02 - Tentang Rajendra

321 31 0
                                    

Rajendra mengeluarkan perlengkapan mandi dan juga baju yang akan ia pakai untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Beruntung, ia memilih tinggal di rumahnya sendiri. Tidak akan ada yang berkomentar mengenai kekacauan yang terjadi di rumah ini.

Dengan tabungan seadanya dan modal nekat, lima tahun yang lalu sebelum menetap di Amerika, Rajendra memutuskan untuk membeli rumah walaupun sudah dilarang oleh kedua orang tuanya yang kolot. Sampai sekarang, mereka memegang teguh sebuah aturan, beli rumah nanti saja, kalau sudah berkeluarga.

Masalahnya, Rajendra berusia tiga puluh empat tahun dan belum juga menikah. Apa salahnya jika ia memiliki privasi? Toh, rumah juga sebuah investasi bukan bentuk dari menghamburkan uang.

Betul, dirinya memang anak mereka. Tapi, ia juga membutuhkan kebebasan tanpa harus selalu diawasi dan didikte.

Zzzt.. Zzzt...

Terlihat nama sahabatnya di layar handphone, Aris Bramantya.

"Kenapa?" Rajendra memegang handphone dengan tangan kiri. Tangan lainnya sibuk menggosok gigi.

"Baru mandi? Ortu lo udah nelpon gue, tahu kan artinya apa?"

Ini juga salah satu pelanggaran privasi yang Rajendra benci dari Mahesa. Kalau ia sedang menghindar, pasti beliau akan meminta tolong Aris untuk membujuknya. Terbongkar lah apa yang kedua orang tuanya sedang harapkan dari Rajendra. Terbongkar juga kekacauan yang ia lakukan.

Rajendra benci orang lain mengetahui urusannya meskipun Aris dan dirinya sudah berteman selama belasan tahun.

"Ya udah, lo jemput deh." Ucap Rajendra pada akhirnya

"Siaaap!"

Klik!

Rajendra berjalan menuju bathtub. Melepas seluruh pakaiannya. Merendamkan diri untuk merasa rileks. Masa bodoh ia sudah terlambat dan akan membuat dirinya semakin terlambat. Lagipula, ia tahu apa yang akan mereka bahas di meja makan. Topik yang itu lagi, itu lagi.

Oleh karenanya, sebelum saling adu argumen dengan pria tua itu, ia harus menjernihkan pikiran dan meluruskan badannya yang kaku

***

"Nah, kalau gini kan enak. Semua anak papa kumpul di meja makan." Ujar Mahesa seraya melirik putra dan putrinya yang sudah duduk di ruang makan satu per satu. "Kamu, Ris, sudah om anggap anak sendiri loh ya. Tenang aja."

Aris tersenyum ia mengambil lauk ayam serundeng ke piringnya. "Pasti, om."

Rajendra adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Adiknya yang pertama bernama Arimbi dan yang bontot adalah Rembulan.

Karena kesibukan masing-masing, mereka hanya bertemu setahun dua kali. Saat libur hari raya dan bulan Agustus seperti sekarang. Bukan karena hari kemerdekaan Indonesia, tapi untuk memperingati bulan, di mana mama mereka meninggal.

Dua tahun setelahnya, Mahesa menikah lagi dengan Iswari yang dikenalkan oleh teman lama mereka. Ketika itu, usia Rajendra enam belas tahun.

Iswari, ibu sambungnya, adalah wanita karir yang setelah pensiun menjadi ibu rumah tangga. Istri yang penurut dan lemah lembut.

Dari pernikahan tersebut, mereka tidak dikaruniai anak. Iswari berusia empat puluh dua tahun ketika mereka menikah. Dari yang Rajendra dengar, beliau putus setelah pacaran beda agama selama sepuluh tahun.

Sebagai ibu sambung, beliau tahu kapasitasnya. Terbukti, tidak pernah ikut campur urusan anak-anak. Hal tersebut membuat Arimbi dan Rembulan semakin besar kepala untuk berlaku ketus pada Iswari. Ya, mungkin mereka tidak suka kalau Mahesa menikah lagi.

Tentang PilihanWhere stories live. Discover now