Deg ...

2.6K 391 15
                                    

Sinar matahari pagi itu menyapu lembut kamar kecil yang dipenuhi dengan kehangatan dan kelembutan. Selembar jendela kaca membiarkan cahaya bersemi masuk, menari-nari di sekeliling ruangan yang nyaman. Di atas tempat tidur, drakula kecil yang baru saja terbangun dari dunianya yang penuh mimpi, mengintip keindahan pagi dengan mata yang masih berbinar-binar.

"Ugh ..." lenguhnya, "Pagi yang indah, baby cuta," serunya dengan lembut, ia meronta dari pelukan hangat sang Mommy yang masih terlelap dalam pelukan mimpi.

Drakula kecil melangkah dengan kaki mungil membawanya menjauh dari tempat tidur yang tinggi, menjelajahi lantai kamar dengan penuh semangat. Meski hanya mengenakan popok, kepolosan dan keceriaannya bersinar terang, menciptakan aura kehangatan di ruangan kecil itu.

"Mommy lama cetali bangunnya. Baby ingin tulun, tapi baby tatut tangga. Mommy duga melalang baby tulun cendili," keluh drakula kecil melihat ke arah tempat tidur untuk memastikan apakah Mommynya sudah bangun dan ternyata belum.

"Mommy tidulnya celiuc cetali, cepeltinya mommy tecapetan. Baby belmain cada dulu cambil menunggu mommy bangun," Drakula kecil melangkah menuju sudut kamarnya. Di sana, ada playground miliknya sengaja disediakan mommynya.

"Ote, baby ingin belmain apa ya?" Drakula kecil berpikir sejenak sambil menatap banyak mainan miliknya, "Ugh ... Tenapa banyat cetali mainannya? Baby dadi pucing, baby tidat lite! Nanti minta tolong uncle cingtiltan ini," keluh drakula kecil merasa pusing dengan banyak mainan, padahal itu miliknya sendiri.

Drakula kecil memutuskan untuk bermain dengan mainan barbie yang diberikan Karina sebagai hadiah ulang tahunnya beberapa waktu lalu. "Balbie dadi cahabat baby ya, tita celitanya cedang pitnit di Taman. Tita cedang belbincang-bincang, melihat olang-olang cambil menitmati matanan yang tita bawa, otay?" Drakula kecil bermonolog.

Meskipun bermain sendirian, kebahagiaan terpancar jelas dari wajahnya. Dia menari-nari di antara mainan-mainan kesayangannya, menyelinap dan tertawa kecil seperti serangkaian kupu-kupu yang indah.

Sementara itu, sang Mommy perlahan mulai membuka kedua matanya, "Oh! Bayik mana?" meraba-raba sisi tempat tidur yang kosong. Karena tidak merasa kehadiran putrinya, Jennie buru-buru turun dari tempat tidur berlari menuju lantai bawah dengan berteriak mencari keberadaan putrinya, "Bayik!"

Jennie berlari menuruni tangga dengan terburu-buru, sambil terus meneriaki putrinya. Sementara drakula kecil hanya menatap mommynya sekilas dan kembali fokus dengan mainannya. "Mommy tidat melihat baby? Padahal baby cebecal ini!" drakula kecil bergumam.

Tak ...
Tak ...
Tak ...

"Bayik!" teriak Jennie menuruni anak tangga dengan buru-buru.

"Miss," sapa Karina yang sudah keluar dari kamarnya ingin ke meja makan.

"Di mana bayik?" tanya Jennie dengan napas tersengal-sengal.

Karina menatap Jennie dengan wajah bingung, "Oh, little princess? Saya baru keluar dari kamar Miss."

"Astaga bayik!" Jennie berjalan menuju ke dapur untuk bertemu Bibi, tapi sebelum itu dia ruang makan dia ditahan oleh Irene yang sudah duduk manis.

"J, ada apa?" Irene.

"Unn, bayik mana?" tanya Jennie dengan frustasi.

"Seharusnya unnie yang menanyakan hal itu, dimana baby?" tanya Irene balik.

Jennie bergeleng kepala dan lanjut menuju dapur, tapi Bibi dan para pelayan lebih dulu tiba di ruang makan dengan membawa makanan.

"Selamat pagi, Miss," sapa Bibi dengan para pelayan sedikit membungkukkan badan.

MOMMY LOVE YOUحيث تعيش القصص. اكتشف الآن