue gue ga bisa lihat lo." ucap Adel dengan suara bergetar karena menangis.

"Lo jangan ngomong kaya gitu, gue ada disini, lo bisa liat gue sepuasnya." Zee mengelus punggung Adel.

Dia bisa merasakan betapa kecilnya tubuh Adel saat ini, bahkan dia bisa merasakan tulang belakang Adel.

Friendzone (ZeeDel)Where stories live. Discover now